Vatur
Hi...Uda lama nggak up ya
.
.
.
Aku merindukan WayV kambek, tapi sekarang dua personilnya pada ikutan SuperM
.
.
Nggak pa-pa aku seneng liat Yong Qi makin keren disini wkwk
Biar dia nggak sibuk cekcok sama Rong Ying terus ya 😂
.
.
Masih pada ingat kan sama karakter mereka?
😂😂😂
.
.
.
Happy reading
📖📖📖
.
.
.
W
aktu terus berjalan, warna langit sedikit lebih kelabu. Daun pohon di sepanjang jalan semakin lebat saja, meninggalkan kesan seram dan mencekam. Dirasa suasana ini belum cukup, Rong Ying semakin dibuat ketakutan saja saat melihat beberapa manusia bergelimpangan dengan darah dimana-mana, bahkan terkadang ia menemukan bagian tubuh yang terpisah.
"Kakak pertama, lepaskan aku! Aku sungguh ingin pulang sendiri. Kau tidak harus mengantarku," mohonnya, lagi-lagi mencoba untuk melepaskan dirinya dari genggaman tangan Qian Kun.
Qian Kun yang sangat kesal pun hanya memejamkan matanya. "Aku akan mematahkan kakimu, atau membungkam mulutmu, jika kau terus bertingkah seperti ini," ancamnya yang membuat Rong Ying terdiam dengan menahan kesal.
Si Cheng pun melangkah maju. "Kakak pertama, berjalanlah di depan. Aku yang akan menjaganya, ku pastikan ia tidak akan kabur." Si Cheng berjanji dan Qian Kun pun menyetujuinya.
Rong Ying menggeleng cepat pada Si Cheng dan Si Cheng pun membalasnya dengan gelengan pula. Rong Ying pun terpaksa mengikuti langkah kaki Si Cheng yang terus saja menyeretnya.
Sementara Yong Qi berjalan beriringan dengan Lan Jia yang terus saja memperhatikan Qian Kun yang tak pernah memperhatikannya atau menoleh kepadanya.
"Kenapa aku tidak pernah melihatnya di istana?" seru Lan Jia yang kini memandangi Yong Qi yang terlihat tak mengerti dengan ucapan gadis cantik dihadapannya.
"Maksudmu, siapa nona?" tanya Yong Qi.
"Putri Xia Rong Ying," balas Lan Jia yang masih saja memperhatikan gadis itu. Bukan ia yang menarik, tapi para pangeran dengan seorang putri yang selama ini tak terdengar tak berguna.
Dia memang tidak cantik sepertinya, tidak berbakat dan tak sopan. Tentu Rong Ying tak dapat dibandingkan dengannya, tapi sialnya dia beruntung menjadi anak dari ratu Mei Xiu.
Lan Jia yang selalu menjadi pusat perhatian, seolah menjadi gadis tak menarik karena kehadirannya. Lan Jia, jelas tak menyukai ini. Ia harus membuat Rong Ying pergi selamanya dari kerajaan Xia Qing atau dari dunia ini.
"Ia gadis bodoh yang tak perlu kau hiraukan," ucap Yong Qi yang seketika membuyarkan lamunan Lan Jia. Gadis ini hanya menanggapinya dengan senyuman yang terpaksa. Ia tidak tertarik dengan ketidak sukaan Yong Qi. Ia hanya ingin Qian Kun lah yang tak begitu mempedulikan Rong Ying dan seharusnya pria itu tak mengabaikannya.
Saat ini mereka semua masih berjalan. "Kita pergi ke gua itu," seru Qian Kun sambil menunjuk pada sebuah gua yang berjarak lebih dari 100 meter dari hadapan mereka. Si Cheng pun terus menarik tangan Rong Ying untuk berjalan lebih cepat.
"Aku benci ini, kenapa juga aku harus ikut? Seharusnya aku tidak perlu kembali ke istana, lebih baik membusuk di hutan dengan tumpukan tanaman herbal dari pada di sini dengan tumpukan mayat. Kakak ke tiga! Kenapa kau menyebalkan sekali sama seperti manusia kutub itu! Aku tidak akan menyukaimu lagi! Tidak akan!" rancau Rong Ying yang begitu berisik dan menyusahkan. Gadis ini akan merancau tak jelas jika sedang ketakutan.
Bleedaarr
Suara ledakan menggelegar, menyisahkan jeritan beberapa rakyat biasa dan magia. Membuat Rong Ying semakin gencar ingin lepas dari genggaman Si Cheng.
"Singa darah!" teriak dari mereka yang mencoba berlari dengan tertatih-tatih. Beberapa orang terluka, bahkan tangannya putus dengan darah berceceran. Ia mencoba terus berlari untuk menyelamatkan dirinya dan beberapa singa mengejarnya membuat semua orang lari dalam kekalutan.
"Vatur! Segera merapat!" Kian Qun mencoba mengintruksikan seluruh saudaranya dan benar saja setelah itu, puluhan singa darah mengelilingi mereka dan mengaung hebat.
