Part 15 - Deep in my touch
WARNING : COLAB WITH CH
Satu, dua, tiga, empat, ...
Luke terus menghitung dalam hati. Dia terus mengabaikan sosok iblis yang menyerupai wanita cantik di kursi sebelah. Ironisnya, wanita itu sama sekali tidak menyadari jika penampilannya memberikan cobaan besar bagi Luke.
Luke benar-benar membatin tidak karuan. Apakah selalu seperti itu, Chizuru memakai setelan kamisol dengan bahan satin sebagai pakaian tidur? Tanpa bra yang mempertontonkan puting mungil yang seolah mengejek Luke dari posisinya duduk. Belum lagi, kulit seputih susu yang begitu sehat dan halus, sepasang kaki jenjang, dan tengkuk yang terlihat sempurna saat Chizuru mengikat rambut panjangnya dalam satu ikatan yang sederhana.
Makan malam yang dilakukan, membuat Luke menelan dengan susah payah. Pikirannya sudah melalangbuana dengan niat kotor yang sudah tidak pada tempatnya.
Luke kembali menghembuskan napas berat, meneguk air banyak-banyak, lalu mengusap wajahnya dengan keras. Dia berusaha mengendalikan pikiran kotor dan ketegangan yang ada di bawah sana. Sialan! Kembali dia mengumpat dalam hati.
"Luke, apa kau baik-baik saja?" tanya Chizuru dengan nada cemas.
Tidak, aku tidak baik-baik saja, jawab Luke dalam hati. Dia seperti ingin mati saja saat ini. Entah kemana suaranya sekarang, karena tenggorokan mendadak sakit dan degup jantung yang bergemuruh kencang.
"Luke?" tanya Chizuru lagi, kali ini diiringi dengan sentuhan lembut di lengan.
Luke menahan napas merasakan sensasi yang kian menyesakkan dada. Hawa panas merayap ke sekujur tubuh, dengan harapan Chizuru tidak merasakan getaran yang terjadi sekarang.
"K-Kau menggigil? Apa kau sakit?" pekik Chizuru kaget.
Sudah terlambat untuk mengelak, karena Chizuru sudah beranjak dari kursi untuk menangkup wajah dengan kedua tangan. Mau tidak mau, Luke dan Chizuru saling bertatapan.
Dia bisa melihat Chizuru yang menatapnya dengan seksama, sorot mata cemas mendelik tajam seolah menilai, dan degup jantung Luke berpacu lebih kencang dari sebelumnya.
Chizuru yang membungkuk untuk menyamakan posisi kepala, dan kedua tangan yang menangkup wajah, memberikan akses bagi Luke untuk mengintip pada belahan payudara Chizuru yang terlihat sedikit dari posisinya.
Luke membayangkan bagaimana rasanya menyentuh payudara Chizuru yang sempurna dan menjilat puting mungilnya. Shit! Shit! Shit! Umpat Luke bertubi-tubi.
"Kenapa kau diam saja? Kau sudah terlalu lelah, istirahatlah," ujarnya lagi.
Luke menggeleng sebagai jawaban.
"Jangan keras kepala. Kau sudah membuatku cemas karena bersikap tidak biasa. Ada apa denganmu, Luke? Apa yang sakit? Katakan apa yang kau inginkan agar dirimu menjadi lebih baik? Aku akan mengusahakannya untukmu," tukas Chizuru dengan ekspresi yang semakin cemas.
Luke masih bergeming sambil membalas tatapan Chizuru. Dia meraih satu tangan Chizuru dari wajahnya, lalu menggenggam dan meremasnya erat.
"Aku membutuhkanmu," jawab Luke akhirnya.
"Kau membutuhkanku? Apa kau perlu sesuatu?"
Luke mengangguk tanpa ragu.
"Aku menginginkan sebuah kasih sayang. Darimu," ucap Luke dengan suara tercekat.
Chizuru mendesah lega dan tersenyum lebar setelahnya. Luke yakin jika wanita itu salah paham dengan apa yang diucapkannya barusan. Sebab, wanita itu menegakkan tubuh, maju selangkah untuk mendekat, dan... fuck! Luke merasakan kepalanya seolah ingin pecah karena sepasang payudara Chizuru yang terasa lembut menjadi sandaran kepala.
Chizuru sama sekali tidak tahu situasi macam apa yang ada di hadapannya. Dengan berani, Chizuru mengusap kepala Luke dan menyandarkannya ke dada. Fuck my life! Umpat Luke untuk kesekian kalinya.
"Kau senang bermanja yah? Tidak apa-apa. Hidup mandiri tanpa ada orang tua, memang sulit. Tapi aku percaya kalau kau bisa mengatasinya," ucap Chizuru dengan lembut, sambil terus mengusap kepala Luke.
