Part 2 - My playful Gakusei
Setelah kemarin update yang agak berat.
Hari ini yang ringan-ringan aja.
Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Chizuru meletakkan omelette di atas nasi goreng yang sudah dia tata diatas piring dengan hati-hati, lalu mengambil pisau untuk membelah omelette itu. Senyumnya mengembang ketika makanan yang baru saja dibuatnya tampak cantik dan memuaskannya. Dia pun segera menuangkan saus buatannya keatas makanan itu.
Setelah menyelesaikan tugasnya membuatkan makan malam, Chizuru melepas apronnya dan mempersiapkan omurice dan miso soupnya ke meja makan. Dia juga membuat ocha hangat dan makanan pendamping, seperti udang tempura dan agedashi tofu. Semua adalah kesukaan anak didik kesayangannya dulu. Sinichi Kuga yang saat ini ingin dipanggil Luke.
Chizuru berjalan menuju ke ruang mencuci dimana Luke masih berkutat memasang alat listrik yang sama sekali tidak dimengertinya. Pria itu sudah menolongnya dua kali hari ini. Pertama saat dirinya terjatuh tadi, dan saat listrik rumahnya padam ketika dia mencoba menyalakan mesin cucinya.
Luke selalu membantunya sedari dulu. Dia adalah orang yang paling mengerti dirinya yang tidak becus dalam segala hal, termasuk berjalan. Yeah. Chizuru sering tersandung oleh kakinya sendiri. Terjatuh, terantuk, atau tertidur sudah menjadi hal yang biasa untuk Chizuru. Ceroboh. Itulah dirinya. Maka itulah, ibunya sering memarahinya dan mengatakan bahwa dirinya mempermalukannya dengan menjadi wanita yang kurang berguna.
"Apakah kau bisa membantuku untuk mengambilkan obeng itu?" pertanyaan Luke barusan membuyarkan lamunannya.
Chizuru mengalihkan tatapannya kearah box peralatan yang dimilikinya tapi tidak diketahui fungsinya. Dia bergerak mendekati box itu dan mengernyit bingung selama beberapa saat, lalu berpikir untuk mengambil salah satu alat yang diyakininya adalah sebuah obeng. Dia pun mengopernya kepada Luke.
Pria itu mengambilnya tanpa menoleh kearahnya karena tatapannya masih fokus pada apa yang dikerjakannya. Namun sedetik kemudian, Luke mendesah malas dan menoleh kearahnya dengan jengah.
"Apa kau tidak tahu yang namanya obeng itu seperti apa?" tanya Luke ketus.
Alis Chizuru mengerut dan menatap alat yang diberikannya tadi sedang diayun-ayunkan Luke dengan sengaja di depannya. "Kupikir itu adalah obeng."
Luke memutar bola matanya dan beranjak dari posisinya untuk berdiri berhadapan dengan Chizuru. Dia mengerjap dan mendongak kearah pria itu karena Luke sangat tinggi. Tubuh jangkungnya itu semakin membuatnya terlihat mungil ketika berdiri berhadapan seperti ini. Dia hanya sebatas dadanya dan membuat leher Chizuru harus merasa pegal setiap kali melihatnya.
"Ini adalah kunci inggris, gunanya untuk mengencangkan baut dan mur yang pas dengan rongga giginya." Jelas Luke dengan ekspresi datar.
Luke menarik box peralatan itu agar dia bisa menaruh alat yang disebut kunci inggris itu, dan mengambil sebuah alat yang lebih kecil dan runcing dibanding sebelumnya.
"Ini adalah obeng, gunanya kurang lebih sama dengan kunci inggris, tapi bentuknya lebih pipih dan kecil. Dipakai untuk melepas atau mengencangkan baut yang memiliki kepala berbentuk min (-) atau plus (+)." Kembali Luke menjelaskan.
Chizuru mengangguk paham. Kegunaaan dari dua alat itu adalah sama, namun bentuknya saja yang berbeda. Chizuru akan mengingatnya dalam hati.
Luke kembali membungkuk untuk melanjutkan kegiatannya dan menggunakan obeng yang baru diambilnya tadi. Sorot matanya yang tajam terlihat begitu serius saat mengencangkan baut yang ada pada stop kontak di dekat mesin cucinya.
