The Cave Sacred
Jalan yang terus menanjak dengan kaki mungil yang mencoba untuk terus merangkak naik. Rong Ying merasa kakinya sangat pegal, ia semakin kesal saja saat tak nampak gua yang dimaksud oleh ibunya. Sementara Qian Kun sudah berjalan lebih dulu, ia bisa berpindah sesuka hatinya dan itu mempermudahkannya tanpa harus berjalan normal seperti Rong Ying. Yong Qi dan Lan Jia pun melakukannya, hanya dirinya dan Si Cheng yang selalu menemaninya.
"Kenapa aku tidak bisa memiliki sihir seperti mereka? Katakan kepadaku, apa aku benar-benar Xia Rong Ying? Putri dari ratu Xia Meng Xiu?" tanyanya pada Si Cheng yang terlihat terdiam, seolah pikirannya berada di dimensi lain.
"Kakak ketiga, apa kau mendengarkanku?" pekik Rong Ying yang membuat Si Cheng kembali pada kesadarannya.
"Tentu saja," jawabnya singkat membuat Rong Ying cukup kesal. Gadis ini memang seorang yang mudah kesal karena sering kali diabaikan atau diremehkan oleh orang-orang disekelilingnya.
"Kau pasti juga berpikir, bahwa aku tidak pantas memiliki sihir selain sihir penyembuh bukan?" desaknya dan Si Cheng segera menggeleng.
"Tidak, kau bisa memiliki sihir apa pun, sama seperti kami," katanya yang terdengar seperti kebohongan oleh Rong Ying.
"Kau pasti ...."
"Kenapa kalian lama sekali? Cepat, atau aku akan menyeret kalian!" teriak Qian Kun yang membuat Rong Ying terus menggerutu.
Si Cheng pun menarik Rong Ying dan berteleport kembali. Benar saja, hanya beberapa meter terdapat sebuah gua. Gua yang cukup besar saat mereka berhasil memasuki mulut gua yang dipenuhi dengan krystal sihir warna-warni.
"Wah, aku bisa mengambilnya kan?" tanya Rong Ying pada Si Cheng, tangannya sudah bergerak akan menyentuh krystal sihir yang seolah tumbuh disepanjang dinding gua.
"Tidak! Kita tidak tahu itu jebakan atau apa? Jangan ceroboh atau kau akan selalu berada dalam pengawasanku!" sahut Qian Kun yang membuat Rong Ying mengkirut. Kakaknya yang satu ini memang tidak pernah main-main.
Yong Qi yang selalu serakah itu pun berhenti mengulurkan tangannya. Ia juga sangat penasaran dengan kristal sihir itu, bayangkan saja. Jika ia berhasil mendapatkannya, ia bisa mempergunakan kristal itu untuk meningkatkan ilmu sihir, meskipun tidak sebanyak saat melakukan pelatihan dan pertapaan.
Mereka terus berjalan menyusuri lorong gua yang seolah tak berujung. Lan Jia, tiba-tiba saja berhenti dan tertarik pada kristal sihir bertumpuk yang nampak seperti bunga lotus merah dan mencoba secara sembunyi-sembunyi untuk mengambilnya.
Srettt
Seketika seluruh deretan kristal sihir tersebut tercabut dari dinding gua dan melayang-layang. Semuanya dibuat terkejut dengan hal ini.
"Apa itu?" Rong Ying lagi-lagi bersembunyi di balik badan Si Cheng.
"Sudah ku bilang jangan menyentuhnya! Rong Ying, kau kah itu?" tuduh Qian Kun dan Rong Ying menggeleng dengan cepat.
"Ah, benar-benar pembuat onar!" Bahkan Yong Qi pun mencibir.
"Bukan aku, tanya kan saja pada kakak ketiga," tolak Rong Ying yang tak akan bisa menerima tuduhan tak berdasar ini.
