Part 13
Aku terbangun.
Pemandangan malam yang temaram dan mencekam tidak kutemukan saat aku membuka mata. Aku kembali melihat suasana di dalam kamar kost dan Silvi yang sedang tertidur pulas di atas kasur. Aku juga masih duduk bersandar pada tembok, bahkan buku yang tadi sempat kubaca terjatuh ke atas pangkuan.
Mimpiku belum tuntas. Namun, entah mengapa mimpi itu terasa begitu nyata. Aku bahkan masih merasakan hawa dingin yang menusuk persendian. Seluruh tubuhku kaku dan ngilu, seolah-olah tubuhku benar-benar diikat dengan seutas tali.
Adegan dalam mimpiku terasa tidak asing, seolah aku pernah mengetahui kejadian itu sebelum mengalaminya. Ah, apakah itu merupakan bagian kisah dari yang Dewangga ceritakan tadi siang? Saat ia melarikan diri dan menemukan kekasih dan kedua orang tuanya terikat pada sebuah tiang?
Jam menunjuk angka dua malam. Aku bergegas pindah ke atas kasur dan berbaring di sebelah tubuh Silvi.
Mimpi itu tidak nyata. Aku pasti terbawa oleh kisah Dewangga. Pria itu sudah meracuni pikiranku dengan cerita masa lalu yang mengalir begitu meyakinkan dari mulutnya. Aku tidak boleh meyakini ucapan pria itu!
**
"Raden Arya! Apa yang Anda lakukan di sini!"
Suara lantang dalam bahasa daerah itu sontak membangunkanku dari tidur.
Dengan sisa kekuatan yang ada, aku berusaha mengangkat kepala.
Ketika aku membuka mata, cahaya temaram yang berasal dari nyala obor masih menjadi satu-satunya alat bantu untuk melihat keadaan sekitar. Udara juga bertambah dingin. Agaknya saat ini masih dini hari. Butuh beberapa jam lagi hingga matahari terbit dan aku bisa melihat kondisi yang sesungguhnya di sekitar tubuhku.
Seorang pemuda berpakaian bagus dan dipanggil Raden Arya itu tampak berdiri beberapa meter di depan sana. Mungkin ia baru saja tiba. Meski hanya dengan penerangan seadanya aku bisa melihat jika parasnya cukup rupawan. Entah mengapa aku merasa sangat mengenal pemuda itu. Aku merasa memiliki sebuah ikatan dengannya.
Penampilan Raden Arya terlihat jauh berbeda dari kami yang hanya memakai pakaian lusuh dan di beberapa tempat terdapat sobekan kecil yang telah ditambal. Raden Arya dan kedua orang yang sudah menyandera kami terlibat dalam sebuah ketegangan.
"Kenapa kalian mengikat mereka? Mereka tidak bersalah!" Raden Arya berseru. Ia terang-terangan berada di pihak kami.
Raden Arya terlihat sangat marah, sementara kedua pria bertubuh tinggi besar yang kukenali sebagai orang yang mengikatku dan sepasang suami istri di sampingku hanya berusaha menahan tubuh Raden Arya agar tidak meringsek maju mendekati kami bertiga.
"Tidak seharusnya Raden ada di sini. Sebaiknya Raden kembali."
"Ayahandaku yang sudah menyuruh kalian, bukan?"
"Maafkan kami, Raden... "
"Lepaskan mereka sekarang!"
"Kalau Raden bersedia kembali ke kediaman, kami berjanji akan membebaskan mereka."
"Kalian mengancamku?"
Kedua pria bertubuh tinggi besar itu menunduk penuh hormat.
"Maafkan kami, Raden. Kami hanya menjalankan perintah... "
Raden Arya tampak tidak sabar. Ia bermaksud menyerang kedua pria bertubuh tinggi besar itu, tapi rupanya ilmu Kanuragan yang dimilikinya tidak sebanding dengan mereka. Alhasil Raden Arya dengan mudah ditaklukkan oleh kedua orang bertubuh tinggi besar itu dalam beberapa jurus saja.
"Sebaiknya Raden kembali sekarang juga. Jangan sampai kami menyeret paksa Raden," ancam salah satunya. Nadanya terdengar serius. Ia terkesan lancang dan berani memberi perintah pada putra majikannya.
Raden Arya tahu tak punya pilihan selain kembali ke kediaman keluarganya. Ia tampak putus asa.
"Kalau begitu lepaskan mereka sekarang dan aku akan kembali."
"Kami hanya bisa melepaskan mereka setelah pernikahan Raden Arya selesai"
"Baik. Aku akan melakukannya." Meski batinnya menentang keras pernikahan itu, Raden Arya terpaksa menyanggupi permintaan mereka. Ayahandanya pasti dengan sengaja memojokkannya dengan tidak memberinya kesempatan dan pilihan.
Raden Arya sempat menatapku cukup lama sebelum akhirnya berbalik lantas pergi. Bayangan tubuhnya menghilang di kegelapan malam.
Dan itu bukan sekadar ancaman. Setelah Raden Arya pergi, aku dan sepasang suami istri yang kuketahui sebagai kedua orang tuaku di dalam adegan itu, tidak serta merta dilepaskan. Seperti perkataan mereka tadi, kami baru dilepaskan setelah pesta pernikahan Raden Arya digelar esok hari.
"Bertahanlah sebentar lagi. Mereka pasti akan membebaskan kita."
Pria paruh baya di sampingku berbisik setelah suasana kembali hening.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top