Luke memejamkan mata, memeluk pinggang Chizuru, dan menarik tubuh itu lebih dekat. Sudah lama sekali, keinginan untuk memeluk wanita itu bisa terwujud. Rasa sayang yang timbul dalam hati Luke, menguar begitu saja ketika bisa mendengar kesedihan dalam nada suara Chizuru.
"Aku tahu. Aku adalah pria mandiri yang terbiasa dengan kesendirian, tapi mendadak menjadi tidak berdaya saat bersamamu," balas Luke.
Luke menengadahkan kepala untuk menatap Chizuru yang sedang menunduk melihatnya.
"Apa kehadiranku membuatmu lemah?" tanyanya sedih.
"Tidak. Justru kehadiranmu memberikan arti bahwa tidak baik jika manusia hidup sendirian, melainkan harus berdampingan," jawab Luke dengan alis terangkat setengah.
Chizuru terdiam. Dia tetap menatap Luke dengan alis berkerut seperti sedang berpikir. Setidaknya Luke cukup senang dengan Chizuru yang tidak main asal menyahut. Sedikit kemajuan, pikirnya.
"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?" usul Chizuru kemudian.
Kemajuan yang pesat, ucap Luke dalam hati. Seorang Chizuru bisa mengajaknya membuat kesepakatan.
"Baiklah. Apa yang kau ingin tawarkan di sini?" tanya Luke.
Chizuru terlihat bergumul dengan kedua tangan meremas bahu Luke. Kesempatan itu digunakan Luke untuk memandang wajah cantik tanpa riasan dengan lekat, lalu tatapannya turun ke leher, dada, dan sepasang payudara yang indah dari balik tank top yang dikenakan.
Luke menarik napas, mengeratkan pelukan di pinggang Chizuru, dan mengarahkan tangan untuk menikmati lekuk tubuh yang terasa pas di telapak tangan.
"Kau berjanji untuk memberiku kebahagiaan," Chizuru memulai pembicaraan, yang spontan membuat Luke kembali menatapnya dan langsung mengangguk.
"Aku akan menerima tawaranmu, tapi kau harus memberiku kesempatan untuk mencari pengalaman baru," lanjut Chizuru dengan gugup.
Alis Luke berkerut sambil memperhatikan Chizuru, lalu berdecak pelan karena sudah mengerti maksud dari ucapannya.
"Kau tidak harus bekerja, Chizu."
"Tapi kau bilang aku harus melihat dunia."
"Sekarang kau sudah melihat dunia."
"Tidak cukup banyak. Baru rumahmu dan tempat camping waktu itu," seru Chizuru sambil berpindah posisi untuk duduk di pangkuan Luke.
Entah karena lelah untuk menunduk atau terlalu lama berdiri, Chizuru yang spontan duduk di pangkuan, jelas menjadi masalah yang jauh lebih besar. Degup jantung Luke kian mengencang. Dengan tangan yang masih setia melingkar di pinggang Chizuru, Luke menikmati kedekatan yang cukup intens seperti ini.
"Aku ingin bekerja dan menghabiskan waktu dengan baik. Berdiam diri di rumah bukanlah keinginanku, ketika aku memutuskan untuk keluar dari Tokyo. Berikan aku kesempatan, Luke. Untuk sementara, aku akan mengajar keponakan Patricia, dan menurutku ini adalah awal yang baik. Sebab aku memang suka mengajar dan Patricia datang menawarkan pekerjaan itu," ujar Chizuru antusias.
Sial! Dalam hati, Luke memaki Patricia yang selalu saja membawa masalah. Seharusnya, wanita sialan itu membuat onar di negeri si Bajingan tengil, bukan di rumah pribadinya.
"Lalu, apa yang kudapatkan jika aku memberimu kesempatan?" tanya Luke.
Senyum Chizuru mengembang. "Aku akan menerima dirimu. Kau ingin aku menikahimu? Baiklah. Aku akan menjadi istri dan pendampingmu."
Deg! Luke membulatkan mata dan menatap Chizuru tidak percaya. Apakah barusan Chizuru menerima lamarannya, dengan catatan Luke harus mengijinkannya bekerja? Astaga! Luke semakin tidak mengerti. Alih-alih berpikir hal itu romantis, Luke merasa sudah menjadi pria paling sial di dunia. Sebab Chizuru menerima dirinya, bukan karena perasaan, melainkan timbal balik dari sebuah kesepakatan konyol.
"Luke, kenapa kau diam? Apakah tawaranmu untuk mengajakku menikah masih berlaku?" tanya Chizuru cemas.
Luke menggeram pelan. "Itu bukan tawaran, tapi lamaran, Chizu."
Chizuru mengerutkan alis dan menatap Luke sedih. Terlihat kuatir dengan ekspresi wajah Luke yang tidak senang.