"Aku terus mengawasinya kakak pertama, ia tidak menyentuhnya sama sekali." Si Cheng pun angkat bicara untuk membela Rong Ying.
Sementara Lan Jia nampak menganga dan matanya seolah akan keluar. Yong Qi yang memperhatikannya pun, segera membalikkan tubuhnya. Mencoba mencari apa yang sedang ditatap oleh gadis yang begitu ia sukai itu.
"Vatur?" gumam Yong Qi dengan keheranan saat melihat monster raksasa dari tumpukan kristal yang beberapa saat lalu melayang-layang.
"Bagus, jadi ibu menyuruh kita untuk pergi ke gua ini dan menghadapi monster kristal sihir? Demi bumi dan langit, aku lebih baik pulang!" Rong Ying sudah berbalik dan mulai melangkah pergi.
Sluupp
Bleedaarrr
"Aaahkkkk ...."
"Rong Ying!" Si Cheng dan Qian Kun berteriak. Si Cheng pun berteleport, mencoba menangkap tubuh Rong Ying yang terpental akibat serangan monster kristal sihir. Si Cheng pun berhasil menangkap tubuh Rong Ying tepat waktu. Namun, terlihat sekali gadis itu kesakitan.
Qian Kun pun terlihat begitu marah, memandang monster tersebut dengan sangat tajam. "Kau akan hancur hari ini!" murkanya yang membuat Yong Qi menelan ludah. Pasalnya, mana yang keluar dari tubuh Qian Kun lebih besar dari sebelumnya. Membuat Yong Qi yakin jika kakaknya ini menyimpan banyak mana. Lan Jia, yang semenjak tadi takut-takut dibuat terpana dengan kemarahan Qian Kun.
Seorang magia akan sangat familiar jika memiliki mana, sihir dan Esmelth. Tapi di kerajaan Xia Qing kekuatan seorang magia tak hanya terpaku pada tiga hal tersebut, mereka apa lagi seorang petinggi, bahkan bangsawan berkedudukan tinggi harus mempunyai ilmu bela diri dan pedang. Kali ini tangan Qian Kun mulai mencoba untuk mengeluarkan sebuah pedang yang terkenal cukup keramat dengan aura kuat yang mematikan. Hanya dengan auranya, mampu membuat nyali musuh menciut.
"Pedang Qian yang melegenda." Lan Jia bergumam dengan kagum.
Yong Qi terlihat mendesis, menatap Qian Kun dengan iri. Sementara Si Cheng telah menggendong Rong Ying yang nampak masih kesakitan. Namun, pandangan mata sipit itu tak bisa lepas begitu saja dari Qian Kun.
"Pedang apa itu? Kenapa bentuknya seperti itu? dan aura panas apa ini? Aku merasa terbakar," keluh Rong Ying yang kini merasa tubuhnya begitu panas.
"Kakak pertama, sepertinya tidak akan main-main sekarang. Pedang legendaris dari keluarga Qian sangat mematikan," ucap Si Cheng yang seketika membuat Rong Ying ketakutan.
Dilihatnya Qian Kun mulai melesat, melayang di antara lorong gua yang semakin lama semakin mendekati monster kristal sihir.
Sluupp
Blasshh
String
Pedang Qian pun telah di ayunkan, energi besar pun menyelimuti membuat monster kristal sihir itu jatuh.
Blendum
Tubuhnya yang besar, membuat sedikit getaran pada gua. Rong Ying sangat takut jika gua akan segera roboh.
"Bagaimana kalau gua ini roboh? Kakak ketiga, kita harus segera pergi!" desaknya dan Si Cheng menggeleng.
"Tidak, sebelum kita menyelesaikan misi kita. Aku akan membantu kakak pertama, kau tetap di sini," katanya dan Rong Ying pun membiarkan Si Cheng pergi.
