Part 6 - Naughty Kiss 💜

"Chi-Chan, tahunya habis!" seru Ayumi dengan mulut penuh.

"Chi-Chan, tambah kuah kaldunya," timpal Yuuto keseruan menyeruput kuah.

"Tolong tambahkan Udang Tempura pada mangkukku, ini sudah hampir habis," ujar Satoru sambil asik mengunyah.

Baru saja Chizuru hendak mengambil semua permintaan itu, tiba-tiba ada Luke yang sudah lebih dulu mengambil semua yang dibutuhkan mereka. Chizuru menoleh pada Luke yang sudah menyeringai geli padanya.

"Biar aku saja, kebetulan aku ingin mengambil daging," ucap Luke geli.

Luke menjengkelkan, batin Chizuru sambil mengerucutkan bibirnya. Pria itu selalu saja membuatnya kebingungan dengan sikap yang tidak biasa sepanjang hari ini.

Dari menemaninya berbelanja, membayar dan membawakan belanjaannya. Membuat Chizuru menjadi salah tingkah dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya, selain menghindari tatapan Luke.

Ucapan lembut Luke yang mengatakan akan memperjuangkannya sampai Chizuru bisa melihatnya, sungguh meresahkan. Apa sih maksudnya? Batinnya lagi. Apakah karena dia bertambah gemuk seperti yang Luke ucapkan? Dia sampai harus diperjuangkan hanya karena lemak yang ada di perutnya. Ugh!

Mengingat ejekan Luke itu, Chizuru refleks memecahkan sebuah telur dalam satu cengkeraman keras. Hal itu menarik perhatian semua orang yang ada di situ. Luke, Yuuto, Ayumi dan Satoru.

Memenuhi janjinya, Chizuru mengajak semuanya untuk menikmati makan malam di rumahnya. Dia membuat Sukiyaki beserta makanan pendamping, memenuhi meja makannya. Chizuru duduk di kursi utama, sisi meja kanan ada Satoru dan Ayumi, dan sisi kirinya ada Luke dan Yuuto.

Keempat anak muda itu menikmati makanan, seperti berlomba siapa yang paling cepat.

"Ada apa lagi, Chi-Chan? Sepertinya kau sedang marah," tanya Ayumi heran, tanpa mengurangi kecepatan makannya.

"Sejak kapan Chi-Chan bisa semarah itu sampai memecahkan telur dengan tangannya?" giliran Satoru yang bertanya.

"Mungkin dia kesal karena kita makan tidak berhenti, namun aku sangat lapar. Meski ini sudah tambahan ketiga, aku tetap ingin lagi dan lagi," tukas Yuuto santai.

Luke terkekeh geli melihat ekspresi wajah Chizuru yang menggelap. Tadinya telur yang dipecahkan tadi, akan dimasukkan ke dalam Hot Pot Sukiyaki di depannya. Sorot mata tajamnya menusuk ke arah Luke yang tampak santai membalas tatapannya.

"Jika kau marah, kau terlihat boleh juga," komentar Luke sambil mengunyah.

Yuuto langsung bereaksi dengan menoleh ke arah Luke. "Jangan menggodanya! Dia adalah calon istri masa depanku."

Ayumi memutar bola matanya dan menatap kedua pria yang duduk di hadapannya dengan masam. "Orang bodoh bertambah satu."

"Cinta segitiga yah?" celetuk Satoru asal.

"Tidak! Sejak dulu aku yang menemani Chizuru, bukan orang yang tiba-tiba datang ke sini dan berniat untuk mengambil milikku," balas Yuuto serius.

"Dasar para bocah!" omel Ayumi sengit.

"Kenapa sih kau yang emosi? Kau merasa kurang cantik dibanding kakak sepupumu?" tanya Yuuto heran.

"Dan kenapa kau bisa duduk di sini lalu makan bersama kami?" balas Ayumi tidak mau kalah. "Aku kesal harus berhadapan dengan orang-orang bodoh seperti kalian. Mengganggu selera makanku saja."

"Wow!" komentar Luke santai. "Mengganggu selera makanmu saja, kau bisa menghabiskan tiga mangkuk nasi. Jika kami tidak mengganggu, maka kau bisa menghabiskan semua yang ada di meja, termasuk porsi makanan kami?"

"Tentu saja!" jawab Ayumi langsung.

Luke berckckck ria. "Pantas saja kau itu gemuk. Pipimu chubby, perutmu berlemak, lenganmu kekar, dan pinggangmu terlalu besar. Aku tidak suka wanita gemuk. Jika aku mengganggu selera makanmu, kau mengganggu pemandanganku."