Grooaar
Aungan singa darah mengandung sihir yang bisa membuat gendang telinga pecah. Mereka, yang seorang magia akan melindungi dirinya dengan mantra sihir penangkal dan di sini, hanya Rong Ying lah yang tak bisa melakukannya. Ia hanya bisa melakukan sihir untuk penyembuhan, bukan yang lainnya.
Gadis ini berusaha menutupi kedua telinganya dan terus-terusan merancau kesakitan. "Sakit ...." Bahkan Rong Ying sampai menggulingkan tubuhnya di atas rerumputan.
Si Cheng yang melihatnya, berusaha untuk mengeluarkan penangkal yang lebih kuat. Namun, Rong Ying telah pingsan dan telinganya mengeluarkan darah.
Qian Kun pun terlihat tegang. "Kalian tunggu di sini, Yong Qi ... Ayo maju denganku!" Qian Kun pun melayang, di ikuti Yong Qi mereka kini berada di garis terdepan berhadapan langsung dengan para singa darah.
Perburuan kali ini memang tak mengijinkan para magia ini membawa serta Esmelth mereka. Namun, tidak ada larangan tertulis tentang untuk tak menggunakan sihir. Qian Kun, segera mengeluarkan sihir elemen air yang cukup tak di sukai oleh kawanan singa darah ini.
"Yong Qi, serang mereka dengan badai!" tekan Qian Kun.
"Baik, kakak pertama," balas Yong Qi yang kini mulai memutarkan tangannya dan bergerak cukup cepat hingga pusaran angin mulai tercipta.
"Badai dahsyat!" ucapnya dan badai itu pun menggulung para singa bersama guyuran air bah. Nampak seperti bencana alam tsunami.
Lan Jia, gadis ini memandangnya dengan takjub. Sementara Si Cheng masih saja berusaha untuk membangunkan Rong Ying yang masih saja pingsan. Puluhan singa darah itu tergeletak setelah menerima serangan terakhir dari elemen petir yang Qian Kun berikan.
"Kita harus segera bergerak menuju gua, sebelum senja!" seru Qian Kun sambil memandangi mereka bergantian. Saat pandangannya jatuh pada Rong Ying yang masih saja pingsan, Qian Kun mendesah. "Bawa dia," perintahnya yang kali ini memandang Si Cheng.
"Baik kakak pertama," balas Si Cheng yang dengan sigap membawa Rong ying bersamanya.
Kelima orang ini berjalan dengan terus waspada. "Tetap waspada, aku merasa semakin banyak vatur di sini," kata Qian Kun yang membuat Yong Qi sangat kesal.
"Sebenarnya, ada apa di hutan ini? Lalu kenapa ibu menyuruh kita pergi ke gua itu? Apa ini sebuah kompetisi untuk menjadi penerus selanjutnya," ucap Yong Qi dengan sangat lancang seperti biasanya.
"Kakak kedua, ini hanya acara tahunan untuk memperingati kelahiran ibu, bagaimana bisa kau mengatakan hal yang tidak pantas seperti itu?" Si Cheng selalu saja mencoba untuk memperingatkan kakaknya ini agar tak melangkah terlalu jauh yang akan membuat kemurkaan Qian Kun menjadi-jadi.
"Apa kau hanya berpikir tentang kompetisi? Kau pikir, kau bisa menggantikanku sebagai calon putra mahkota? Berani sekali kau!"
Benar saja, Qian Kun tak suka seseorang membahas tentang tahta yang sepertinya cukup jelas akan jatuh ketangannya. Matanya semakin tajam dengan rahang mengeras, mana yang menjadi-jadi membuat beberapa Esmelth dibalik dinding perisai mencoba untuk mendekat. Xia Qian Kun adalah magia terkuat setelah ratu Mei Xiu dan itu bukah hanya sebuah rumor. Buktinya, hanya dengan kemarahannya saja energinya sudah memberikan dampak yang cukup membuat panas sekeliling.
"Kakak pertama ...." Si Cheng mencoba meredam amarah Qian Kun.
"Diam!" sentaknya yang tak mau lagi mendengarkan nasehat Si Cheng.
Yong Qi pun menatapnya dengan tajam. Ia memang tak sekuat Qian Kun. tapi ia juga tidak suka terus-terusan dianggap tak berguna oleh kakaknya yang satu ini. Lan Jia, terlihat bingung dan kagum dalam bersamaan saat melihat Qian Kun marah.
"Telingaku ...," gumam Rong Ying yang tiba-tiba sadar, mengedipkan matanya beberapa kali. Merasa bingung dengan atmosfer yang ada saat ini. Ia berada dalam gendongan Si Cheng, melihat Qian Kun yang bahkan lebih dingin dari es kutub, Yong Qi yang serius dan lebih menyebalkan dari biasanya, lalu Lan Jia yang bahkan juga terlihat tegang.
"Apa? Kenapa? Dimana singa jelek itu? Kenapa kalian diam?" tanyanya yang masih bingung melihat semua orang mematung. Si Cheng pun menurunkannya dari gendongannya.
sieesssttt
Terdengar suara desisan yang membuat semuanya mencari-cari dan mata Rong Ying melotot saat melihat seekor ular hijau raksasa berdiri tepat di hadapan Lan Jian. "Uular ...." pekiknya.
