Part 01

"Perpustakaan akan tutup sebentar lagi."

Seorang wanita empat puluh tahunan telah berdiri di samping kanan kursiku. Tubuhnya kurus, berkacamata tebal, dengan riasan yang nyaris pudar. Ia baru saja memperingatkan jika sebentar lagi perpustakaan akan tutup.

Puas melihat aku mengangguk, wanita itu bergegas melenggang pergi.

Setiap aku berada di dalam perpustakaan rasanya waktu begitu cepat berlalu. Seolah tidak sabar untuk berganti menit ke menit, hingga ke esok hari. Jika wanita itu tidak memberitahuku, tidak menutup kemungkinan aku bisa terkunci di dalam perpustakaan.

Aku menutup buku yang tadi asyik kubaca. Memang, aku tidak berencana untuk membawanya pulang karena yakin tak akan punya waktu membacanya. Tugas kuliah masih menungguku untuk diselesaikan.

Seluruh penjuru ruangan tampak sepi. Ketika mataku menyapukan pandangan ke sekeliling, yang terlihat hanya buku-buku yang berdiri dengan rapi di dalam rak-rak besi panjang. Juga beberapa petugas yang bersiap untuk pulang. Aku satu-satunya pengunjung yang tersisa.

Usai mengembalikan buku ke raknya semula, aku bergegas keluar. Jam sembilan malam, batinku. Aku bahkan belum makan malam dan lihatlah, tanah yang kupijak tampak basah dan membuat ujung sepatuku bernoda cokelat kehitaman. Rupanya hujan telah mengguyur kota beberapa saat lalu, tapi aku beruntung karena cuaca sekarang jauh lebih bagus. Namun, hawa dingin jelas-jelas tak bisa kuhindari. Kemeja yang membungkus tubuhku tak bisa membuatku hangat.

Langkahku tinggal beberapa lagi menuju halte. Semoga aku tidak perlu menunggu lama hingga bus datang, batinku berharap.

Halte sepi. Namun, jalanan masih padat dengan kendaraan. Sedang bus yang kutunggu juga belum terlihat.

Tanpa sengaja ketika aku mengedarkan tatapan ke salah satu sudut, aku mendapati sebuah mobil sedan hitam tampak sedang terparkir di tepi jalan. Dari tempatku berdiri jaraknya kurang lebih seratus meter. Kaca jendelanya terkunci rapat sehingga mataku tak mampu menembus ke dalamnya. Sementara bagian kaca depannya menghadap ke arah lain dan membuatku kesulitan untuk melihat ke arah kursi pengemudi.

Bukan hal aneh jika menemukan mobil terparkir di tempat umum. Akan tetapi, beberapa waktu belakangan aku kerap melihat mobil sedan hitam itu terparkir di sekitar area yang kudatangi. Awalnya aku tidak terlalu peduli dengan mobil itu, tapi seolah alam ingin memberitahuku tentang keberadaan sedan hitam itu.

Aku pertama kali melihat mobil sedan hitam itu di kampus. Ia terparkir tak jauh dari pintu gerbang kampus. Semula aku tak menaruh curiga karena kupikir pemiliknya sedang menunggu seseorang yang kebetulan kuliah di kampus yang sama denganku. Sudah tidak terhitung berapa kali ia terparkir di sana dan berapa lama. Aku menjalani rutinitas tanpa mempedulikannya.

Dan kini, setelah melihatnya terparkir di sekitar area perpustakaan yang kudatangi, aku merasakan sesuatu yang aneh pada mobil sedan hitam itu. Perasaanku seolah-olah mengatakan jika pemilik mobil itu sedang mengawasiku dari kejauhan. Mungkinkah? Ataukah ini hanya kebetulan semata? Tapi aku yakin itu adalah mobil yang sama.

Hentikan khayalanmu, Hana!

Aku memukul kepala pelan. Buku yang kubaca tadi pasti sudah meracuni pikiranku. Tidak ada orang yang akan tertarik untuk menguntit apalagi memata-matai orang sepertiku. Toh, jika pemilik mobil itu ingin menculikku, pasti sudah dilakukannya sejak tadi. Apalagi aku sendirian di halte dan perpustakaan telah tutup. Area di sekitarku juga sepi. Tapi apa yang dilakukan pemilik mobil itu? Tidak ada.

Bus yang kutunggu datang dan menghancurkan imajinasiku tentang penguntit dan penculikan. Semua baik-baik saja sampai aku masuk ke dalam bus. Selama dalam perjalanan pulang pun aku tidak melihat mobil sedan itu membuntuti bus yang kutumpangi. Ia masih belum bergerak dari tempatnya terparkir ketika bus mulai melaju pergi meninggalkan halte.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top