21. It Happens Again

"Masih banyak berkas-berkas yang harus kuberikan ternyata dan nyaris saja aku meninggalkan buku ini di atas meja." Ara berbicara sendiri ketika kakinya melangkah di lorong sekolah.

Tangannya sibuk merapikan benda yang sedikit mengganggu fokusnya saat berjalan. Beberapa langkah lagi dan gadis itu akan sampai di ruang administrasi. Masih ada beberapa berkas tertinggal yang harus dilengkapi oleh Ara untuk data perpindahan sekolahnya.

Sayangnya, saat ia sedang terburu-buru malah seseorang menabrak tubuhnya dengan tidak sengaja. Semua yang ada di tangan Ara jatuh berserakan, termasuk sebuah buku kecil yang sangat ia jaga. Hampir semua rahasia gadis itu ada di dalam sana.

"Oh, mianhae," ujar gadis yang menabrak Ara sambil merendahkan tubuhnya.

"Tidak, tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Maaf karena tidak memperhatikan jalan," balas Ara yang dengan sigap meraih buku berukuran kecil termasuk sebuah foto yang keluar dari antara halaman buku itu.

Meski Ara sudah cepat-cepat meraihnya, tapi gadis di depannya jauh lebih cepat mengambil benda itu. Potret yang menyita perhatian seseorang bernama Kang Youra.

Tamatlah aku.

"Kim Ara?" Youra menyipitkan matanya sembari berdiri. Tentu dengan masih memandangi foto di tangannya.

Ketimbang berdiri, Ara lebih memilih untuk memeluk kembali berkas-berkas yang terjatuh dan menunduk. Apa yang akan dilakukan gadis itu, Ara juga tidak tahu. Setelah mengetahui seperti apa masa lalu Ara. Sesuatu yang seharusnya bukan jadi masalah besar, tapi Ara terlalu takut kejadian masa SMP-nya akan terulang lagi setelah apa yang Ara usahakan berubah sampai saat ini.

"Jinjja Kim Ara?!" Nada bicara Youra kali ini terdengar lebih terkejut, bahkan ia menaikkan volume suaranya.

Suaranya yang terlampau kencang membuat orang-orang yang ada di sekitar mereka mendekat. Disengaja atau tidak, Youra memperlihatkan foto itu ke arah Ara yang membuat orang lain bisa dengan jelas mengamati potret yang terpampang di sana.

"Apa ini dirimu? Terlihat sangat-sangat berbeda," ujar Youra masih takjub sambil bolak-balik memperhatikan Ara yang ada di depannya dengan Ara yang ada di dalam foto.

Potret itu diambil sekitar dua tahun lalu dan bodohnya Ara masih menyimpan foto tersebut. Ia yang mati-matian menyembunyikan keadaan dirinya di masa lalu, tapi ia sendiri juga yang membawa dirinya ke masa kelam.

"Ah, Youra. Bukan, sudah kembalikan saja," pinta Ara. Namun, usaha untuk merebutnya dari Youra tidak berhasil.

Terdengar gadis itu sedikit terkekeh. "Tapi kalau diperhatikan benar-benar, wajah kalian mirip. Ini benar kau, 'kan?"

"A-ani...."

"Coba, coba, kalian perhatikan baik-baik. Ara yang dulu terlihat buruk di sini. Kau habiskan uang berapa banyak untuk bisa berubah dalam waktu singkat? Menyulap dirimu menjadi perempuan yang cantik, huh?"

Ara terus menunduk sambil menutupi kedua telinganya. Ketakutan terburuk yang selalu menghantuinya benar-benar datang. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang dengan apa yang dikatakan oleh Youra. Apa yang orang lain akan katakan jika bertemu atau bahkan melihatnya dari jauh.

Kedua mata gadis itu terpejam. Yang didengarnya hanyalah bisikan orang sekitar dan kekehan. Hal yang paling dibenci oleh Ara. Ia mau cepat-cepat pergi dari tempat itu, tapi untuk mengangkat kepalanya saja dan melihat raut wajah orang sekitarnya, Ara tidak mampu.

"Sebentar, sebentar. Ada apa di sana? Tidak biasanya seramai ini," tanya seseorang yang berdiri tidak begitu jauh dari kerumunan.

Laki-laki itu ingin berjalan menghampiri, tapi seseorang di sebelahnya menahan lengannya. "Jinyoung, ayo kita segera ke kelas masing-masing saja. Paling juga tidak penting."

Jinyoung sedang berjalan bersama ketiga sahabatnya---Woojin, Daehwi, dan Jihoon. Ketiganya sama-sama tidak tertarik dengan apa yang sedang terjadi di sana, hanya Jinyoung.

