14. Stay Away, Please?

Sebelum mulai baca part ini,
bolehlah yuk intip dulu trailer TMoU.
Bisa putar langsung di multimedia ya, shay atau mampir ke YouTube aku
(Vania Andona).
Semoga suka ❤

🔼🔽🔼

Seorang laki-laki tengah berjalan menyusuri lorong sekolah sambil tersenyum. Langkahnya riang dan sejak tadi tidak berhenti memandangi makanan yang ada di tangannya. Katanya, makanan itu untuk orang yang spesial.

"Noona menyukai es krim cokelat, berarti tidak menutup kemungkinan kalau dia juga suka dengan cokelat ini," ucap Jinyoung meyakinkan dirinya sudah membawakan makanan yang tepat.

Kelas yang ingin ditujunya berada hampir di ujung lorong. Melewati tiga kelas lagi dan ia akan sampai. Isi ruangan hampir setengahnya kosong. Jam istirahat seperti ini, lebih banyak dihabiskan murid-murid di luar kelas.

Netra Jinyoung meneliti area tersebut. Mencari sosok gadis yang menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Namun, tidak ada. Hanya Woojin yang dikenalnya di sana.

Woojin yang menyadari keberadaan Jinyoung langsung beranjak dan melambaikan tangan. Melihatnya, Jinyoung memberi isyarat supaya Woojin menghampirinya yang berdiri di dekat pintu.

"Tumben kau ke sini, biasanya langsung menunggu di kantin. Wae?" tanya Woojin yang langsung mengarahkan pandangannya ke tangan Jinyoung. "Untukku ya? Gomaw---"

"Hyung!" pekik Jinyoung ketika cokelat miliknya telah berpindah tangan. Lantas, lelaki itu merampasnya kembali. "Bukan buatmu, ck."

Alih-alih marah, Woojin jelas memperlihatkan gigi gingsulnya dan terkekeh ketika mendapati wajah masam Jinyoung. Ia merangkul lelaki itu kemudian berbisik, "Kim Ara? Kau mau mendekatinya dengan memberikan ini?"

"Ah, Hyung, berhenti meledekku," keluh Jinyoung kemudian tersenyum malu. Namun, cepat-cepat mengembalikan ekspresi wajahnya.

"Karena kau sudah tahu kalau aku mencarinya, sekarang dimana Ara noona?"

"Kau bertanya kepadaku? Kalau begitu, jawabannya aku tidak tahu. Sejak bel istirahat berbunyi, dia langsung keluar."

"Kenapa kau tidak bertanya ke mana ia akan pergi?"

"Karena aku tidak perlu tahu," balas Woojin diiringi dengan kekehannya. "Coba kau cari dia di halaman belakang sekolah atau mungkin perpustakaan. Orang sepertinya yang suka menyendiri, kemungkinan menyukai tempat seperti itu."

"Ah, benar juga. Baiklah, aku akan mencarinya dulu. Gomapta, Hyung!"

🔼🔽🔼

"Apa sekolah ini begitu luas sampai untuk mencari noona saja sulit seperti ini?" gerutu Jinyoung usai menghampiri kedua tempat yang disebutkan oleh Woojin, tapi keduanya nihil.

Ia sama sekali tidak menemukan Ara di sana. Sementara itu, waktu istirahat juga akan segera berakhir. Mau tidak mau, ia hanya terpaksa berjalan menuju kelasnya saja dan kembali ke kelas Ara sepulang sekolah.

Sesuatu mencuri perhatian Jinyoung. Sebuah ruangan dengan jendela yang cukup besar, di dalamnya ada dua orang yang saling bercakap. Awalnya ia bersikap tidak acuh, tapi berakhir pada rasa penasarannya juga karena keduanya tampak tidak asing.

"Itu Jihoon hyung dan ...." Jinyoung menyipitkan matanya, tapi sesaat kemudian langsung membulat. "Ara noona?"

Bunyi hantaman keras terdengar ketika pintu ruangan tersebut beradu dengan tembok. "Hyung!"

"Kalian? Kenapa bisa ada di ruangan ini berdua?"

Langkah Kim Ara terhenti, juga dengan lambaian tangannya yang semakin rendah. Sementara, Jihoon hanya mengangkat salah satu alisnya. Jinyoung berjalan mendekat.

"Kau juga kok bisa sampai di sini?" Ara malah bertanya heran.

Jinyoung menoleh kemudian menunjukkan senyumnya. "Aku mencarimu, Noona. Kau jangan ke mana-mana dulu dan aku minta waktu untuk bicara sebentar dengan Jihoon Hyung. Oke?"