Si Cheng memiliki lebih banyak sisi lembut dibandingkan pangeran yang lainnya. Sihir kuat yang ia miliki adalah dari elemen tanah. Si Cheng pun mencoba melangkah mendekat, tangannya mulai bergerak dan keluarlah cahaya dari tangannya yang membawa bebatuan yang entah berasal dari mana, berkumpul dan membentuk seperti tombak raksasa.
"Hancurkan!" gumamnya tanpa emosi dan bebatuan berbentuk tombak tersebut melesat dengan cepat dan menghantam monster kristal sihir.
Duak
Namun, itu tak berpengaruh atau membuatnya hancur. Pedang Qian, hanya mampu merobohkannya dan Si Cheng berpikir untuk memberi hasil akhir. Qian Kun pun sedikit terkejut saat melihatnya.
"Biarkan aku yang melakukannya." Yong Qi pun yang semenjak tadi hanya menonton, terlihat lebih terkejut lagi. Bukannya, ia tidak tahu jika kedua saudaranya itu telah mengerahkan keahlian utamanya dan semuanya gagal.
"Badai!" gumamnya, saat angin tiba-tiba datang dan menggulung semua yang ada di sekitarnya. Terus mengarah kepada monster kristal sihir dan mulai menggulungnya.
"Ayo hancurkan!" Kali ini Yong Qi berteriak dan mengerahkan seluruh mananya. Namun, monster sihir itu masih bisa memberontak. Hingga, Yong Qi tak tahan terus menahannya dan jatuh.
"Pikirkan sesuatu!" Rong Ying berbicara pada Lan Jia yang semenjak tadi hanya menjadi penonton saja.
Gadis cantik itu menoleh dan berkata, "Kau saja!" ketusnya yang membuat Rong Ying sangat kesal dan akhirnya gadis ini mulai memikirkannya sendiri.
Monster kristal sihir masih bisa kembali bangun, bahkan kali ini berhasil menyerang Qian Kun dan Si Cheng.
Duaar
Duaar
Kristal sihir bertebrangan, jika menyentuh sebuah benda akan meledak. Itulah kekuatan dari monster ini dan Rong Ying harus segera menemukan kelemahannya. Gadis ini mondar-mandir dan terus-terusan berpikir keras.
"Kristal itu terbuat dari bebatuan, jadi apa yang membuat bebatuan mudah hancur?" gumamnya yang terus-terusan perpikir, hingga akhirnya ia menemukannya.
Mata Rong Ying melebar, kini ia menemukan sebuah cara. Gadis ini pun meraih kantongnya, kantong ajaib yang diberikan ayahnya sebelum meninggal. Di dalamnya terdapat beberapa ramuan langka dan sebagian tanaman yang ia kumpulkan. Kantong kecil ini dikatakan ajaib karena dapat menampung semuanya dalam satu wadah, seolah di dalamnya terdapat dimensi lain yang bisa menyimpan banyak barang. Kantong ini adalah warisan leluhur keluarga Rong Ying yang merupakan alkimia tersebut.
"Bryophyta," gumamnya dan ditangannya muncul tanaman dengan warna hijau muda bercampur hijau tua yang sedikit lebih pekat. Rong Ying mulai meremas-remasnya dengan tangan, serta membacakan beberapa mantra sihir, hingga tanaman itu melebur menjadi kabut hijau yang mengelilinginya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Lan Jia yang nampak tidak setuju dengan apa yang dilakukan Rong Ying.
Rong Ying pun menoleh, sembari terus menggerakkan kabut hijau ini. "Kau tidak dapat menemukan solusi apa pun saat aku bertanya dan biarkan gadis berumur 12 tahun ini untuk menanganinya," ucap Rong Ying yang kali ini berlari cepat, sebelum monster kristal sihir itu melukai seluruh saudaranya.
"Kakak kedua, aku butuh airmu sebagai pelumas. Percayalah kepadaku untuk kali ini!" teriaknya membuat Yong Qi berbalik dan menatap Rong Ying dengan heran.
