Bab 7

"Hai!"

Cassie—yang sedang duduk di kursi kerja di ruangan khusus untuknya dan memeriksa berkas—mendongak mendengar sapaan itu. Dahinya berkerut melihat dua orang wanita cantik dan tiga laki-laki yang berkumpul mengitari mejanya. Dengan gerakan pelan, dia menutup berkas kasus yang sedang diteliti dengan kedua mata tetap terarah pada wanita yang baru saja menyapanya.

"Aku tidak mendengar ketukan pintu," ucap Cassie.

"Well, we did knock, but ... you have all your focuses on that file." Wanita itu berujar ramah, tetapi nada hati-hati. "Kami ke sini karena asisten Mister Malker memberi tahu agar menemuimu."

"Ah ...," Cassie berdiri lalu memberi isyarat agar kelima tamunya itu duduk di sofa, sementara dirinya menutup dan mengunci pintu lebih dulu baru menyusul—setelah mengambil dua map tebal di mejanya, "kalian pasti tim yang dibentuk oleh Owen untuk menangani kasus The Magician."

Dengan santai, Cassie melemparkan pelan kedua map itu ke meja kaca di depannya. Dia duduk di single couch yang disisakan untuknya. Kelima tamunya duduk di kanan dan kiri dengan posisi dua wanita itu di sisi kiri, sementara ketiga laki-laki itu di kanan.

"The Magician?" Laki-laki yang duduk paling dekat dengan Cassie mengerutkan dahi.

"Cassie Moore." Cassie menyandarkan punggung dan menyilangkan kaki dengan senyum tipis.

"Nina Morgan, Katleen Hugos." Wanita berambut pirang sempurna memperkenalkan diri dan wanita yang duduk di kirinya. "Daniel Wallace, Evan Chandler, dan Elliot Blake." Dia menunjuk ketiga laki-laki di sofa depannya satu per satu.

"Are you guys new?" tanya Cassie sambil mengangguk.

"Tidak. Aku dan Katleen sudah bergabung sekitar delapan tahun, dan fokus di bagian Victimology and Pattern Recognition Division—forensik." Daniel yang menyahut. "Evan memiliki keahlian lebih di bidang IT dan bergabung di dua bagian—FIAT dan DCERU, sementara Nina memiliki peran penting di DPIU, dan terakhir, Elliot masuk di SOID."

Cassie mengangguk mendengar penjelasan Evan. Hanya dengan mendengar unit dari divisi yang ditempati, dia tahu kalau kelimanya bukanlah agent sembarangan. Dia tahu nama dari 42 orang yang berada di divisi di bawah Owen meskipun belum pernah bertemu. Dari jumlah itu, ditambah dengan 28 special secret agents. Lima dari 28 orang itu jelas adalah mereka yang sedang berhadapan dengannya.

Nina memiliki pernampilan menarik dan wajah cantik dengan rambut blonde sepinggang. Tidak seorang pun akan mengira kalau wanita itu adalah satu dari tiga special agent yang sudah berhasil membongkar para psikopat berbahaya. Sebanding dengan Nina, wajah cantik Katleen juga sudah menipu banyak orang, termasuk rekan-rekan barunya, karena tidak akan pernah mengira kalau dirinya sanggup menguliti mayat korban dengan wajah datar, tanpa ada rasa jijik atau ngeri.

Cassie tidak mengenal Daniel, tetapi pernah mendengar nama Elliot dan Evan. Seperti keahlian yang dimilikinya, Elliot sudah pasti orang yang hebat karena berhasil masuk divisi yang menangani kasus pembunuhan berantai. Selama dia bergabung, serial killer jelas bukan kasus yang mudah ditangani. Untuk Evan, dia sekali meminta bantuan Naomi yang langsung mengarahkannya pada lelaki itu dua tahun lalu untuk menyelidiki berkas suatu kasus.

Saat sedang berpikir, Cassie melihat sesuatu yang tidak asing. "Aren't you ...."

"Yes," sahut Daniel tanpa ragu. "Levi Taylor. Senang akhirnya bisa bertemu dan bicara langsung denganmu, Special Agent Moore."

"Baiklah. Sekarang aku tahu siapa yang melaporkank dan kedua rekanku pada Owen." Cassie kembali mengulas senyum, kali ini lebih lebar.

"Orang yang bisa memberikan perintah untuk merahasiakan suatu kasus adalah pemimpin yang memiliki jabatan penting—Mr. Owen Walker. Aku hanya meengikuti insting dan kata hatiku saja," ucap Daniel dengan sikap tenang dan tanpa rasa takut.

"I get it." Cassie mengangguk. "Aku akan menjelaskan singkat dan cepat sebagai pembukaan soal kasus The Magician yang baru saja terjadi. Setelah itu, kita akan pergi menemui Owen untuk penjelasan selanjutnya."

"Bukankah Mister Walker sedang ke Sydney? Tadi asistennya yang memberi tahu saat mengarahkan kami padamu." Daniel menatap Cassie dengan dahi berkerut.

