Part 33

Aku sengaja menentukan titik pertemuan kami sedikit agak jauh dari rumah kost. Dan Satria datang tepat di jam yang sudah kutentukan.

Tanpa berbasa-basi pria itu langsung menyuruhku masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu benar-benar senggang hari ini, kan?" Satria kembali memastikan jadwalku sesaat setelah aku menempati kursi penumpang di samping tubuhnya. Padahal semestinya aku yang bertanya apakah ia tidak sibuk? Biasanya kaum berduit memiliki sejumlah kegiatan di akhir pekan, semisal bermain tenis, golf, atau semacamnya. Di arena olahraga seperti itu biasanya menjadi ajang pertemuan bagi komunitas elite dan mungkin bisa jadi cikal bakal dari terciptanya sebuah bisnis baru.

"Iya. Hari ini Minggu, kan?"

Satria tertawa.

"Ya, memang. Kupikir selama ini kamu sibuk meskipun hari Sabtu atau Minggu." Pria itu sengaja menyindirku. "Kalau aku tidak menghubungimu semalam, kurasa kamu tidak akan pernah menghubungiku selamanya."

Ia memukulku dengan telak lewat sindiran.

"Maaf." Jujur, aku tak bisa membalas pria itu dengan kalimat sebanding. Justru kata maaf yang meluncur dengan canggung dari bibirku.

"Aku tadi sudah bilang pada mama kalau ada seorang teman yang mau berkunjung ke rumah," ujar Satria tak memperpanjang pembahasan sebelumnya.

"Dan reaksinya?"

"Biasa saja."

Itu artinya mama Satria tidak berpikir macam-macam tentangku. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman yang melibatkan diriku di dalam keluarga Satria.

Setelah beberapa menit perjalanan, sampailah kami di depan sebuah rumah megah berlantai dua dan dikelilingi oleh pagar besi yang lumayan tinggi. Ternyata dugaanku selama ini tidak salah. Keluarga Satria bukanlah orang sembarangan.

"Ayo turun, Na."

Aku tergagap mendengar perintah Satria. Aku terlalu terpukau melihat kemegahan rumah Satria dan tak menyadari apa yang semestinya kulakukan setelah mobil yang kami tumpangi berhenti.

Ya, ampun.

Begitu kedua kakiku menapak ke bumi, seketika nyaliku menciut. Bagaimana tidak minder, aku hanya mengenakan sepasang sepatu sneaker lama yang kupakai sejak duduk di bangku SMA. Meskipun bersih, tapi tak bisa menutupi kelusuhannya. Sedang kemeja panjang dan kulot yang membungkus tubuhku sekarang merupakan outfit yang biasa kupakai saat pergi ke kampus. Penampilanku terkesan biasa dan cenderung kuno. Apa mamanya Satria tidak akan risih menerima kedatangan teman putranya yang 'tidak sebanding' dengan keluarga mereka? Meskipun hanya seorang teman, mereka tentu khawatir dengan lingkup pergaulan putra mereka. Orang kaya cenderung khawatir jika anak-anak mereka dimanfaatkan oleh kaum miskin.

"Itu garasinya."

Satria menunjuk ke arah sebuah garasi yang berada di salah satu sudut halaman. Garasi itu tertutup rapat oleh rolling door. Membuatku tak bisa melihat isi di dalamnya.

"Mobil Kak Dewangga disimpan di sana," lanjut Satria menerangkan. "Garasi itu tidak pernah dibuka sejak Kak Dewangga meninggal."

"Oh." Aku hanya bergumam kecil tanpa tahu mesti berkomentar apa.

"Ayo. Mama pasti sudah menunggu."

Apa yang kualami beberapa waktu belakangan benar-benar misterius. Jika mobil Dewangga terparkir di dalam garasi itu, lantas mobil siapa yang kulihat hampir setiap hari di sekitar kampus? Bahkan aku pernah naik mobil itu bersama Dewangga. Itu bukan sekadar halusinasi dan aku yakin pernah mengalaminya. Mungkinkah aku telah memasuki dimensi lain saat itu?

Dengan langkah penuh keraguan, aku menyusul Satria berjalan ke arah pintu rumahnya yang terlihat tinggi menjulang. Kuperkirakan tingginya sekitar tiga meter dan berbahan kayu jati. Harganya tak bisa kutaksir.

Begitu memasuki ruang tamunya, aku dibuat lebih tercengang lagi. Ini bukan sekadar rumah, tapi istana! jeritku dalam hati.

"Kamu sudah pulang, Sat?"

Suara seorang wanita terdengar menegur sekaligus mengalihkan kekagumanku dari kursi-kursi mahal yang tertata rapi di ruang tamu. Seorang wanita muncul dengan mengenakan sehelai gaun panjang berdesain sederhana. Rambutnya hanya dijepit ala kadarnya. Riasannya juga tipis dan terkesan natural. Namun, secara keseluruhan wanita itu terlihat cantik meski usianya sudah tidak muda lagi. Ia adalah mama Satria.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top