Lelaki itu sudah mendelik ke arah Jihoon kemudian menarik lengan Jihoon. Membawanya sedikit lebih jauh supaya Ara tidak bisa mendengar obrolannya.

"Hyung sedang apa dengannya?" tanya Jinyoung.

"Ini aula, aku sedang latihan dan tentang Ara ... dia tidak sengaja lewat sini dan menghampiriku," jelas Jihoon persis seperti apa yang sebenarnya terjadi.

Laki-laki yang diajaknya bicara itu mengusap dagu dengan jarinya. "Bukan itu. Tadi aku melihat noona memberikan sesuatu untukmu. Apa itu? Di tanganmu?"

Jinyoung sedikit mengintip benda yang disembunyikan oleh Jihoon di belakang punggungnya. Ia berusaha meraihnya, tapi Jihoon terus-menerus menjauhkan benda itu.

"Hyung, aku ingin tahu," rengek Jinyoung sembari memanyunkan bibirnya.

"Hush, jangan seperti anak kecil." Jihoon melirik ke belakang sejenak. "Ara sedang memperhatikanmu."

Tersadar bahwa gadis itu memang masih ada di sana, Jinyoung akhirnya menghentikan gerakan tangannya. Ia melipatnya di depan dada sembari mendengkus. "Aku penasaran."

"Wae?"

"Apa kau cukup dekat dengan Ara noona sampai-sampai ia mau memberikan miliknya untukmu?"

Nada bicara Jinyoung terdengar berbeda dan Jihoon tahu kalau lelaki itu tidak menyukainya. Meskipun begitu, Jihoon juga tidak mau mengembalikan benda milik Ara atau menolak pemberiannya sebelum ia tahu apa isinya. Jihoon tidak tahu, tapi Ara bisa membuatnya merasa lebih baik.

"Kau memintaku untuk mencari tahu tentangnya, 'kan? Biasanya ia akan lebih mudah bercerita ketika ia sudah merasa nyaman dengan orang lain. Kau mengerti maksudku?"

Jika dipikir-pikir, perkataan Jihoon ada benarnya juga. Itu cukup masuk akal. Namun, apa yang dilakukan oleh Jihoon ataupun Ara dianggapnya terlalu berlebihan dan itu membuat Jinyoung cemburu. Berpikiran bahwa seharusnya sejak awal ia tidak perlu meminta bantuan Jihoon yang akan semakin membuat laki-laki itu lebih dekat dengan Ara.

"Aku malah curiga kalau kau melakukan ini bukan untukku, tapi untuk hatimu," balas Jinyoung sambil berdecak. "Kau suka juga dengan Ara noona, huh? Akhir-akhir ini kalian cukup dekat."

Jihoon memutar bola matanya malas. "Sudah kubilang, ini semua kulakukan untuk membantumu. Kemarin juga aku sudah memberikan informasi tentang Ara yang seharusnya kau tahu."

"Tapi kau seharusnya juga memberiku kesempatan untuk menghampiri atau mendekati noona, Hyung. Jangan setiap saat kau ada bersamanya."

"Memang aku yang memintanya ada di dekatku? Dia sendiri yang datang ke sini. Bukan salahku dan kau jangan berpikiran macam-macam seperti ini."

Jihoon menghela napasnya berat. Sedikit mendongakkan kepala dan melihat ke langit-langit kemudian mengembalikan pandangannya ke Jinyoung. "Lalu sekarang kau mau apa?"

"Hyung tidak usah lagi membantuku. Biar aku yang berusaha sendiri saja. Terima kasih informasinya kemarin-kemarin, tapi sekarang aku akan melakukannya sendiri." Jinyoung mengatakannya dengan mantap.

Lelaki itu membalikkan badan dan ingin kembali ke tempat Ara berdiri, tapi ia sempat menoleh sebentar. "Hyung ... jangan jatuh cinta pada Ara noona."

Mendengarnya, Jihoon tidak membalas apa pun dan hanya memandangi Jinyoung yang berjalan ke arah Ara. Dilihatnya Ara beradu pandang dengan Jinyoung. Tepatnya, mungkin Ara penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Ara Noona, kau jangan terlalu dekat dengan Jihoon Hyung. Aku tidak suka melihatnya," ucap Jinyoung kemudian mengatur napasnya sejenak.

Ia dapat menangkap kebingungan dari sorot mata Ara. Sebelum berbicara kembali, ia melirik Jihoon yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Aku menyukai Noona."

🔼🔽🔼

Bye, guys, bye.
Aku sudah ambyar karena Jinyoung😭😭

Bonus, untuk menambah keambyaran:

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top