"Tunggu, sepertinya aku mengenali sesuatu." Laki-laki itu melangkahkan kakinya, diikuti dengan yang lain. Mau tidak mau, mereka memang harus mengikuti Jinyoung karena tidak mungkin meninggalkan dia sendiri.

Beruntung tubuhnya yang tinggi bisa membantu lelaki itu melihat siapa yang ada di tengah kerumunan. Hanya seorang gadis dengan rambut sebahu yang ia kenali karena merupakan adik dari teman segrupnya.

Youra Noona? Ia menebak-nebak dalam hati, apa yang sedang dilakukannya. Namun, ternyata ia tidak sendiri. Jinyoung refleks mendorong beberapa orang yang menghalangi penglihatannya dan segera menembus gerombolan itu.

"Ara Noona?!" panggilnya. "Wae? Wae? Wae? Apa yang kau lakukan dan kalian juga sedang apa berkumpul di sini?"

Sorotan mata Jinyoung terlihat kebingungan karena mendapati Ara yang terus menunduk. Sesekali ia juga mendengar isak tangis. Sementara itu, Youra terus-menerus berbicara seenaknya tentang Ara.

"Jinyoung-ah, apa yang kau lakukan? Membela gadis yang memiliki kecantikan palsu seperti dia? Kau pasti menyesal sudah menyukai Ara kalau kau lihat foto ini."

Jinyoung mengamati foto itu. Ia cukup terkejut. Namun, di samping itu, seseorang yang tadi berjalan bersama Jinyoung justru memejamkan mata. Menarik napasnya dalam-dalam kemudian mengembuskannya berat. Jihoon ada di sana, tapi hanya bisa memperhatikan Ara. Tidak bisa berbuat apa-apa, lagi pula Jinyoung sudah bersama Ara.

"Ya!" pekik Jinyoung. "Bukankah setiap orang pasti punya masa lalu yang mungkin kurang baik? Lalu apa masalahnya? Selagi orang itu mau berusaha menjadi lebih baik, kenapa tidak?"

"Perubahan Ara noona juga tidak membuat hidupmu susah, 'kan, Noona?" tanya Jinyoung kepada Youra, dengan tatapan mata kesal.

"Bubar, bubar! Dan jangan lagi berani mengejek atau menertawakan Ara noona!" Jinyoung merendahkan tubuhnya dan berusaha menutupi Ara dari orang-orang yang terus memandangnya sebelah mata. Termakan ejekan Youra, sepertinya.

Laki-laki itu merentangkan tangannya. Kepalanya tepat berada di atas milik Ara. Lantas, ia berbisik untuk memastikan keadaan Ara. "Noona, tidak apa-apa?"

"J-Jinyoung...." Ara menengadahkan kepalanya. Ia sedikit merasa tenang karena kehadiran lelaki itu. Jarak wajahnya dengan Jinyoung tidak begitu jauh. Keduanya bertatapan. Dari sorot mata yang Ara tangkap, laki-laki yang masih melindungi dirinya dari orang sekitar itu benar-benar tulus membelanya.

Perlahan, orang-orang pergi meninggalkan tempat tersebut. Termasuk Youra, yang dengan kesal malah melempar foto tersebut. Ara bahkan tidak mengerti kenapa Youra bisa melakukan hal itu karena Ara merasa ia tidak memiliki masalah apa pun dengan Youra.

"Noona bisa berdiri sekarang. Tidak perlu takut atau merasa sedih lagi," ajak Jinyoung sembari mengulurkan tangannya.

Ara memandangi tangan Jinyoung, tapi di balik itu ia juga bisa melihat masih ada tiga orang lain yang berdiri di sana. Dua di antaranya---Woojin dan Daehwi---bergegas menghampiri Ara dan Jinyoung. Mereka saling bertanya tentang keadaan Ara. Namun, satu orang masih berdiri di sana dan terus bergeming. Jihoon. Laki-laki itu tidak mau mendekat.

Tatapan itu ... sama seperti apa yang kudapatkan ketika dulu aku dipermalukan di depan umum. Jihoon akhirnya tahu siapa aku. Dia tidak akan mau berada di dekatku lagi atau parahnya dia akan mengejekku seperti dulu.

Pikiran itu terus membebani Ara. Rasanya gadis itu ingin pergi saja dan tidak perlu kembali. Ia terlalu takut.

"Noona? Kau dengar aku? Tidak perlu takut, ada aku," ucap Jinyoung berusaha menenangkan Ara. "Woojin hyung, juga Daehwi."

Ara mengerjapkan matanya. "Jinyoung, terima kasih, tapi maaf ... aku harus pergi duluan."

Jihoon yang aku kenal akhir-akhir ini sudah menghilang, dia kembali menjadi Jihoon jahat seperti dulu dan aku tidak mau lagi bertemu dengannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top