"Aaakkkk," Lan Jia berteriak saat ular itu mencoba untuk memakannya. Gadis ini memang seorang magia, tapi ia tidak tergolong sebagai magia kuat. Selama ini, ia lebih sering menyuruh Esmelthnya yang membereskan segala jenis pertarungan. Sihirnya, hanya ia gunakan untuk hal-hal tak berguna yang salah satunya untuk mempercantik diri sendiri.
Yong Qi dengan sigap menariknya dan membawanya melayang jauh. "Terus maju dan serang para vatur itu!" seru Qian Kun yang kini berlari, ia tak pernah peduli berapa pun dan seberapa berbahayanya hambatan menuju gua itu. Yang terpenting ia harus tetap melangkah maju.
"Kakak ketiga, aku takut!" pekik Rong Ying yang kini berada dalam gendongan Si Cheng yang terus berlari. "Apa ibu ingin membunuh kita dengan mereka? Aku sudah merasa jika ia tidak akan pernah membiarkan kita hidup tenang! Oh Tuhan, aku masih 12 tahun!" protes Rong Ying dengan keras, sembari terus memeluk erat Si Cheng.
"Jaga ucapanmu. Kalau kakak pertama tahu, bisa-bisa kau tak akan kembali dengan selamat," nasehat Si Cheng dan Rong Ying tidak bisa menyangkal semua itu. Qian Kun, memang anak yang begitu berbakti kepada ibunya. Ia akan membunuh siapa pun yang berani menghina ibunya.
Ular hijau raksasa, semakin banyak dan mengejar mereka. Qian Kun terus mengerahkan sihir apinya untuk mencoba menghalangi para ular itu mendekat. Saat ular hijau raksasa mendekati Si Cheng dan Rong Ying, gadis ini memikirkan sesuatu yang dapat membuat ular hijau raksasa ini pergi segera.
Rong Ying mulai mengingat-ingat beberapa tanaman yang begitu tidak disukai oleh ular. Sansevieria, mentha x piperita, Andrographis paniculata, allium cepa, allium sativum, dan marigold. Gadis ini memiliki keenam bahan tersebut, ia pun meraciknya dengan sihir yang membuat Si Cheng harus bersin-bersin sampai beberapa kali dan baunya cukup menyengat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Si Cheng yang berusaha untuk tak mengambil napas dalam. Disisi lain, ia harus terus berlari sembari menggendong Rong Ying.
"Ini sangat berkhasiat mengusir ular dan aku harus mengerahkan manaku yang tersisa. Kakak pertama, bisakah kau memberikan manamu sedikit saja untukku? Jika aku bisa membuat lebih banyak serbuk pengusir ular hijau, maka mereka akan segera pergi tanpa harus menggunakan seluruh mana kita," mohon Rong Ying dan Si Cheng pun setuju.
"Baik," Si Cheng pun mencoba menyalurkan mananya dan Rong Ying dengan serius menciptakan serbuk pengusir ular dan berhasil.
"Kakak, berteleportlah mendekati tiap ular dan aku akan menyebarkan serbuk ini," pinta Rong Ying dan Si Cheng pun menangguk dan mulai berteleport bersama dirinya.
Sliinggg
Serbuk pengusir pun disebar dengan sihir seadanya dari Rong Ying dengan di bantu oleh kelincahan Si Cheng dalam berteleport dan ular-ular itu pun pergi. Membuat Qian Kun, Yong Qi dan Lan Jia keheranan.
Qian Kun pun mendekat. "Apa yang kau gunakan untuk mengusirnya?" tanyanya pada Rong Ying yang terlihat enggan untuk menjawab.
Si Cheng yang menyadari kekesalan Rong Ying segera menjawabnya. "Serbuk pengusir ular," jawab Si Cheng dan kedua kakaknya itu nampak tak percaya. Bahkan Lan Jia tertawa meremahkan Rong Ying.
Rong Ying yang menyadarinya hanya bisa bertambah kesal. "Lihat, mereka tidak percaya. Mereka terlalu meremehkan sihir penyembuh, ayo kita pergi saja. Sebenarnya, ada apa di gua itu, kenapa ibu sangat bersekukuh menyuruh kita pergi kesana," ucapnya yang kini berusaha berjalan sendirian.
Menyisahkan Qian Kun yang masih nampak berpikir. "Benarkah hanya serbuk pengusir ular?" tanyanya lagi yang tak percaya dan Si Cheng lagi-lagi mengangguk.
"Aku lupa apa saja yang ia padukan, yang pasti Rong Ying sangat berbakat di dunia alkimia," puji Si Cheng dan Qian Kun hanya diam.
"Gadis bodoh itu kau bilang berbakat? Dia hanya menyusahkan saja di sini, apa pun yang terjadi kau harus menjaganya dan aku tidak mau berurusan dengannya!" kata Yong Qi yang kini berjalan terlebih dahulu.
-Tbc-
Vatur adalah sejenis monster dengan kekuatan sihir beragam.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top