"Is he?" Bibir Cassie yang terpoles lip balm merah mengukir senyum tipis.

Satu jam berikutnya, Cassie menjelaskan secara ringkas soal kedua kasus The Magician. Tidak secara detail karena ingin memberitahukan beberapa hal tertentu—yang selama ini dia sembunyikan—saat ada Owen. Dia memahami benar kalau tidak boleh ada rahasia dalam tim saat melakukan penyelidikan.

Dia menjawab dengan tenang dan jujur saat ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Nina, Daniel, dan Elliot. Sambil berdiskusi, dia mengamati secara diam-diam gerak-gerik dan perilaku anggota tim investigasinya. Dia tidak berminat menjadi ketua dan berusaha menemukan korban untuk diajukan pada Owen. Kalau melihat jumlah anggota, dia jelas akan memiliki beberapa kewenangan istimewa dari pamannya itu.

Helaan napas lolos dari bibi Cassie mambaca dua balon chat singkat dari Owen. Dia menutup ponsel tanpa membalas. Saat melihat jam yang tertera di ponsel menunjukkan hampit waktu makan siang, dia pun menimbang-nimbang dalam hati. Dia lapar, tetapi masih ingin berdiskusi. Kalau berangkat saat itu juga ke The Muse Swan, pasti akan diomeli oleh Owen karena datang sebelum waktu perintah.

"Kita makan siang dulu sambil menunggu waktu perintah Owen," ucap Cassie menyela obrolan Nina dan Daniel. "Coffee Project's gonna be a perfect place for lunch," tambahnya sambil berdiri.

Cassie tidak memberikan waktu pada kelima parter barunya untuk protes atau menolak. Dia langsung meraih kedua map di meja sebelum pergi ke meja kerjanya. Meraih satchel bag dan jaket di sandaran kursi. Sejenak, dia memeriksa isi tas untuk memastikan tidak ada yang tertinggal sekaligus memberikan waktu pada tman-teman barunya untuk bersiap.

Dia sedang tidak mood untuk mengemudi sehingga menyerahkan kunci pada Daniel di depan pintu ruang kerjanya. Dengan langkah santai, dia memimpin menyusuri lorong menuju ke elevator. Pikirannya berkelana ke mana-mana, pada hal-hal baik yang membuat mood-nya tetap bagus. Sesekali dia mengangguk menanggapi sapaan dari orang-orang yang berpapasan.

Tubuhnya langsung membeku dengan bulu roma meremang begitu masuk ke elavator. Ada rasa dingin yang menjalar di tulang belakang saat aroma yang familier menggelitik indra penciumannya. Melalui pantulan timah besi elevator, dia memperhatikan orang-orang dalam elevator yang bersamanya dan timnya saat itu.

"Are you okay?"

Sentuhan dan pertanyaan yang dibisikkan tepat di telinga membuat Cassie sedikit terkejut. Dia menoleh sekilas pada Nina, sang empunya suara, yang melirik padanya dengan satu alis terangkat. Dengan gelengan pelan, dia menjawab pertanyaan itu dan kembali menatap ke depan. Dia kurang bisa mengendalikan reaksi hingga Nina bisa membaca kegelisahannya.

Tenang ... tenang .... Semua orang bisa memakai parfum itu, batin Cassie sambil menghela napas pelan.

Keluar dari elevator di lantai satu, ponsel Cassie berbunyi. Dia meraih benda itu dari satu jaket dan langsung menutup tanpa menjawab. Sejak setelah dimarahi oleh Owen, dia sama sekali bertemu bertemu dan bicara dengan Justin dan Charles. Pikirannya sedang fokus untuk menyelidiki dan mengungkap kasus The Magician.

Dengan kondisi Justin dan Charles tidak masuk tim serta kerahasiaannya mengikuti penyelidikan, dia jelas tidak bisa sering-sering bertemu dengan Justin. Lelaki itu bisa dengan mudah membaca kebohongan yang dia lakukan. Kalau Justin protes dengan perilakunya ini, dia akan menggunakan cara klasik yang selama ini selalu berhasil—sibuk dengan berkas dan kasus baru.

"Miss Moore—"

"Cassie," sela Cassie cepat sebelum Katleen menyuarakan pertanyaan untuknya.

"Cassie." Katleen mengangguk meskipun dengan wajah masih dipenuhi keraguan, belum nyaman untuk memanggil nama karena tidak pernah saling kenal sebelumnya. "Kenapa Mister Reeds dan Mister Turner tidak ikut bergabung menangani kasus ini? Bukankah mereka adalah timmu di kasus sebelumnya?"

Cassie terdiam mendengar pertanyaan Katleen—yang menurutnya, cukup sensitif untuk saat ini. "Mister Walker akan menjelaskan soal itu." Dia berhenti dan menatap Katleen dengan senyuman. "No more questions about that and the case outside the room," ucapnya dengan suara pelan.

Nina mengamati sikap dan gerak-gerik Cassie. Sepertinya ... ada sesuatu dalam kasus ini sampai dibentuk tim baru, batinnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top