Under The Sea, Where His Heart Belongs
Alkisah, hiduplah seorang Putri Duyung dengan suaranya yang indah. Putri Duyung itu berparas rupawan serta ekornya berwarna hijau yang mengilap. Namanya adalah Seana. Setiap harinya ia akan berenang ke sana bersama para saudarinya, bermain-main sembari bernyanyi. Hingga suatu hari, salah satu dari saudarinya menghilang sebelum kembali ketika sudah malam. Saudarinya yang paling tua ini bilang jika ia melihat ada sebuah benda aneh tenggelam dan meninggalkan banyak barang berkilau. Antusias mendengar cerita si sulung, para gadis duyung itupun sepakat untuk mengunjunginya esok hari.
[]
Sesuai dengan kesepakatan, ketika pagi telah menyingsing, mereka semua bergegas mengunjungi lokasi tempat benda yang katanya aneh itu tenggelam. Lima gadis duyung itu sama sekali tidak takut untuk mengeksplorasi tempat itu. Padahal suasana di sana terlihat suram dan tidak menyenangkan.
Si sulung memimpin, mengajak saudari-saudarinya untuk makin dekat ke benda aneh tersebut. Setelah dilihat secara saksama, rupanya benda aneh itu adalah puing kapal yang tenggelam. Kemarin di permukaan laut sedang terjadi badai hebat hingga menenggelamkan sebuah kapal dagang. Peti-peti berisi koin emas, perhiasan, guci, bahkan perabotan lainnya.
Lima gadis duyung itu bersorak kegirangan, lalu mengambil barang-barang yang menurut mereka menarik, termasuk si Putri Duyung yang parasnya paling rupawan. Ia mengambil kalung bertahtakan batu ruby besar, kemudian cincin berlian, dan segala perhiasan yang bisa ia kenakan di seluruh tubuhnya.
"Lihatlah aku. Putri Duyung paling cantik dan terkaya di lautan ini!" seru Seana di hadapan saudari-saudarinya.
Lantas, si bungsu yang dipanggil Mer langsung duduk di atas tumpukan koin emas. Tangannya meraup koin-koin itu dan melemparkannya ke atas. "Aku, Mer, Putri Duyung terkaya yang sebenarnya."
Mare dan More tidak terima, jadi si kembar itu mendorong Mer dari posisinya. "Hei, benda ini juga milik kami."
Akibatnya, ketiga gadis itu bertengkar sampai-sampai saling dorong dan menggigit. Pada akhirnya, si sulung, Ceania harus memisahkan mereka dengan berteriak. Tidak ada yang berani mengintrupsi ketika si sulung mulai menceramahi mereka. Hanya Seana yang menatap mereka semua dengan bosan. Ia menginginkan sesuatu yang menyenangkan.
[]
Di dalam dongeng, Putri Duyung yang haus eksplorasi memutuskan untuk naik ke permukaan. Namun, di tengah perjalanannya, ia melihat ada seorang manusia tenggelam. Kapal manusia itu telah hancur dihantam ombak dan badai. Manusia itu berwajah rupawan dan segera menarik perhatian sang Putri Duyung. Karena rasa kasihan, ia pun menyelamatkan manusia tersebut tanpa menyadari bahwa yang diselamatkannya adalah seorang pangeran.
Namun, sejatinya ada rahasia yang tidak diceritakan di dalam dongeng. Badai yang menenggelamkan kapal pangeran sebenarnya ulah Seana yang bosan. Tidak ada lagi tempat eksplorasi yang bisa ia jarah, jadi ia pun harus memutar otak. Seana meminjam kekuatan Penyihir Laut untuk membuat badai dahsyat dan ombak, dengan begitu kapal yang lewat di sana akan tenggelam. Ia sama sekali tidak peduli pada manusia-manusia putus asa, berenang untuk menyelamatkan diri. Satu-satunya yang diinginkan Seana hanyalah perhiasan para manusia tersebut dan jantung mereka.
Hingga suatu hari, di misi menenggelamkan kapal yang ke-67 kalinya, Seana terpikat pada seorang manusia pasrah yang tenggelam. Wajah lelaki itu tampan, bahkan ia mengakui tidak ada satu pun merman yang setampan manusia tersebut. Rambut pirangnya yang seperti emas berkilau, tubuh atletis yang menggoda hasrat, termasuk otot-otot yang mengintip dari balik bajunya yang terkoyak.
Pada akhirnya Seana menyelamatkan satu manusia itu dan membawanya ke daratan terdekat. Ia juga memastikan bahwa lelaki itu hidup sebelum akhirnya meninggalkannya di pantai. Seana tidak bisa berlama-lama di sana, meski dalam hatinya ia ingin sekali menemani lelaki itu hingga siuman. Ada perasaan takut jika lelaki itu nantinya malah terkejut melihat wujud Seana, jadi ia pun memikirkan cara lain supaya bisa bertemu lelaki itu lagi nanti.
"Tuan, aku pasti akan kembali lagi untuk menemuimu. Tolong ingat aku sebagai penyelamatmu, ya," ucap Seana sembari mencabut sisik hijau dari ekornya.