"Lakukan!" Qian Kun mendesaknya membuat Yong Qi mau tidak mau menurutinya.
"Kau ingin aku bagaimana?" teriak Yong Qi pada Rong Ying yang kali ini sudah berada di hadapannya.
"Air, jadikan satu dalam kabut hijau ini," ucapnya dan Yong Qi pun mulai melakukannya.
Pertemuan antara air dan kabut hijau. "Arahkan pada monster jelek itu!" Rong Ying menginstruksikan dan Yong Qi pun melakukannya.
Kedua elemen itu pun menyerbu monster kristal sihir dan menggulung-gulungnya dahsyat. Hingga akhirnya, retakan demi retakan terjadi di bagian tubuh monster tersebut.
Krak
Tak
Draakkk
Tumpukan kristal sihir itu pun jatuh begitu saja. Cukup membuat keheranan para pangeran ini yang kini menatap Rong Ying.
"Kau ... Sihir apa yang kau gunakan?" desak Qian Kun yang kali ini mendekati Rong Ying.
"Sudah ku bilang, aku hanya melakukan keahlianku sebagai alkimia," jawab Rong Ying dengan ketus.
Qian Kun pun menghela napas panjang. Si Cheng mencoba memberikan isyarat pada Rong Ying untuk tetap bersikap sopan kepada Qian Kun. Namun, lagi-lagi gadis itu tidak mempedulikannya.
"Selamat, kalian telah berhasil melewati rintangan terbesar di gua suci Yuan."
Tiba-tiba saja muncul sosok Esmelth berwajah tampan dengan empat batu berwarna hijau, merah, ungu dan biru yang mengelilinginya.
"Yelu? Apa kau sengaja mempermainkan kami?" geram Qian Kun yang kini bersiap menyerangnya.
"Maafkan hamba pangeran, hamba hanya menjalankan tugas dari Yang Mulia untuk memberikan batu kristal ini kepada kalian."
Batu kristal itu pun melayang dan jatuh kepada mereka, Qian Kun, Yong Qi, Si Cheng dan Rong Ying. Hanya Lan Jia yang tak mendapatkannya
"Silahkan kalian kembali, misi yang diperintah oleh Yang Mulia Ratu Xia Mei Xiu telah usai. Tukarkan batu itu untuk mendapatkan hadiah berharga," ucapnya yang kini menghilang.
Qian Kun menghela napas panjang. "Apa sebenarnya yang diinginkan ibu?" gumamnya yang tak mengerti, memandang kristal sihir warna merah di hadapannya.
Rong Ying pun mencoba untuk menyentuhnya kristal warna hijau miliknya. "Au panas, benda apa ini sebenarnya?" keluhnya yang meniup-niup tangannya.
"Kurasa, itu kristal sihir yang sengaja ibu berikan untuk kita," sahut Si Cheng yang kini berjalan diikuti kristal sihir warna biru yang melayang-layang.
"Apa untungnya, memiliki benda tidak berguna ini?" Yong Qi pun bergumam, memandang batu kristal berwarna ungu.
Lan Jia terlihat cukup kesal karena hanya dirinya yang tak mendapatkan apa pun di sini. "Bisakah aku mendapatkan satu saja?" mohon ya membuat pandangan mereka beralih kepadanya.
Rong Ying pun menunjuk pada satu sisi dinding gua yang masih utuh dengan tumpukan kristal sihir. "Kau bisa mencarinya yang seperti bunga dan aku akan pergi dengan kakak ketiga. "Ayo kakak!" ajak Rong Ying yang hanya menyeret Si Cheng saja dan diikuti Qian Kun.
Sementara Yong Qi berhenti dihadapan Lan Jia dan mengatakan, "Aku akan mencarikannya untukmu," janjinya dan Lan Jia tak menjawabnya. Gadis ini memilih mengikuti langkah kaki Qian Kun.
-Tbc-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top