"Apakah kau masih lama?" tanya Chizuru kemudian sambil menumpukan kedua tangannya di atas lututnya untuk melihat lebih jelas apa yang dikerjakan Luke.
"Sebentar lagi," jawab Luke langsung.
"Makan malam sudah siap." Ujar Chizuru memberitahukan.
"Okay." Balas Luke singkat.
Chizuru terdiam. Lalu dia berjongkok di samping Luke untuk menemani, memperhatikan pekerjaannya yang begitu cepat, seolah pria itu sangat tahu apa yang dilakukannya. Anak itu memang cerdas, pikir Chizuru. Sedari dulu memang seperti itu. Luke akan selalu menempati posisi tiga teratas di sekolahnya dan sangat menyukai olahraga. Dia selalu memenangkan piala lewat turnamen yang diikutinya. Renang, basket, karate, dan sepak bola. Kesemuanya itu dilakukannya dengan luar biasa. Chizuru sangat bangga padanya.
Hubungan mereka dekat. Bahkan sangat dekat. Chizuru pun sudah menyayanginya seperti adik sendiri. Dia yang tidak memiliki seorang adik, selalu merasa terhibur memiliki adik yang ceria dan usil seperti Luke. Dia selalu mencerahkan hari-hari Chizuru yang begitu sepi. Tapi itu dulu. Sekarang tidak lagi.
Hubungan mereka menjauh. Sangat jauh. Bahkan tidak ada kabar darinya ketika Chizuru memberitahunya soal pernikahannya dengan Hideaki Takeshiro. Anak itu menjadi pendiam dan menghindar darinya. Dia berubah. Dia menganggap dirinya seperti orang asing dan mengabaikan kehadirannya dalam berbagai kesempatan.
Bahkan ketika Mariko Obaa-san merayakan ulang tahunnya, disitu Luke hadir tapi bersikap seolah tidak mengenalnya. Dia bahkan asik sendiri dengan teman-teman berparas asingnya waktu itu. Meski Luke berubah, tapi kedua orangtuanya tidak. Baik Paul dan Naomi adalah sosok orangtua yang selalu membuat Chizuru merasa memiliki keluarga.
"Mau sampai kapan kau melamun disitu, sensei?"
Chizuru tersentak dan baru menyadari kalau Luke sudah berdiri. Dia sudah tidak mampu mendongakkan kepalanya untuk menatap Luke yang tingginya sangat kelewatan itu. Dia pun berdiri dan memberikan senyuman hangatnya.
"Kau sudah selesai?" tanya Chizuru.
Luke mengangguk. "Aku lapar."
"Makanan sudah siap. Mungkin sudah agak dingin, aku akan memanaskan kembali soupnya agar..."
"Tidak usah," sela Luke sambil mencengkeram lengannya untuk menghentikan langkahnya, ketika dia hendak beranjak untuk menuju ke dapur.
Chizuru menoleh kearahnya dengan kaget. Cengkeraman Luke yang mantap di lengannya, membuatnya merasa tidak nyaman. Dia segera menarik diri dari cengkeraman Luke dan menatapnya waspada.
Seperti bisa melihat kewaspadaan Chizuru, Luke memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Dia memberikan cengiran lebarnya tanpa berdosa. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena perutku kelaparan."
"Mmm... kau bisa ke..."
Luke berjalan melewatinya menuju ke meja makan, lalu menempati kursi utama dan duduk disitu. Tanpa dipersilahkan, Luke pun segera menikmati makan malam itu dengan lahap.
Senyum Chizuru semakin mengembang melihat Luke yang begitu menikmati omuricenya dengan tekun. Dia duduk di sampingnya dan mulai menikmati makan malamnya.
"Apa kau tinggal sendirian disini, sensei?" Luke memecah keheningan dengan pertanyaan sederhana itu.
Chizuru mengangguk. "Ya."
"Dimana suamimu?" tanya Luke lagi.
