06. Yes, I Know That Girl

Bunyi hentakan kaki terdengar di ruangan yang dipenuhi oleh kaca tersebut. Sepuluh laki-laki terlihat melakukan hal yang sama. Seseorang menghitung gerakan yang dilakukan supaya tetap sesuai dengan tempo lagu, sementara beberapa lagi di antaranya menyanyikan beberapa bait lagu.

"So beautiful ... beautiful. Geu nugu boda areumda—Ah! Mian, mian." Kim Jaehwan menggeleng usai menyenggol tubuh Daniel. Main vocal utama Wanna One itu membungkuk berkali-kali sambil menggaruk tengkuknya.

"Begini benar, 'kan?" Jaehwan mengulangi tarian yang identik dengan gerakan memeluk itu sembari menengok ke kanan dan kirinya—memastikan kebenaran dari teman-temannya.

"Iya, benar, tapi tadi kau salah dan kenapa juga bisa menabrak tubuh Daniel hyung?" elak Kuanlin sembari terkekeh.

Daniel maju beberapa langkah hingga berada di depan Jaehwan. "Seharusnya seperti ini, bergerak ke arah kanan dulu. Kau malah sebaliknya tadi." Lelaki itu dengan lihai menggerakkan tubuhnya.

"Ah...." Jaehwan mengangguk tanda mengerti. "Itu aku juga tidak mengerti kenapa selalu salah saat melakukannya bersama."

"Sudah, ayo kita ulangi lagi. Woojin-ah, tolong musiknya," pinta Jisung. "Jaehwan, kau coba fokus, ya."

"Siap, Hyung!"

Pintu ruangan tersebut terbuka secara tiba-tiba. Semua orang di tempat itu refleks mengarahkan pandangannya ke pintu. Anggota yang terakhir datang, tidak lain adalah Bae Jinyoung.

"Annyeong haseyo!"

"Akhirnya kau datang juga. Kau lama sekali," keluh Daehwi. "Kita bahkan sudah latihan beberapa kali."

Jinyoung tertawa kecil sembari meminta maaf. Ia mengangkat dua buah plastik yang ada di tangannya. "Sebagai permintaan maaf, aku bawakan bungeoppang untuk kalian."

Lantas, lelaki itu berjalan mendekati kaca dan meletakkan tas serta plastik makanannya di sana. Ia duduk untuk mengistirahatkan dirinya sejenak yang kemudian disusul oleh teman-temannya.

Sekumpulan orang yang tadi sibuk memandangi refleks dirinya di kaca itu tengah duduk manis melingkari Jinyoung. Tangannya satu per satu mengambil kue berbentuk ikan tersebut. Tidak banyak bicara, mereka hanya menikmati makanan itu. Tidak heran kalau mereka kelaparan karena latihannya benar-benar menguras tenaga.

"Jihoon Hyung, Woojin Hyung," panggil Jinyoung di sela-sela acara makan mereka. "Kau mengenal murid baru di kelasmu? Namanya...."

Ia memutar bola matanya sejenak, mencoba mengingat nama yang baru didengarnya beberapa waktu lalu.

"Ara? Kim Ara?" sambung Jihoon usai menggigit kue ikan. Ia melanjutkan kunyahannya sembari menatap Jinyoung.

"Anak baru yang duduk di depanmu itu?" tanya Woojin yang ditanggapi dengan anggukan Jihoon. "Ah, iya iya. Aku belum berbicara banyak dengannya jadi belum begitu tau tentang dia."

"Kenapa?"

Saat ditanya seperti itu, Jinyoung justru terlihat malu. Lelaki itu tersenyum sembari menunduk. "Aku baru bertemunya tadi saat perjalanan menuju ke sini."

Woojin refleks terkekeh. "Kupikir apa. Lalu kenapa, Bae?"

"Kau harus tau kalau dia itu perempuan yang kucari. Dia yang memberikan jatah bibimbapnya saat di kantin, kau ingat?"

Jihoon menyambar omongan Jinyoung sambil tertawa kecil. "Yang ada di pikirannya hanya bibimbap lagi."

"Ya, ya, Hyung! Bukan itu masalahnya." Jinyoung menoleh ke sebelah kirinya—tempat kaca besar terpajang di ruangan—dan meletakkan ibu jari dan telunjuknya di bawah dagu.

"Jika dua orang bertemu secara tidak sengaja dan dengan cara yang sama, bukankah itu artinya mereka berjodoh?"

Jinyoung memainkan alisnya. Tentu yang ia harapkan adalah kata 'iya' dari para hyung-nya.

Sungwoon beranjak kemudian berjalan ke arah Jinyoung. Ia merendahkan tubuhnya dan mengacak-acak rambut Jinyoung dengan gemas. "Kau ini ... sudah mengerti cinta rupanya?"

"Bae Jinyoung kita sudah besar."

"Jinyoung yang dulu bukanlah yang sekarang."

"Kau tau Bae Jinyoung? Oh, yang pemalu itu? Ah, ani, ani, dia sudah bukan Jinyoung yang pemalu lagi."

Juga beberapa kalimat meledek lain terdengar dan Jinyoung hanya bisa mendecak. Hyung-nya selalu menanggap Jinyoung seperti anak kecil.

"Hyung!" pekik laki-laki berkepala kecil itu. "Berhenti meledekku, huh."

Mereka semua sontak tertawa melihat ekspresi Jinyoung yang tidak mampu menyembunyikan salah tingkahnya. Satu per satu mereka berangsur pergi untuk mengambil minum usai puas memakan jajanan yang dibawakan oleh Jinyoung. Tersisa para maknae line Wanna One—Jihoon, Jinyoung, Woojin, Daehwi, dan Kuanlin—di sana.

Jinyoung menggeser duduknya supaya lebih dekat dengan Jihoon. "Hyung, sepertinya kau kenal baik dengan Ara noona. Apa kau tidak mau membantuku?"

"Mwo? Bantuan apa?"

"Supaya aku bisa lebih dekat dengannya."

"Maksudmu, kau memintaku untuk jadi peri cinta kalian?" tebak Jihoon yang mengerling ke arah Jinyoung.

Lelaki itu menjentikkan jari. "Tepat. Kau yang paling mengerti, Hyung," lanjutnya dengan kekehan.

"Memangnya aku bisa apa? Aku tidak mau." Jihoon beranjak dan pergi dari tempat itu, sementara mata Jinyoung mengikuti arah laki-laki itu.

"H-Hyung!" Jinyoung langsung ikut beranjak dan mengikuti langkah Jihoon dari belakang. "Ayolah, Hyung. Hyung yang paling tampan pokoknya."

Jihoon menahan tawa. "Apa-apaan rayuanmu itu?"

Jinyoung melingkarkan tangannya ke lengan Jihoon sambil menatap lelaki itu penuh harap. "Mungkin kau bisa tanyakan nomor handphone-nya, apa yang disukainya dan tidak, dan ... apa pun tentang dia."

"Tidak, tidak," tolak Jihoon, "kelihatannya jadi aku yang mengejar dia padahal aku hanya korban."

"Korban apanya?" elak Jinyoung sembari mengerutkan dahi. "Atau jangan-jangan sebenarnya kau juga tertarik dengan dia?"


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top