"APA??!" pekik Ayumi berang.

"Kau itu berbeda dengan Chizuru," lanjut Luke tanpa beban. "Lihat kakakmu, dia cantik dan bersinar. Mungil dan baik hati, pintar memasak dan akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya."

Deg! Chizuru yang tadinya marah, spontan merasakan debaran yang tidak terkira akibat ucapan Luke barusan. Matanya mengerjap gugup, wajahnya memanas dan menjadi salah tingkah. Pujian yang dilayangkan Luke barusan terlalu berat.

"Chi-Chan, apa kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu memerah?" tanya Yuuto cemas.

Chizuru tersentak dan membalas tatapan empat orang yang sedang menatapnya. Wajahnya kian memanas mendapati tatapan penuh tuduhan dari Ayumi. Yuuto dan Satoru menatapnya cemas, sementara Luke memberikan ekspresi maklum.

"Aku yang dihina, kenapa kau yang tersipu?" tanya Ayumi tidak senang. "Atau jangan-jangan, kau merasa keren karena dipuji oleh Shinichi yang ingin dipanggil Luke itu?!"

Mata Yuuto melebar kaget. "Benarkah seperti itu?"

"Ti... tidak! Aku tidak merasa keren dipuji! Tadi dia bilang perutku berlemak!" ucap Chizuru sambil membersihkan tangannya yang berlumuran telur dan cangkang, berusaha menghindari tatapan intimidasi dari Ayumi yang tidak menyenangkan.

Chizuru semakin mencicit, ketika Luke mengulurkan serbet padanya. Dia mengangkat wajahnya dan mendapati Luke sedang tersenyum sambil menopangkan kepala, terang-terangan menatap Chizuru dengan kesan geli dari sorot matanya.

Wajah Chizuru semakin memanas melihat ekspresi Luke yang begitu dalam padanya. Chizuru mengerjap gugup dan kembali menunduk untuk tidak membalas tatapan yang membuatnya merasa malu. Degup jantungnya berdegup kencang dan ada rasa asing yang menjalar.

"Hentikan tatapanmu yang sok keren itu, Luke!" tegur Ayumi keras.

Luke melirik Ayumi dengan malas. "Kalau tidak, kau mau apa?"

"Aku akan mengambil porsi daging sukiyakimu!" ancam Ayumi dengan alis terangkat tinggi-tinggi.

"Heh? Enak saja!" seru Luke sambil menahan gerakan sumpit Ayumi yang hendak mencapit daging dengan sumpitnya, lalu menghentakkan dengan gerakan mantap, sampai sumpit yang dipegang Ayumi terpental jauh ke belakang.

Semuanya tertegun. Semuanya langsung menatap Luke dengan mata terbelalak kaget, termasuk Chizuru. Cara Luke memainkan sumpitnya, sungguh tidak biasa. Dia seperti memiliki keahlian khusus dari hal terkecil sekalipun.

"Ba..bagaimana kau melakukan hal seperti itu?" tanya Yuuto dengan ekspresi kagetnya.

Luke mengangkat bahu dengan santai. "Berlatih selama bertahun-tahun."

"Latihan macam apa yang kau maksud, huh?" seru Ayumi heran.

"Latihan untuk menghadang orang-orang lancang sepertimu, yang ingin mengambil porsi dagingku seperti tadi!" balas Luke ketus, lalu kembali melanjutkan makannya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tapi tadi kau sangat terlatih," gumam Satoru bingung. Dia beranjak dari kursi untuk mengambil sumpit Ayumi yang terpental sampai ke ruang tengah. "Astaga, Luke! Apa kau memakai tenaga dalam? Sumpit Ayumi patah!"

Chizuru terhenyak dan menatap Luke dengan tatapan menegur. "Kenapa kau harus melakukan hal seperti itu, Luke?"

"Memangnya kenapa? Ada banyak orang-orang yang pandai memegang sumpit, salah satunya menangkap lalar yang berniat untuk menjilat makanan!" balas Luke dengan alis berkerut.

"Tapi tidak sampai harus mematahkan sumpit," pekik Chizuru ngeri. "Apa benar kau memiliki tenaga dalam?"

Luke kembali mengangkat bahunya dengan santai. "Katakanlah aku tidak suka kalau ada yang ingin mengambil kepunyaanku."

"Heh? Tidak seharusnya kau kasar padaku hanya karena daging!" seru Ayumi lagi. Sorot matanya memancarkan kesan ngeri pada Luke.

