13. Good Friend?

Decit sepatu yang beradu dengan lantai terdengar jelas dan menggema di ruangan kosong. Ruangan itu dipenuhi dengan kaca serta didominasi oleh warna cokelat muda. Seseorang tengah fokus memperhatikan tiap gerakan badannya yang terpantul di kaca. Peluhnya bercucuran, napasnya terengah-engah.

Ia membungkukkan tubuh dan memegangi kakinya. Rambutnya disisirkan ke belakang dengan tangan. Terdengar suara decakan dari mulutnya. Sambil tetap membiarkan musik memenuhi aula sekolah, pikiran Jihoon kembali ke hari kemarin.

"Berhenti, berhenti. Jihoon-ah, wae? Kau tidak biasanya seperti ini. Sejak tadi kau terus melakukan kesalahan. Ada yang mengganggu pikiranmu?" Seongwoo bertanya usai Jihoon berkali-kali melakukan gerakan yang salah. Sementara, yang diajaknya bicara hanya menunduk saja.

"Maaf, Hyung. Aku tidak fokus. Kita ulangi lagi dan kali ini pasti tidak akan salah lagi," balas Jihoon.

Jisung maju beberapa langkah dan berada di samping Jihoon. "Nanti saja lagi. Kita istirahat dulu. Kebetulan, aku juga lapar."

"Hyung? Ah, maafkan aku."

"Ah!!" Jihoon mengacak-acakkan rambutnya. Melihat pantulan dirinya yang tampak tidak karuan. Aula sekolah yang kini ia datangi menjadi penuh dengan teriakan Jihoon.

Jihoon tidak habis pikir bahwa hal ini bisa mengganggu pikirannya terus-menerus. Bahkan hampir mengacaukan seluruh latihannya. Ini terjadi sejak ....

"Kim Ara, kau benar-benar masih takut bergaul karena kasus yang menimpamu dulu?"

"Eung. Menakutkan dan lagi ... sahabatku tidak ada di sini."

"Kalau begitu, kau bisa mengandalkanku."

"Mwo?"

"Aku tidak tahu bagaimana masalahmu di masa lalu, tapi kalau kau butuh teman yang bisa melindungimu atau membuatmu nyaman ... kau bisa datang kepadaku."

"HAH! Aku sudah gila!" Jihoon menengadahkan kepalanya ke langit-langit. Mengembuskan napasnya kuat-kuat.

"Bagaimana bisa aku berkata seperti itu? Hanya karena rasa simpati, jangan sampai dia berpikir macam-macam tentangku."

Jihoon menggeleng. Ia menegakkan tubuhnya kembali. Menghela napas kemudian membuangnya perlahan. Badannya mulai digerakkan, mengikuti alunan musik.

Untuk menggantikan hari kemarin---latihannya yang kacau---Jihoon harus melatih dirinya seorang diri. Hari comeback-nya semakin dekat, tapi laki-laki itu bahkan tidak bisa fokus seperti biasanya. Waktu menyendiri seperti inilah yang dibutuhkan.

Ia terlalu fokus sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari luar. Aula itu memiliki jendela yang cukup lebar hingga bagian dalam ruangannya dapat terlihat jelas dari luar.

Seorang gadis dengan rambut kuncir tengah berdiri di depan pintu. Tangan kanannya sudah memegang knop di hadapannya. Lantas, perempuan setinggi 169 cm itu membukanya pelan-pelan supaya tidak mengusik fokus laki-laki di dalam ruangan itu.

Gerakan Jihoon terhenti ketika melihat gadis yang baru masuk itu dari kaca di depannya. Seseorang di sana hanya tersenyum padanya dengan kedua tangan yang tersimpan di belakang badannya. Lantas, Jihoon membalikkan tubuh dan gadis itu menghampirinya.

"Kuperhatikan sejak tadi ... kau serius sekali?" tanya Ara, memulai percakapan di antara keduanya.