"Maafkan aku," ucap Chizuru dengan suara mencicit.
Luke menghela napas sambil bersandar di kursi, merasa salah perhitungan tentang adanya kemajuan Chizuru. Wanita itu benar-benar membuatnya gila. Kini, dia paham kenapa teman-temannya dan para petinggi, menjadi sedemikian bodoh ketika sudah terkontaminasi dengan wanita.
"Apakah kau sudah memiliki perasaan padaku, Chizu?" tanya Luke kemudian.
Chizuru tersentak dan terlihat tidak siap dengan pertanyaan Luke barusan. Hmmm, sudah kuduga, pikir Luke. Karena itu, dia malas untuk menunggu dan mengabaikan ekspresi Chizuru dengan mengarahkan kepalanya pada lekuk leher wanita itu, kemudian menghirupnya dalam.
Aroma floral yang tercium, membuat Luke merasa senang. Satu tangan yang melingkar di pinggang semakin mengerat, dengan satu tangan lagi yang berusaha menyelinap masuk ke tubuh Chizuru dari balik tank top.
Napas Luke memberat ketika sudah membelai lembut perut Chizuru yang terasa hangat, memberikan sensasi yang menggelitik dalam hati, dan ketegangan yang semakin terasa di bawah sana.
Bibirnya mulai mengecup di leher Chizuru, sekali, dua kali, tiga kali, dan menggeliatkan lidah di sana, dengan tangan yang sudah semakin mengarah ke atas.
"Enggghhh, Luke... K-Kenapa kau...,"
"Aku lelah," ucap Luke dengan parau. "Buat aku nyaman."
"T-Tapi kenapa seperti ini? Ennggghhh,"
Tubuh Chizuru menggeliat gelisah di bawah sentuhannya. Luke mengeratkan dekapan, meliukkan lidahnya yang terlatih di sepanjang leher Chizuru dan meninggalkan jejak basah. Tangannya sudah bergerilya ke atas dan... Luke membulatkan mata ketika sudah bisa menangkup penuh satu payudara Chizuru yang begitu lembut dan hangat.
Luke mengerang pelan ketika meremas payudara Chizuru yang begitu pas di telapak tangannya. Cumbuannya semakin liar dengan hisapan kuat di sekitaran leher.
"Engghhh, Luke," desah Chizuru yang berusaha mendorong Luke, tapi dekapan Luke semakin mengerat, dan membuat usaha Chizuru sia-sia.
"Apa kau sudah memiliki perasaan padaku, Chizu?" kembali Luke bertanya di sela-sela cumbuannya.
Dengan gerakan cepat, atasan Chizuru tersingkap ke atas dan menampilkan sepasang payudara yang jauh lebih indah bila dilihat langsung. Tanpa mengulur waktu, Luke menunduk dan membawa satu puting mungil ke dalam mulutnya.
"Ah!"
Pekikan Chizuru yang terdengar kaget, membuat Luke mengerti jika wanita itu baru merasakan sensasi menyenangkan dari sentuhan pria. Tubuh Chizuru meremang, dengan puting yang sudah menegak begitu keras, meminta untuk diberi perhatian. Tentunya, Luke dengan senang hati memberi perhatian dengan sangat adil. Satu puting dikulum, satu yang lainnya dipilin lembut.
"Hentikan, Luke. Ah... ini.. Ah, A-Aku... Ah," racau Chizuru yang semakin menggeliat gelisah, dan menambah sensasi tubuh Luke yang membuat ketegangan semakin mengeras.
Luke mengisap, memberikan liukan dengan gerakan memutar, kembali mengisap, dan melepas. Lalu kemudian, Luke menjilat puting dengan liukan berkali-kali, dan mengitari areola dengan lidah. Satu putingnya yang lain, kini diusap lembut oleh ibu jari Luke yang memberikan rangsangan sehingga puting itu semakin mengeras.
Desahan Chizuru terdengar semakin sering, napas yang memberat dan dadanya naik turun, juga reaksi tubuh yang membuat Chizuru kewalahan.
"L-Luke, tolong. Hentikan," ucap Chizuru dengan nada memohon.
Suara Chizuru yang bergetar seperti ingin menangis, membuat Luke spontan berhenti dan mendongak untuk melihat wajah Chizuru yang memerah. Matanya berkaca-kaca, sambil menggigit bibir bawah untuk menahan isakan yang sepertinya akan keluar.
Ketegangan yang tersirat dari wajah Chizuru, memberikan pengertian bahwa wanita itu kaget dengan apa yang dirasakannya saat ini.
"Jawab pertanyaanku," ujar Luke parau.