"Aku tidak mengasarimu, tapi sumpitmu. Jika aku sudah bertindak kasar padamu, itu berarti kau sudah menjadi orang paling hina," balas Luke tanpa beban.

Lagi. Semuanya tampak tercengang mendengar ucapan Luke yang santai namun penuh ancaman itu. Luke pun kembali menikmati makan malamnya, dan yang lain mengikutinya. Tidak ada lagi perbincangan, hanya suara dentingan sendok garpu di ruang makan itu, sampai makan malam selesai.

Ayumi dan Satoru membersihkan meja makan, Yuuto menyapu dan Luke menawarkan diri untuk mencuci piring. Tentunya hal itu tidak akan terjadi, jika Luke tidak memberikan perintah kepada yang lainnya untuk membantu membersihkan rumah Chizuru. Herannya, ketiga orang yang lain menjalani perintahnya begitu saja, tanpa protes.

"Aku tadi kenyang, dan sekarang lapar kembali karena membersihkan meja," keluh Ayumi dengan bibir menekuk cemberut.

"Terbuat dari apa perutmu itu, Ayumi?" tanya Satoru dengan alis berkerut.

"Jangan malas! Chizuru sudah bersusah payah membuatkan kita makan malam, sudah seharusnya kita membantu membersihkan," timpal Yuuto sambil terus menyapu lantai.

Chizuru menatap iba kepada mereka karena terlihat begitu lelah. "Terima kasih untuk kedatangan dan bantuan kalian. Tidak usah diteruskan yah, sekarang kalian..."

"Baiklah, Chi-Chan!" sela Ayumi antusias sambil menaruh lap basah yang dipegangnya untuk membersihkan meja. "Aku dan Satoru akan..."

BRAK!

Tiba-tiba ada sebuah sponge basah, lengkap dengan busa dan air sabun yang mendarat di atas meja makan yang baru saja dibersihkan Ayumi dan Satoru. Semuanya kembali terkesiap melihat Luke yang melempar sponge itu, tepat di tengah-tengah meja makan.

"Apa yang kau lakukan, Luke?" seru Chizuru sambil menunjuk meja makan, dan tatapan yang mengarah pada Luke dengan kaget.

"Meja makan itu masih belum bersih," cetus Luke sambil berjalan menuju ke meja makan, dan mengambil kembali sponge basah itu. "Bersihkan kembali sampai selesai, baru kau boleh pulang."

"Heh? Kau yang sengaja mengotorinya!" tukas Ayumi tidak terima. "Seharusnya kau yang membersihkan meja itu!"

Alis Luke terangkat setengah. "Maksudnya kau ingin bertukar kerjaan? Kau yang mencuci piring dan aku yang membersihkan meja, begitu? Aku tidak masalah jika..."

"Aaarrrggghhh... baiklah! Dasar bajingan!" sela Ayumi geram sambil meraih lap basahnya kembali, dan membersihkan meja makan dengan bersungut-sungut.

Satoru hanya diam dan menatap Luke heran, namun tangannya mulai bekerja untuk membantu Ayumi membersihkan meja. Yuuto menyaksikan kejadian itu dalam diam, dan terus menatap Luke dengan sorot matanya yang penuh tanya. Chizuru pun demikian.

Seperti tidak memedulikan sekitarnya yang menatapnya heran, Luke kembali bekerja untuk mencuci piring dalam diam. Cara kerjanya pun cepat, seperti sudah terbiasa menangani semua pekerjaan dalam waktu singkat. Dia tidak mengeluh seperti Ayumi, atau Satoru yang menghela napas terus-terusan, dan Yuuto yang kesusahan dalam menjangkau jarak lantai yang disapunya. Dia tenang. Sangat tenang. Namun terlalu awas.

Seperti Chizuru yang ingin mengambil gelas di rak tertinggi, tanpa perlu berjinjit pun, Luke sudah mengambilkan untuknya. Atau ketika Chizuru menyusun piring-piring pada rak, Luke akan mengambil alih pekerjaan itu. Membuat perasaan Chizuru semakin tidak nyaman, dan tatapan Luke yang semakin geli melihat ekspresinya.

"Aku pulang dulu, Chi-Chan! Badanku sudah pegal!" ucap Ayumi ketus sambil melirik sinis ke arah Luke yang kini sudah bersandar di dinding, sambil menyilangkan tangan.

"Hati-hati di jalan," balas Chizuru ramah, sambil memberikan sebuah kotak yang berisikan mochi kacang buatannya. "Aku membuat kue mochi kesukaanmu."