Chizuru mengunyah makanannya. Biasanya pertanyaan ini selalu dihindarinya ketika orang-orang menanyakan keberadaan Hideaki-kun, karena Chizuru berpikir bahwa oranglain hanya ingin tahu dan memberikan opini yang tidak benar terhadap dirinya, sehingga menimbulkan fitnah. Tapi Luke? Harusnya tidak masalah. Dia bukan oranglain, pikir Chizuru.
"Dia pergi bekerja." Jawab Chizuru kemudian.
"Bekerja?"
"Iya. Pergi untuk membela negara. Apa kau tidak tahu kalau Hideaki-kun adalah seorang militer? Dia pergi bekerja untuk membela negara." Jawab Chizuru dengan nada sombong.
Tadinya dia pikir kalau Luke akan memberikan ekspresi terkejut lalu memuji suaminya yang keren itu. Nyatanya? Pria itu malah mengangkat alisnya dengan tatapan meremehkan lalu tertawa geli setelahnya. Seolah apa yang disampaikan Chizuru tadi, tidak membuatnya terkesima.
"Kenapa kau tertawa? Apa yang lucu?" tanya Chizuru tersinggung.
"Tidak apa-apa. Hanya cukup merasa terharu bahwa masih ada orang yang nasionalis seperti suamimu. Sungguh." Jawab Luke dengan mimik wajah yang bertolak belakang dari apa yang diucapkannya.
Jika dia mengatakan dirinya terharu, Chizuru malah melihat kalau ekspresinya semakin geli dengan perkataannya barusan. Dia benar-benar terlihat mengejek.
"Jangan seperti itu." Tegur Chizuru dengan bibir yang menekuk cemberut.
Luke mengangkat bahunya dengan santai. "Sudah berapa lama dia bekerja, sensei? Apakah setahun sekali dia baru pulang?"
Chizuru tidak bisa menjawab.
"Bukankah kalian menikah sudah cukup lama?" tanya Luke sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Dimana anakmu? Harusnya kalian sudah memiliki anak, bukan? Minimal 8 atau 9 tahun."
Chizuru semakin tidak bisa menjawab.
"Aku memang tidak datang ke pernikahanmu, maafkan yah. Tapi aku tahu sedikit kabarmu dari keluargaku. Jadi aku hanya menitipkan selamat untukmu pada mereka, apakah mereka menyampaikannya padamu?" kembali Luke bertanya dengan nada riang.
Chizuru menggeleng. "Katanya kau sibuk dan mereka tidak bisa menghubungimu."
Alis Luke terangkat dan menatapnya takjub. "Sudah hampir sepuluh tahun tapi kau masih mengingatnya? Wahh aku terharu."
"Kau sangat keterlaluan! Bagaimana bisa kau tidak datang ke pernikahanku? Apalagi kau menjauhiku dan menghindariku seolah tidak mengenalku lagi. Kalau tadi aku tidak jatuh dan listrik rumahku tidak padam, kurasa kau masih mengabaikanku." Seru Chizuru dengan nada protes.
"Apakah kau merasa diabaikan olehku, sensei?" tanya Luke dengan mimik wajah heran.
Chizuru mengangguk. "Tentu saja. Kau yang selalu mengikutiku dan mengekoriku. Membantuku dan menyayangiku seperti kakakmu sendiri. Lihat apa yang kau lakukan? Kau menjadi seperti orang asing."
"Aku?"
"Ya."
"Oh."
"Oh?"
"Yeah. Memangnya kau berharap aku akan seperti apa?" tanya Luke dengan ekspresi tengilnya.
"Setidaknya kau merasa bersalah dan merasa kurang ajar padaku," jawab Chizuru bersikeras.
"Oh. Haruskah aku seperti itu?" tanya Luke lagi. Kali ini dengan alis berkerut dan tatapan yang sama sekali tidak merasa berdosa.
Chizuru mengangguk.
Luke tertawa pelan. "Untuk apa aku harus merasa seperti itu, jika balasanku juga sama saja dengan apa yang kulakukan sekarang?"
Eh?
"Apa maksudmu?"
"Kau yang mengabaikan diriku lebih dulu. Kau tidak merasa bersalah, lalu dengan sombongnya memamerkan cincin jelekmu waktu itu, dan bilang kalau kau akan menikah." Jawab Luke tanpa beban.
