Chapter 10 : I Can't Save Her
~Author's PoV
Miku terbangun dengan terengah engah. Tubuhnya dipenuhi keringat dingin.
Mimpinya, mimpi tentang gadis itu terasa nyata. Miku menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan mulai menangis.
Dia tidak bisa menolong gadis itu.
5 menit ia menangis sampai akhirnya dia mulai tenang. Dia langsung ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Setelah mimpi itu, Miku tidak bisa tidur lagi. Padahal jam masih menunjukkan pukul 5.
Mikupun memutuskan untuk mandi. Dia menghabiskan banyak waktu dikamar mandi.
Gadis ini hanya merenungkan mimpinya yang baginya terasa sangat nyata. Tangannya masih bergetar.
Sudah hampir satu jam dia didalam. Bahkan air yang tadinya hangat mulai menjadi dingin.
Setelah dia sadar dari lamunannya, dia segera keluar dari kamar mandi dan memakai seragamnya.
Dia segera keluar kamar dan menggunakan Jumper untuk ke ruang makan.
Saat Miku sampai, ruang makan masih sepi. Satu persatu murid murid pun mulai datang.
Ruang makan mulai ramai. Rin, Ran, Natsu dan Yuri baru datang dan langsung menghampiri Miku.
Hari ini Miku lebih diam dari biasanya. Walaupun hanya mimpi, entah kenapa Miku merasa semua itu nyata baginya.
Keempat sahabatnya memutuskan untuk diam saja. Mereka tahu kalau Miku sedang tidak ingin mengobrol.
Waktu sarapan habis. Miku dan yang lainnya segera bergegas ke kelasnya masing masing.
Ditengah jalan, Miku bertemu dengan Ryuu. Miku terus berjalan tanpa menyapa Ryuu atau bahkan menganggap Ryuu ada disebelahnya.
Ryuu dan Miku berjalan menuju ke kelas mereka. Keduanya sama sama diam.
Ryuu mulai bingung dengan sikap Miku yang sangat diam dan seakan kehilangan keceriaannya.
Keisengan Ryuu mulai muncul. Dia mencubit pipi kanan Miku. Alhasil Miku mengerang kesakitan dan memukul lengan kiri Ryuu dan Ryuu juga merasa kesakitan.
"Apaan sih, Ryuu?!" Omel Miku.
"Abis kau mulai meyebalkan." Ucap Ryuu ngawur.
"Hah.. maksudnya?" Ucap Miku masih dengan nada marah.
"Diam mu itu aneh banget. Biaanya kamu ngga bisa diam. Rasanya aneh kalau kau diam seperti itu." Ucap Ryuu jujur.
Miku tidak menduga jawaban Ryuu yang seperti itu. Dia mulai diam dan berhenti memarahi Ryuu.
"Maaf.. saat ini aku benar benar banyak pikiran. Maaf kalau aku jadi diam." Ucap Miku.
Dengan itu, mereka berdua diam. Mereka terus berjalan tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Kegiatan berlangsung seperti hari biasanya. Selesai kelas terakhir, Miku tiba tiba ditarik oleh seseorang.
Orang itu adalah Ryuu. Ryuu menariknya ke tempat latihan mereka.
"Ryuu.. bisakah kita tidak berlatih hari ini? Aku benar benar sedang tidak mood hari ini." Pinta Miku. Dia tidak bohong. Saat ini Miku memang tidak mood untuk melakukan sesuatu.
"Oke.. sekarang beritahu aku apa yang terjadi padamu? Ini bukanlah Miku yang biasa kutemui." Ucap Ryuu.
Miku kaget dengan ucapan Ryuu. Dia tidak menyangka kalau Ryuu akan berkata seperti itu. Seolah dia peduli.
Miku tahu kalau Ryuu tidak oernah peduli akan apa yang terjadi. Tapi mengapa saat ini Ryuu terdengar peduli padanya?
Entah mengapa, Miku memang merasa bukan seperti dirinya. Hari ini dia lebih diam, dan rasanya dia sedang ingin marah marah. Hari ini gadis ini sangat sensitif.
"Apa pedulimu sih, Ryuu?! Ini bukan urusanmu. Sejak kapan kamu peduli gini hah?! Kupikir kau hanya cowo dingin yang ngga punya hati sama sekali. Apa yang ngerasukin kamu sampai kamu peduli kaya gini?!! Kam--" Omelannya terpotong saat tiba tiba Ryuu menariknya kedalam pelukannya.
Dan pada saat itu juga, Miku sudah tidak dapat menahan air matanya lagi. Dia menangis dalam pelukan Ryuu Sang Pangeran Dingin itu.
Sebelumnya, Miku tidak pernah menangis didepan orang lain. Bahkan Paman dan Bibi nya serta sahabat sahabatnya.