Senyum Ayumi mengembang sempurna. "Whooaaa... kau tahu saja kesukaanku. Terima kasih."

"Terima kasih, Chi-Chan." Balas Satoru senang.

"Ini untukmu, Yuuto. Jangan terlambat makan, kau memiliki masalah pada lambungmu," ujar Chizuru sambil menyodorkan sebuah kotak yang sama seperti Ayumi pada Yuuto.

Yuuto menerimanya dengan senang hati, lalu membungkukkan badannya untuk memberi hormat. "Terima kasih, Chizuru. Aku senang kalau kau perhatian padaku seperti ini."

Ayumi dan Satoru sudah berlalu, hanya Yuuto yang masih berdiri dengan tatapan tidak suka pada Luke yang masih bersandar di dinding dalam diam.

"Kenapa kau tidak ikut pulang?" tanya Yuuto dengan alis berkerut.

"Untuk memastikan bajingan sepertimu keluar dari rumah ini, tanpa perlu menyusahkan Chizuru," jawab Luke datar.

"Heh? Memangnya kau pikir aku menyakiti dia? Aku adalah calon..."

Plak!

Luke langsung menampar pipi Yuuto tanpa ragu. Chizuru terkesiap lalu menarik Yuuto menjauh dari Luke.

"Kenapa kau menamparku, sialan?" desis Yuuto yang ingin menghampiri Luke, tapi langsung dicegah oleh Chizuru.

"Yuuto-Kun, tidak usah bertengkar. Biarkan dia! Luke, ayo minta maaf pada Yuuto-Kun!" ucap Chizuru.

"Itu adalah pelajaran untuk orang yang sembarangan bicara," balas Luke dengan tengil. Dia bahkan tidak merasa menyesal. "Dan aku sudah bilang kalau aku tidak suka ada yang mengambil kepunyaanku."

"Kepunyaanmu? Maksudmu Chizuru? Enak saja! Aku yang lebih dulu menyukainya dan mengawasinya dari jauh! Aku yang bertanggung jawab atas hidupnya, bukan kau!" sembur Yuuto geram.

Ketika Chizuru melihat Luke hendak menghampiri Yuuto, disitu Chizuru segera berdiri tepat di depan Yuuto dan menghadapi Luke tanpa ragu. Langkah Luke terhenti dan menatap Chizuru dengan sorot mata tajam yang begitu dalam.

"Bisakah kau minggir?" tanya Luke kemudian.

Chizuru menggeleng cepat. "Kau tidak boleh bersikap kasar kepada orang lain."

"Sekalipun mereka berniat untuk mengambil milikku?" tanya Luke lagi.

"Chizuru bukan milikmu!" seru Yuuto kencang.

Chizuru menggeram dan menoleh pada Yuuto. "Tutup mulutmu, Yuuto-Kun! Sekarang juga kau pulang ke rumahmu! Atau kau tidak boleh muncul di hadapanku lagi!"

Yuuto menatap Chizuru kesal, tapi melakukan perintahnya. Pria itu mendesis geram ke arah Luke, menatap Chizuru singkat, lalu pergi meninggalkan mereka sambil mendengus kasar. Kini, Chizuru kembali menatap Luke dan tersentak ketika melihat Luke membungkuk untuk menyamakan posisi wajah mereka. Jangan lupakan seringaian gelinya saat ini.

"Kau tidak boleh melakukan tindakan kasar seperti hari ini," ucap Chizuru dengan suara tercekat. Merasa terintimidasi dengan posisi Luke yang begitu dekat padanya.

"Kenapa tidak? Aku sudah bilang kalau aku tidak suka, jika ada yang ingin mengambil milikku," balas Luke dengan lugas.

"Tidak ada yang berusaha mengambil milikmu, Luke. Dan ini adalah rumahku, yang artinya adalah milikku. Bukan milikmu. Jadi, jangan menginginkan kepunyaan orang lain!" tegur Chizuru.

Luke memberikan senyuman setengahnya yang menyebalkan. "Siapa bilang aku menginginkan rumahmu yang kecil dan jelek ini? Aku tidak suka. Tapi aku menyukai pemiliknya, dan menginginkannya untuk menjadi milikku."

Eh?

Dan Chizuru belum sempat membalas ucapannya, karena Luke tahu-tahu menariknya mendekat, menaikkan dagunya, dan mencium bibirnya. Deg! Seperti tersengat aliran listrik dengan kekuatan yang cukup besar, Chizuru tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Sendi ototnya melemas, aliran darahnya mengencang, dan degup jantungnya bertalu-talu.