Mata Jihoon membulat. "Sejak tadi? Kau mendengar apa yang kukatakan sejak tadi?"

"Ah," Ara menggeleng, "ani. Aku baru masuk. Hanya mengamatimu dari luar saja."

Jihoon dapat bernapas lega mendengar jawaban dari Ara. Namun, kini ia penasaran dengan apa yang gadis itu lakukan di sekitar sini.

"Kau kok bisa lewat sini?" tanyanya.

Ara menoleh ke belakang kemudian tersenyum. "Aku baru kembali dari perpustakaan dan melihat kau ada di sini. Jadi, kenapa tidak aku menyapamu sebentar?"

"Kau ... ada masalah?" Ara merasa sedikit khawatir melihat kondisi Jihoon yang sedang memburuk. Terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Tidak, tidak. Hanya perasaan biasa yang muncul jika hari comeback kami tiba saja." Laki-laki itu tidak berbicara yang sesungguhnya karena tidak mungkin ia mengatakannya kepada Ara.

Gadis itu mengangguk. Ia tidak pernah tahu bagaimana perasaan yang dimaksud oleh Jihoon karena tidak pernah mengalaminya. Ia juga tidak pernah tertarik dengan mempelajari kehidupan seorang idol sebelumnya. Namun, yang ia tahu kini, mereka punya tanggung jawab yang berat, yang disimpannya di balik tiap senyum yang terukir di depan wajah para penggemarnya.

"Kau gugup? Ah, gwenchana." Telapak tangan Ara menepuk pundak Jihoon. "Aku yakin kau bisa melewatinya."

Apa ini bisa disebut gugup? Padahal sebenarnya alasan semua ini ada pada orang yang berbicara padaku sekarang ini. "Iya, terima kasih, Kim Ara."

"Geurae. Akan kubiarkan kau fokus latihan saja, aku kembali ke kelas dulu."

Perkataan Ara dibalas dengan anggukan Jihoon. Namun, sebelum gadis itu benar-benar pergi, ia mengeluarkan pemutar kaset portable berwarna putih. Benda yang menjadi temannya kala sedang merasa sendiri. Memperhatikannya sejenak lalu mengukir senyum di wajah.

"Jihoon-ah, ambil ini." Ara menyodorkan benda itu, sementara Jihoon tidak mengambil atau menolaknya. Ia hanya bingung.

"Kalau sedang ada pikiran yang mengganggu atau keadaan yang menekan, lagu-lagu ini bisa menenangkanku," lanjut gadis itu. "Mungkin juga berlaku untukmu."

"Eoh? Kau tidak keberatan?"

"Aku yang memberikannya kepadamu. Anggap saja kau meminjamnya sampai keadaanmu membaik."

Salah satu sudut bibir Jihoon terangkat. Ia sengaja membolak-balikkan pemutar musik di tangannya kemudian setelahnya menoleh ke arah Ara.

"Kau sudah baik mau menjadi temanku. Sekarang, aku juga harus bisa menunjukkan sikap seorang teman yang baik, bukan?" Gadis itu terkekeh.

"Ne, sekali lagi terima kasih."

"Bukan masalah. Semangat!" Ara mengangkat kedua tangannya---memberikan semangat---kemudian beralih pergi sembari melambaikan tangan.

Menanggapinya, Jihoon perlahan menggerakkan jemarinya untuk membalas lambaian itu. Ia tersenyum tipis, tapi tidak berlangsung lama karena seseorang masuk ke ruangan tersebut secara tiba-tiba. Mengagetkan Jihoon dan Ara yang masih berada di sana.

"Kalian? Kenapa bisa ada di ruangan ini berdua?"

🔼🔽🔼

Sebelum berpisah dari chapter ini, ada baiknya kalian menonton video debut (yang mengandung bawang) adek kesayangan nuna yang satu ini,

BAE JINYOUNG!!! 😘😘

Btw, tunggu chapter depan bakal ada yang spesial yey!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top