Sisik itu bercahaya indah seperti permata, kemudian diletakan di telapak tangan si lelaki. Seana bahkan berani menciumnya sebagai salam perpisahan untuk saat itu. Baru setelahnya ia kembali ke laut. Kembali ke tempat bangkai kapal lelaki itu berada untuk memungut perhiasannya dan mencari manusia-manusia lain untuk diambil jantungnya.
[]
"Hei, Penyihir. Harusnya ini cukup untuk bayaran ramuan penukar ekor ke kaki. Kalau kau tidak mau aku cari penyihir lain saja," ujar Seana sembari melempar jaring berisi jantung-jantung manusia.
Penyihir Laut yang menyerupai setengah gurita dan setengah manusia laki-laki itu hanya berdecak. Ia tidak bisa membantah, sebab tahu nyawanya bisa terancam jika mengajak kelahi anak Ratu Laut itu.
"Terserah kau saja. Tapi ingat, waktumu tiga hari untuk menjadi manusia," timpal Penyihir Laut.
"Ini tidak ada efek sampingnya, kan?" tanya Seana.
"Ada. Suaramu akan hilang."
"Hah, dasar licik! Sudah kubayar kau dengan jantung manusia, masih saja menginginkan suaraku," gerutu Seana.
"Bukan salahku suaramu hilang. Salahkan efek samping ramuan itu!" balas Penyihir Laut kesal.
"Kalau begitu buatkan saja sekalian ramuan pencegah efek samping."
Seumur-umur menjadi penyihir, baru kali ini ia bertemu klien yang banyak maunya.
"Tambah biayanya," kata Penyihir Laut.
Seana berdecak, lantas mengambil tulang ikan hiu yang sudah dibentuk menjadi pisau dari meja di sana. Tanpa pikir panjang, Seana menarik salah satu tentakel Penyihir Laut dan memotongnya. Spontan si Penyihir Laut menjerit kesakitan, ia lantas berenang menjauh. Darah yang keluar dari tentakelnya membuat air di sekitar tentakelnya agak sedikit memerah sebelum lenyap.
"Buatkan saja permintaanku atau kucincang semua tentakelmu!" ancam Seana seraya melemparkan potongan tentakel di tangannya ke sembarang arah.
Mau tidak mau Penyihir Laut menyanggupi dan mulai bekerja lembur siang malam demi memenuhi keinginan Putri Duyung.
[]
Seana kembali lagi ke pantai tempat ia terakhir meninggalkan lelaki tampan itu. Kali ini ekornya sudah berubah menjadi sepasang kaki. Walau belum terbiasa berjalan di atas tanah, Seana mencoba memaksakan demi bertemu sang pujaan hati. Jatuh bangun acap kali ia mencoba berdiri seimbang, meski begitu ia tidak putus asa untuk tetap mencoba berdiri dan berjalan. Walau tentu saja diiringi umpatan, kekesalan, dan menyalahkan kaki barunya yang katanya bodoh itu.
Di tengah kesulitannya itulah ia bertemu lagi dengan sang lelaki tampan. Namun sayangnya, lelaki itu tengah menggandeng tangan seorang wanita cantik. Mereka sedang jalan-jalan di pinggir pantai sambil menikmati deburan ombak dan angin sepoi-sepoi. Seana yang melihat itu lantas sakit hati, apalagi saat menyaksikan lelaki pujaannya berciuman dengan wanita itu.
"Dasar sialan, padahal aku repot-repot datang ke sini. Mengorbankan semua jantung-jantung koleksiku. Kau malah berciuman dengan wanita lain."
Dengan penuh amarah, Seana lantas kembali ke laut. Ia berenang ke tempat si Penyihir Laut dan meminta untuk mendatangkan badai. Awalnya Penyihir Laut menolak, sebab ia juga ingin bayaran. Namun, karena diancam semua tentakelnya akan dimutilasi, Penyihir Laut akhirnya menyanggupi.
"Kau tenang saja. Buat saja bencana dan kita ambil jantung manusia itu. Kecuali si lelaki tidak tahu diri itu," ujar Seana pada Penyihir Laut.
[]
Hari berikutnya, langit tidak sebiru biasanya. Angin pun berembus sangat kencang hingga menerbangkan barang-barang di sekitar pesisir pantai. Di sana, lelai yang diselamatkan Seana menatap laut. Mata birunya terkejut melihat gelombang ombak setinggi enam meter hendak menerjang pantai. Maka ia pun berlari mencoba menyelamatkan pasangannya yang berada di rumah, tetapi nahas tidak sempat.
Tsunami buatan Penyihir Laut memporak-porandakan sekitaran pantai pulau tersebut. Paska Tsunami, air lautnya tidak surut. Justru bertambah atas permintaan Seana, dibantu kekuatan sihir dari Trisula milik Ratu Laut yang Seana curi. Alhasil, setengah pulau itu terendam dan para korban yang juga turut terendam atau terombang-ambing di sana jadi sasaran para putri duyung berburu jantung.
Seana berhasil menemukan jasad lelaki itu, lalu mengambil jantungnya dan menyimpannya di dalam kotak. Konon katanya kotak tersebut selalu ia peluk di setiap tidurnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top