05. Second Time
"Kyung Mi-ya." Nada bicaranya melemah. "Museowoyo."
"Wae? Wae?" Kyung Mi jelas lebih bingung menanggapi sahabatnya. "Kau kenapa? Sejak tadi hanya melamun lalu tiba-tiba seperti ini."
Wajah Ara terlihat serius. "Bagaimana kalau orang-orang di sekolah baruku sama seperti mereka? Maksudku ... ejekan-ejekan itu. Mengerikan, bukan?"
Kyung Mi merasa sedikit lega karena sahabatnya takut untuk masalah itu saja dan bukan yang macam-macam. Ia pun menggeleng. Ujung bibirnya terangkat.
"Aniyo. Mereka tidak akan sama seperti itu lagi. Lagi pula kau juga sudah berubah sekarang."
Ara mengembuskan napasnya berat. "Sebelumnya aku tidak perlu khawatir karena ada kau, sekarang aku sendiri seperti ini. Siapa lagi yang akan membela dan melindungiku nanti?"
Tangan Kyung Mi mengelus bahu Ara, sekadar untuk menenangkannya. "Gwenchana. Semua akan baik-baik saja."
Gadis itu beranjak dari kursinya dan berjalan ke samping Ara. Ia merangkul gadis itu dan menyentuh pipi Ara dengan jari telunjuknya.
"Siapa yang mau mengejek gadis cantik seperti kau sekarang ini? Hei, diet dan perawatanmu itu berhasil. Kalau kau berdiri di depan anak-anak yang dulu jahat kepadamu pun belum tentu mereka mengenalimu."
Persis seperti apa yang Kyung Mi katakan, setelah lulus dari SMP, Ara benar-benar merawat dirinya. Masa kelamnya di SMP tidak ingin ia dapatkan lagi di SMA. Ia berusaha mengubah penampilannya menjadi gadis dengan paras dan tubuh yang cantik.
Mengatur pola makan, berolahraga, melakukan perawatan wajah. Gadis itu sungguh-sungguh melakukannya dan hal itu membuahkan hasil. Ia terlihat sangat berbeda sekarang.
Ara melirik ke sebelah kanannya. "Benar begitu?"
"Kalau seseorang mengenaliku, apa dia akan menertawakanku? Ah, andai appa tidak harus pindah lokasi kerja ke Seoul, mana mau aku berpisah sekolah denganmu."
Kyung Mi menggeleng. Tangannya masih merangkul Ara dan ia memajukan kepalanya sedikit hanya untuk melihat Ara dan tersenyum lebar. "Tidak mungkin. Mereka malah akan terpana denganmu."
"Sudah, tidak usah memikirkan hal itu."
Kyung Mi beralih dan mengambil gelas minuman miliknya. Ia menyeruput minuman hangat tersebut. Matanya menyapu seluruh ruangan di kafe kemudian melihat area luar dari jendela.
"Lebih baik kita mengitari Seoul, bukan?" tanya Kyung Mi sembari menaikturunkan kedua alisnya dan tersenyum. "Aku juga mau merasakan jadi orang Seoul beberapa hari ini."
"Ya, kau benar. Maaf atas kekhawatiranku ini dan semoga apa yang kau bilang tadi benar," balas Ara. Ia menyampirkan tas kemudian membawa minumannya. Kakinya melangkah menghampiri Kyung Mi.
"Kaja! Ke mana tujuan kita selanjutnya, Kim Ara?"
"Hmm ... Namsan Tower, bagaimana?"
"Ah, joha!"
Kyung Mi kembali merangkul Ara. Ia mengangkat tangan yang masih memegang gelasnya itu tinggi-tinggi kemudian menggerakkan tangannya di udara. Gadis itu sedang membayangkan keindahan tempat yang akan ditujunya.
Sambil menuju pintu keluar, Kyung Mi terus berbicara sendiri sementara Ara hanya tersenyum melihat sahabatnya. Berada di dekat Kyung Mi itu membuat dirinya merasa lebih aman.
"Wah, aku biasanya hanya mengamati tempat itu dari gambar dan berangan-angan bisa ke sana. Sekarang aku akan mengobati rasa penasaranku dengan kau, Ara. Senangnya!"
"Kau ini seperti anak kecil saja!" ledek Ara sembari terkekeh. "Hari ini adalah hari untukmu, apa pun yang kau mau akan a—"
"Eoh?"
Mulut Ara membulat. Gelas yang dipegangnya terjatuh dan hampir semua isinya terbuang sia-sia. Buruknya lagi, sebelum jatuh ke lantai, minuman itu lebih dulu mengenai seseorang.
"Mianhaeyo," ujar Ara sembari membungkuk tanpa berani melihat wajah orang yang baru saja ditabraknya.
Ia sempat mendengar lelaki di hadapannya itu mendesis. Rasanya ia akan menerima omelan dari orang itu. Ara masih menunduk dan justru memejamkan matanya.
Kyung Mi? Gadis itu justru tidak ikut merasa bersalah atau takut. Ia lebih kelihatan terpana dengan siapa yang ada di depannya.
Ara mendengar jelas suara gesekan antara jemari lelaki itu dengan kemejanya. Ah, eotteoke? Gadis itu membatin.