Luke mencoba mengendalikan diri untuk menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat. Chizuru refleks menutup dadanya, namun Luke mencegah dengan tetap menangkup satu payudara. Sudah saatnya, giliran Luke yang membuat Chizuru jengkel dengan kepolosannya. Anggap saja, Luke tidak tahu soal menjaga sikap untuk tidak menyentuh sembarangan. Tapi siapa peduli? Yang Luke tahu, Chizuru sudah menjadi miliknya.
"A-Aku menyayangimu dan ingin menyenangkanmu. Ah, t-tapi.. tidak untuk... enggghhhh, Luke! Hentikan."
Sedaritadi, tangan Luke tetap bekerja untuk memberikan remasan lembut dan usapan ibu jari di puting Chizuru.
"Ini adalah kesenangan untukku, Chizu," bisik Luke dengan suara menggoda.
"K-Kita belum menikah dan... jangan melakukan hal yang menyalahi aturan," balas Chizuru yang semakin menggeliat gelisah, berusaha menepis tangan Luke dengan susah payah.
"Kesepakatan inikah yang kau ingin tawarkan? Aku memberimu kesempatan untuk bekerja, dan kau yang bersedia menikah denganku? Terdengar seperti kehidupan rumah tangga yang akan diwarnai oleh perdebatan, bukan begitu? Apa kau tidak tahu jika rumahku jauh dari Chicago?"
Chizuru mengerutkan bibir dan mulai terisak karena tubuhnya yang sudah menggelinjang oleh sentuhan Luke. Sorot matanya terlihat bingung dan malu di saat yang bersamaan, membuat Luke spontan berhenti dan menghentikan sentuhannya.
Luke menurunkan atasan Chizuru dan mengembalikan ke posisi semula, sementara wanita itu semakin terisak.
"Maaf," gumam Luke pelan.
"Kau jahat dan mesum," isak Chizuru sambil menutup tubuh dengan kedua tangan, lalu membenamkan kepala di dada Luke.
"Aku tidak tahan dengan pakaianmu yang seperti ini. Kau tampak begitu cantik dan aku tidak bisa menahan diri," sahut Luke sambil mengusap punggung Chizuru, untuk menenangkan.
"Jangan mengulanginya lagi," rengek Chizuru langsung.
"Aku menyukainya. Jika kita menikah, sudah menjadi kewajibanmu untuk memberikan hak berupa menyentuhmu."
"Tapi kita belum menikah."
"Kalau begitu, segerakan saja. Aku tidak ingin lama-lama."
"Tapi aku masih...,"
"Statusmu sudah tidak berlaku! Sejak 10 tahun yang lalu, kau masih sendiri karena menunggu diriku. Itu saja yang sudah pasti."
Chizuru menatap Luke dengan matanya yang sembap dan hidung memerah. "Kau sangat menyukaiku, yah?"
Luke mengangguk.
"Kau juga sangat perhatian padaku."
Luke kembali mengangguk.
"Kalau begitu, baiklah. Ijinkan aku untuk menjadi pendampingmu dan bimbinglah aku untuk mengenalmu lebih dalam. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik."
Ucapan Chizuru membawa rasa bahagia yang tidak mampu diungkapkan dalam kata oleh Luke. Dia tersenyum lembut, sangat lembut sampai tidak mengerti darimana hal itu datang dalam diri.
"Tidak perlu melakukan, cukup kau pahami saja. Sebab tanpa perlu kau bersusah payah, ruang dalam hati sudah terisi penuh tentang dirimu. Aku sudah mencintaimu, jauh sebelum kau menyadari arti hadirmu dalam pikiran, dan tenangnya jiwaku saat melihatmu baik-baik saja."
Chizuru tertegun dan menatap dalam diam selama beberapa saat, lalu kemudian mengangguk.
Luke menyeringai dan kembali melanjutkan niatnya yang sedaritadi tertahan.
Dia mengeratkan pelukan, mendekatkan tubuh wanita itu hingga mendesak lembut di dada, dan menatap Chizuru dengan sorot mata penuh damba.
"Karena kita sudah sepakat, bagaimana jika aku memberimu sedikit pelatihan? Setidaknya, pengetahuan dasar mengenai apa saja yang akan kau terima di malam pertama. Biarkan pria sejati ini yang memberimu pengajaran dan membuatmu berteriak keras, sampai kau tidak tahu bagaimana caranya untuk membuatku berhenti."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Aku mau mengakui sesuatu.
Makin lama, aku makin omes.
Ketularan Babang 🙈
Seperti halnya Chizuru, aku sedang dalam pelatihan untuk memahami, bukan sekedar mengerti 😏
Etapiii... kami membahas dalam diskusi dan sekedar halusinasi,
Bukan penindaklanjutan untuk mencari sensasi yang asli 🤣🤣🤣
(Next part, Babang's turn)
01.07.19 (19.44 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top