Pria itu kembali menyendok makanannya dengan lahap seolah apa yang dikatakannya barusan hanyalah sebuah cerita klasik yang tidak layak untuk diingatkan kembali. Chizuru langsung berpikir kembali saat dimana Luke menyatakan perasaan Sukanya sambil memberinya sebuah cincin.
Chizuru paham sekali jika Luke sedang menjalani puberitasnya dengan sangat baik, sehingga memiliki rasa tertarik kepada lawan jenis. Tapi Chizuru tidak memiliki perasaan padanya selain menganggapnya sebagai seorang adik.
Sambil memberikan senyuman hangat, Chizuru mengangkat tangannya dan menaruhnya diatas kepala Luke, lalu membelainya dengan lembut. Luke yang masih asik mengunyah, langsung mendongak dan menatapnya dengan tidak senang.
"Aku tidak mengabaikanmu, Shi... mmm... Luke. Aku memberimu kesempatan untuk merasakan luka yang tidak seharusnya kau terima. Itu hanya perasaan sesaatmu ketika kau sedang remaja. Aku..."
"Jadi, jika aku mendekatimu sekarang, maka kau tidak akan mengabaikanku?" sela Luke dengan seringaian yang membuat Chizuru bergidik ngeri. Dia langsung menarik tangannya tapi dengan cepat Luke mencekalnya.
"Luke, bukan begitu maksudku."
"Aku menyukaimu saat remaja dan kau menganggap rasa sukaku adalah luka yang tidak seharusnya kuterima, begitu? Sekarang aku sudah dewasa dan sudah sangat pantas untukmu. Aku juga setingkat lebih tinggi dari suamimu yang tidak ada saat ini, ketika kau membutuhkan pria yang membetulkan listrik rumahmu."
"Bukan berarti itu diperbolehkan. Aku sudah bersuami dan..."
"Dan suamimu sedang tidak ada," sela Luke langsung. "Jadi, tidak ada salahnya jika aku mengganti posisi suamimu sambil kau menunggu kepulangannya, bukan?"
"Tidak!" seru Chizuru cepat dan mencoba menarik tangannya dari cekalan Luke yang semakin mengetat. "Tidak bisa begitu. Kau tidak boleh menjadi pria yang memiliki sikap buruk."
"Kenapa begitu?" tanya Luke dengan alis berkerut.
"Karena kau anak yang baik." Jawab Chizuru langsung.
"Sayangnya, anak baik yang dulu itu sudah tidak ada." Balas Luke serius. "Perlu kuingatkan kembali kalau aku bukanlah muridmu dan kau bukan guru bimbelku lagi, Chizuru!"
Chizuru mengerjap dan menatap Luke dengan cemas. Dia kembali mendengar pria itu memanggilnya dengan nama depannya. Dan jika pria itu memanggilnya seperti itu, dia tampak menakutkan.
"Habiskan makananmu dan pulanglah!" ucap Chizuru tegas sambil menarik tangannya kembali. Tapi cekalan itu masih saja dilakukan Luke.
"Apa kau mengusirku setelah aku membantumu?" tanya Luke santai.
"Bukan begitu. kau sudah semakin aneh." jawab Chizuru.
"Tadi kau bilang aku itu anak baik, sekarang kau bilang aku aneh. Ckckck apa aku memang tidak ada bagus-bagusnya di matamu?"
"Bukan seperti itu."
"Kalau begitu buktikan padaku."
"Eh?"
"Buktikan padaku kalau kau tidak bermaksud untuk mengusirku."
Chizuru menunduk untuk menatap piring Luke yang sudah kosong, berserta mangkuk supnya yang sudah bersih. Dia yakin dia sudah memberinya makan malam sebagai balasan kebaikannya dalam membantunya membetulkan listrik rumahnya.
"Aku sudah memberimu makan malam." Ucap Chizuru kemudian.
Luke menyeringai penuh ejekan. "Kau masih saja naif seperti dulu, Chizuru."
Eh?
"Apa maksudmu?"