Ryuu merupakan orang pertama yang melihatnya menangis. Padahal Miku pernah membuat komitmen, yaitu untuk tidak pernah menangis dan menunjukkan sisi lemah dirinya didepan seseorang siapapun itu.
Dan sekarang dia telah melanggar komitmennya sendiri. Dan terlebih, dia menangis didepan orang yang bahkan belum terlalu ia kenal.
"Hiks.. hiks.. Ryuu.. a-aku tidak bi-bisa menyelamatkan.. hiks.. gadis itu." Ucap Miku terisak.
"Menyelamatkan siapa?" Tanya Ryuu bingung.
Miku tidak langsung menjawab. Dia masih menangis. Emosinya sedang tidak stabil saat ini.
Ryuu masih memeluknya sambil mengusap usap punggungnya untuk menenangkan Miku. Dan entah kenapa, Miku memang mulai merasa tenang. Dia sudah berhenti menangis.
Ryuu melepaskan pelukannya dan menuntun Miku ke salah satu kursi.
"Kau ingin menceritakannya?" Tanya Ryuu.
"Aku bermimpi, disana ada seorang gadis kira kira 5 tahun. Dia dan keluarganya sedang berkumpul. Hingga akhirnya suasana kacau.
Si gadis kecil itu jatuh ke jurang yang dibawahnya merupakan sungai yang mengalir sangat deras. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Aku berusaha bergerak tapi tidak bisa." Ujarnya.
Ryuu hanya mengangguk. 4yuu merasa mimpi yang dialami Miku memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi pada Micchi.
Ryuu tetap merangkul Miku dan mengelus pundaknya. Mereka berdua berada dalam keheningan. Tida ada yang berbicara.
"Ryuu.." Panggil Miku lemah.
Ryuu menoleh kearah Miku dan bergumam untuk menjawab.
"Kenapa kau peduli padaku? Bukankah seharusnya kau itu Pangeran Dingin?" Tanya Miku tertawa kecil.
"Dasar kau ini. Berjanjilah kau tidak akan tertawa." Ancam Ryuu.
"Iya.. aku janji kok." Ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
Ryuu menghela napasnya dan yakin bahwa tidak apa apa memberitahu gadis itu.
"Karena kau mengingatkanku pada seseorang. Aku biasa memanggilnya Micchi. 12 tahun lalu, Micchi dinyatakan telah tewas. Kau benar benar mirip dengannya." Ucapnya.
"Apa maksudmu 'dinyatakan'?" Tanya Miku bingung.
"Karena tubuhnya tidak pernah ditemukan hingga saat ini. Itu sebabnya mereka bilang Micchi dinyatakan telah meninggal." Jawab Ryuu.
Miku dapat merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh Ryuu.
"Dia merupakan cinta pertamaku. Aku berubah dingin seperti ini karena Micchi. Semenjak dia dinyatakan tewas, aku menutup diriku dari orang oranhmg bahkan Ryuuji." Ucap Ryuu.
"Aku mengerti perasaanmu, Ryuu." Ucap Miku menenangkan.
"Sikap kalian berdua benar benar mirip." Ucap Ryuu masih dengan nada sedihnya.
"Bukankah kau bilang tubuhnya tidak ditemukan? Itu artinya belum tentu Micchi telah tewas bukan? Mungkin saja dia masih hidup sampai saat ini dan dijaga oleh keluarga yang baik." Ucap Miku. Terkadang imajinasinya itu tinggi.
"Mungkin saja.." Ucap Ryuu setuju.
Merekapun kembali dalam kesunyian.
"Kau perlu mencuci mukamu. Lalu kita akan berlatih." Ucap Ryuu.
Otamatis Miku meggerutu. Jujur saja ia tidak ingin berlatih hari ini.
"Oh ayolah, Ryuu.. Apakah kita benar benar harus berlatih?" Tanyanya.
"Tentu saja, walaupun kita sudah berada di kelas senior, bukan berarti kita tidak ikut tes untuk posisi." Jawab Ryuu.
Mikupun akhirnya pasrah dan pergi ke kamar mandi menggunakan Jumper dan mencuci mukanya.
Miku kembali keruang latihan dan mereka berdua memulai latihan mereka.
=================
Aaaaaaaaaaaaa........... selesai.. hay kawan.. sudah berapa lama kita tidak bertemu? Sudah sebulan? Atau kurang dari itu? Aku rasa udah sebulan. Oke ini dia chapter baru buat kalian. Maaf kalau author lama banget ngeupdatenya..
Btw, gimana menurut kalian? Bagus? Jelek? Atau biasa aja? Maklum lah author masih pemula and amatir.
Anyway, aku bakal usahain buat ngeupdate secepatnya. Sumpah tugas sekolah menumpuk nih..
Itu ajalah.. vomment nya jangan dilupakan yaa.. aku tunggu comment dan vote kalian.
Thank you guys..
Lup U All
*Sapphire*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top