Alih-alih mengomel, lelaki itu justru lebih tertarik untuk melihat sosok di balik rambut panjang yang terurai menutupi wajah seseorang di depannya. Ia merendahkan tubuhnya.
"Gadis bibimbap!" pekiknya.
Mendengar hal itu, Ara langsung mengangkat kepalanya. Seseorang tengah tersenyum lebar sambil menunjuk ke arahnya. Alis Ara mengernyit, kedua matanya sengaja ia sipitkan. Ia sedang mengingat sesuatu.
"Sepertinya aku pernah melihatmu di ...."
"Kantin!" sambarnya. "Dan kita belum berkenalan. Namaku Bae Jinyoung."
Ara mengangguk dan mengingat di mana tempat pertemuan pertama mereka. Lelaki itu menyodorkan tangannya yang kemudian dibalas oleh Ara. "Kim Ara, murid baru kelas 12 di departemen menari."
"Ah, Noona, kau sekelas dengan Jihoon hyung dan Woojin hyung?" tebak Jinyoung.
Ara mengerling ke arah lain. Ia menggaruk tengkuknya. "Hmm ... aku belum banyak berkenalan dengan temanku, tapi Jihoon ... ya, aku bertemu dengannya."
"Oh, iya, maaf. Bajumu ...." Ara melihat bekas minuman yang mengenai kemeja Jinyoung, begitu pula lelaki itu yang mengikuti arah gerakan mata Ara.
Jinyoung menggeleng dan justru tertawa kecil. "Gwenchana. Ini bukan masalah besar."
"Ngomong-ngomong, kemarin kau menjatuhkan makanan di depanku, sekarang minuman." Jinyoung melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tersenyum sembari memiringkan kepalanya melihat Ara. "Cara bertemu kita unik juga, ya."
"Ne?"
"Apa kau seceroboh itu? Untung kali ini hanya denganku. Kalau kau seperti itu dengan orang lain, pasti sudah habis dimarahi."
"Ah .…" Ara mengangguk. "Kau benar."
Gadis itu ikut tertawa kecil dengan Jinyoung, tapi terdengar canggung. Ara menoleh dan menyadari bahwa sejak tadi Kyung Mi masih bersamanya. Ia refleks merangkul sahabatnya dan bermaksud untuk memperkenalkannya kepada Jinyoung.
"Aku hampir lupa. Ini sahabatku, namanya Ahn Kyung Mi." Seseorang yang diperkenalkannya itu menunduk dan tersenyum lebar pada Jinyoung.
Jinyoung membalas senyuman itu. "Bae Jinyoung." Ia memainkan jemarinya membentuk sebuah pistol dan mengedipkan matanya.
Kyung Mi justru hanya tertegun dan tidak menjawab apa pun selain dengan senyuman. Beralih, Jinyoung memutuskan untuk mengakhiri pertemuannya dengan Ara hari ini.
"Sepertinya aku harus buru-buru. Kita bertemu lagi nanti, ya, Noona."
"Ne. Hati-hati!" Ara melambaikan tangannya, mengiringi Jinyoung yang semakin lama menghilang dari pandangannya.
Gadis itu melayangkan tatapan ke Kyung Mi yang hanya diam saja sejak tadi. "Kyung Mi-ya, ayo kita berangkat ke Namsan Tower sekarang."
"Daebak!" pekik Kyung Mi.
"Wae?"
Kyung Mi memutar tubuhnya. Matanya membulat dan kedua tangannya memegang bahu Ara.
"Bagaimana kau bisa mengenal Bae Jinyoung? Kau bersekolah di tempat yang sama dengan dia?" Kyung Mi melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu tanpa jeda. Ia bahkan menengok ke arah terakhir kali melihat Jinyoung meski lelaki itu sudah tidak ada di sana.
"Memang kenapa?" tanya Ara polos.
"Ya, Kim Ara! Apa kau tidak tau? Kau tidak mengenalnya, huh?"
"Bae Jinyoung. Kita baru berkenalan tadi."
"Ani, ani. Dia anggota dari grup Wanna One. Kau tidak tau?" Menanggapi ucapan Kyung Mi, Ara hanya menggeleng.
"Grup ternama yang berasal dari ajang survival. Ya ... memang mereka baru debut beberapa bulan lalu, tapi masa kau tidak tau?"
Ara mendecak. "Ya~ aku tidak tertarik dengan itu. Makanya aku jarang menonton hal semacamnya."
Kyung Mi mengerucutkan bibirnya. "Aish, kau beruntung! Bisa berteman dengan idol seperti dia, mungkin suatu saat ...."
Gadis itu melirik dan menunjukkan senyumnya. Bukan senyum tanpa arti. Itu lebih terlihat seperti meledek.
Dahi Ara mengerut. "Apa yang kau pikirkan?"
"Mungkin suatu saat menjadi kekasihmu!" ceplos Kyung Mi yang dengan sengaja langsung menutup mulutnya.
"Mwo? Kyung Mi-ya!" Sebelum berhasil menegur sahabatnya, Kyung Mi sudah berlari terlebih dahulu. Meninggalkan Ara yang terpaku dengan rona merah memenuhi pipinya.
— Kamus Mini —
Aniyo/Ani: tidak
Joha: (aku) suka
Mianhaeyo: maaf
Eotteoke?: bagaimana ini?
Daebak: luar biasa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top