Sebuah kehangatan asing menyerbu masuk dalam jiwa, membuat otaknya melumpuh seketika. Matanya pun terpejam karena tidak sanggup menahan gejolak yang memuai dalam dada. Kedua kaki sudah tidak sanggup berpijak, dan dia membiarkan Luke merengkuh tubuhnya.

Chizuru sudah seperti jelly, saat Luke mulai melumat bibir bawahnya dengan begitu dalam, dan mengisapnya dalam hisapan yang keras. Dia yakin tubuh dan jiwanya berpencar, karena tidak mampu menerima ciuman penuh damba yang tidak pernah dirasakannya.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Q. Kenapa cerita Sheliu, mostly about cowok bajingan?
A. Karena kebanyakan bergaul dengan mantan bajingan, bersahabat dengan mantan player, dan kebetulan punya suami yang bekas badboy di zamannya. Babang CH pun demikian.
Banyak yang aku dapati ketika mengobrol dengan mereka. Poin yang sudah pasti adalah mereka itu blak-blakan, nggak neko-neko, apa adanya, suka membantu teman, dan bangga memiliki pengalaman hidup yang dijadikan pelajaran 😑

Q. Ceritanya suka ngegas yah, Thor?
A. Suami aku pernah bilang kayak gini :
"Tanpa perlu jual mahal, cowok akan tahu kalo kamu bukan cewek sembarangan. Termasuk saat pedekate. Kalo suka, ya udah jalan. Nggak perlu pake istilah 'liat nanti dan kita berteman dulu'. That's bullshit eat shit."
Begitu juga dengan aku yang waktu jaman pedekate, aku langsung to the point ngmg :
"Aku bukan cari pacar, tapi suami. Kalo kamu niat deketin aku, cuma kepengen buat selingan, mending tarik mundur."
Dan dia balas : "Siapa takut? I'm not that chicken!"
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Udah tahu kan, aku dapet ilmu gesreknya darimana di dunia nyata?

Q. Ceritamu romance banget dan suka sama adegan nganunya. Itu pengalaman atau ngayal doang?
A. Percayalah, genks! Aku termasuk cewek cupu yang gak berani dengan gaya pacaran bebas, macam tokoh cewek yang aku tulis 😅
Batas pacaran aku tuh cuma pas foto. Tau kan? Dari kepala sampai batas perut 🤣 make out, masih oke lah. Having sex? Nggak berani. Simple aja, aku takut hamil 😂
Tapi kok gaya pacaran di cerita dengan kenyataan itu beda? Karena aku sesuaikan dengan pergaulan yang dialami para tokoh.
Mereka adalah orang luar, atau orang lokal yang sekolah di luar, otomatis pola pikir dan gaya hidup berbeda dari kita yang Asian.
Jadi buat kamu yang anak baik2, stay away from my story yah 🙈

Q. Apakah suami tahu, Sheliu bikin cerita? Dan kasih contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi Sheliu soal nganunya?
A. Suami tahu tapi nggak pernah baca. He doesn't give a fuck for everything I write, to be honest 🤣
Pengalaman pribadi? Mungkin yang paling nggak aku lupain adalah ajakan date pertama suami waktu jaman pedekate. Aku kepengen minum kelapa di Anyer 🤣
Waktu itu, pas minum kelapa, hujan deras dan kita langsung balik tanpa menikmati lebih lanjut. Meski sempet kehujanan dikit, suami sempet menawarkan untuk "sewa kamar" buat keringin badan, karena aku udah beli oleh-oleh baju.
Otomatis aku nggak mau lah! Gila aja masih pedekate, terus ngajak ngamar 😠
Begitu uda merit, suami dengan brengseknya ngaku kalo dia punya modus buat ngajakin nganu di Anyer kala itu. Siyal!
Tapi hal itu jadi ide yang menginspirasi aku untuk buat scene spesial 🤣
Yes! Seperti yang kamu tahu "In Anyer with love" itu tercipta, part nganunya Nathan dan Lea 🤣🤣🤣🤣🤣



Udah gitu aja dulu yah. Besok aku nggak update, karena mau ibadah 🤗
Semoga kamu bahagia.
Thanks udah nungguin cerita ini, dan aku pastikan lapak ini akan semakin ngegas ke depannya.
Karena sesuatu yang udah pasti, untuk apa menahan dan mengulur waktu lebih lama? Nggak guna 🤣

I purple you 💜

Sheliu.
18.04.19 (20.11 PM)






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top