Luke melepas cekalannya dan meneguk ochanya dengan santai. Chizuru segera menjauh darinya untuk menghindari sentuhan seperti tadi. Dia merasa tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Luke tampak seperti ancaman untuk dirinya.
Dia tersentak ketika Luke beranjak dari kursinya lalu menunduk untuk menatapnya. Tangannya terangkat untuk memberikan usapan lembut di kepalanya. Deg!
"Lain kali hati-hati dalam menerima seseorang untuk masuk ke dalam rumahmu, sekalipun orang itu berniat untuk membantumu. Jangan terlalu mudah untuk mempersilahkan orang asing masuk kesini. Kau memang baik, tapi kebaikanmu bisa dimanfaatkan oleh orang lain untuk tujuan yang tidak benar." Ucap Luke dengan lembut dan sorot mata penuh arti.
Chizuru merasakan kelegaan yang menjalar saat ini. Sosok Luke tampak seperti anak baik yang dikenalnya dulu. Pria itu tidak akan melakukan sesuatu yang tidak benar padanya. Dia yakin itu.
"Kau bukan orang lain." Balas Chizuru langsung.
"Tapi aku bisa menjadi ancaman untukmu." Sahut Luke sambil menarik tangannya dari kepala Chizuru, lalu menegakkan tubuhnya. "Seperti kau yang terlihat ketakutan saat aku mencekal tanganmu seperti tadi."
Deg!
"Apalagi kau tinggal seorang diri disini. Kau adalah wanita yang sudah bersuami, tidak etis rasanya membiarkan pria sepertiku masuk ke dalam rumahmu. Itu akan menjadi omongan orang lain." Lanjut Luke sambil memberikan senyuman tipis kearahnya.
Chizuru mengerjap bingung sambil beranjak berdiri ketika melihat Luke mulai melangkah menuju pintu rumahnya.
"Arigatou, Shinichi-kun." Ucap Chizuru cepat.
Luke menoleh kearahnya dengan kedua tangan yang masih dimasukkan ke dalam saku celananya. Dia memberikan senyuman setengahnya yang tampak begitu jahil padanya. Dia tidak membalas ucapannya, hanya menatapnya selama beberapa saat lalu pergi berlalu meninggalkannya di rumah.
Sikapnya itu persis ketika Chizuru menolak dirinya dan memberitahukan tentang pernikahannya. Tidak ada ucapan darinya. Hanya sebuah senyuman lalu pergi. Seperti itu.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Jadi tuh aku mau cerita.
Salah satu teman penulisku ada kena plagiat dari penulis lain.
Nggak rame di WP, tapi di KBM Facebook.
Yang bikin kesel adalah orang itu minta maaf tapi nggak ngaku kalo itu plagiat.
Hiks.
Dia bersikukuh bilangnya inspirasi,
Padahal part 1-3 yang diupload orang itu SAMA PERSIS kayak punya temenku.
Bisa dibayangin kan perasaan temenku?
Aku aja udah stres waktu kena web mirror waktu itu.
Ini benar2 telak di depan mata copas ceritanya di KBM.
Untungnya owner publisher memberitahu temanku soal tulisan yang diplagiasi itu dan kita sebagai sesama penulis berusaha untuk membantu teman kami mengembalikan haknya.
Jadi buat kamu2 kalau tahu ada cerita serupa kayak punyaku, kasih tahu yah.
Aku akan sangat berterima kasih.
Buat yang suka memplagiasi...
Tobat deh, cuk!
Bikin tulisan itu nggak semudah ngelempar kolor ke dalam keranjang baju kotor.
Ada emosi, perasaan, pikiran, dan capek yang dituangkan di dalamnya.
Jangan meremehkan atau merendahkan hasil karya yang dibuat.
Karena itu engap, pemirsah!
Sama engapnya seperti Luna Maya yang ditinggal kawin sama mantannya, yang nikahin temen yang nggak ngaku jadi temannya. #LOH? 😅
Aku suka banget dengan gambar anime ini 💜💜💜
Secara visual dan bentuk tubuh, sih Chizu tuh semungil ini dan Luke setinggi itu 🙈🙈🙈🙈🙈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top