Part 13 - Uninvited Disturbances

Kalau kemarin aku bikin part khusus buat Paul-Naomi,
Kini, anaknya muncul dengan sistim ngegas yang absolute 🤣

Happy Reading 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Luke duduk bersila sambil bertopang dagu, melihat sikap Chizuru yang mendadak diam dan salah tingkah. Senyuman di wajah Luke masih mengembang, seiring perasaan senang yang menjalar di hatinya.

Wanita itu tampak begitu kaget ketika Luke mengajukan lamaran secara spontan. Well, itu bukan pertanyaan namun pernyataan. Luke bahkan tidak peduli jika Chizuru akan menolak, meski wanita itu belum menjawab pertanyaannya. Tapi dari raut wajah yang merona dan ekspresi yang malu, sudah menjelaskan bahwa Chizuru mulai memiliki perasaan padanya.

Luke bahkan tidak perlu merasa percaya diri untuk yakin soal perasaan Chizuru, sebab dia sudah memiliki banyak cara agar wanita itu bisa berpaling padanya. Apapun yang terjadi. Sebab tidak ada yang bisa melindungi Chizuru selain dirinya, dan sudah dipastikan tekad Luke sudah bulat untuk memilikinya.

"Kenapa kau diam saja dan melihatku seperti itu?" tanya Chizuru dengan alis berkerut dan bibir menekuk cemberut.

"Karena aku senang melihatmu yang sedang bekerja, entah sibuk apa," jawab Luke sambil tetap tersenyum.

"Aku sedang membakar ikan," seru Chizuru sambil menunjuk ikan malang yang sedang dibakar di pemanggang, tepat di atas bara api unggun.

Setelah perjalanan menuju ke rumah kembali, Luke mengajak Chizuru untuk pergi berkemah di Logan Canyon, Utah. Tempat itu berjarak sekitar sepuluh kilometer dari rumahnya.

Dengan memakai mobil Zeep dan membawa perlengkapan berkemah, Luke membawa Chizuru untuk mengalami hal pertama yamg menyenangkan. Mengajarkannya memasang tenda, menyusun kayu bakar, dan membuat api unggun. Luke sengaja mengambil tempat di tepi danau agar dirinya bisa memancing ikan sebagai bahan utama untuk makan malam.

Kini, Luke yang sudah menyelesaikan tugas memancing, membiarkan Chizuru mengolah ikan itu dengan membakarnya di atas api unggun. Wanita itu juga sudah membuatkan coklat panas dan marshmallow.

"Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan selain melihatmu, Chizu," elak Luke sambil tertawa pelan.

"Bantu aku mengambil piring itu," ujar Chizuru kemudian.

Luke segera mengambilkan sebuah piring yang ada di dalam keranjang pikniknya. Kesukaannya dalam berkemah, membuatnya memiliki perlengkapan piknik yang komplit. Dia sering menghabiskan waktu bersama para petinggi dan temannya untuk berburu, mendaki, bertualang di medan yang cukup sulit, dan berkemah. Rasanya menyenangkan menghabiskan waktu seperti itu.

Terakhir kali, Luke bersama tiga temannya berburu binatang liar di hutan pedalaman yang ada di Indonesia. Mereka kerap kali bersaing dalam mendapatkan hasil buruan terbaik, demi mendapatkan kepuasan dalam hobi berburu mereka, sekaligus melatih kemampuan dan insting mereka dalam mengenali adanya ancaman bahaya.

"Apa yang kau pakai dalam ikan ini? Harum sekali," tanya Luke setelah menghirup aroma ikan yang begitu menggugah selera.

"Hanya memakai mentega saja," jawab Chizuru.

Luke mengangguk sambil membantu Chizuru untuk melepaskan ikan dari besi pemanggang dan menaruhnya di atas piring. Dengan memakai meja lipat, Luke menyajikan makanan di situ, dan Chizuru sudah menyiapkan alat bantu makan berupa pisau dan garpu.

"Ini pertama kalinya aku berkemah," ucap Chizuru dengan suara bergumam.

"Bagaimana rasanya?" tanya Luke dengan cengiran lebar di wajah.

"Kupikir akan menakutkan. Kau tahu? Banyak yang bercerita soal adanya hantu di tengah hutan, atau vampir yang berkeliaran. Tapi ternyata tidak semenakutkan itu," jawab Chizuru dengan sungguh-sungguh.

"Lebih baik bertemu hantu daripada manusia, apalagi binatang liar yang berbahaya, Sayang. Tapi tidak usah kuatir, hutan ini aman dari berbagai hal yang kau sebutkan. Maksudku, tidak tahu jika soal hantu. Kau tidak bisa melihat mereka, siapa tahu mereka ada di sini dan memperhatikan kita yang sedang membicarakan mereka."

"Luke!" pekik Chizuru sambil beringsut mendekat dengan wajah memucat.

"Kenapa?"

"Jangan bicara sembarangan. Aku takut! Bagaimana jika benar-benar ada hantu?"

Luke mengangkat bahu dengan santai. "Biarkan saja. Yang penting kita tidak mengganggu. Mereka cukup bertoleransi."

"Memangnya kau tahu?"

"Tidak. Sudahlah, Chizu. Kau sudah terlalu tua untuk merasa takut dengan hantu. Ayo makan, nanti makananmu akan dingin."

Chizuru cemberut dan tetap pada posisi duduk yang begitu dekat dengan Luke, tanpa menyisakan sedikit jarak diantara mereka. Luke mendengus pelan sambil melirik judes ke arah Chizuru, karena posisi duduk yang berdekatan seperti ini, membuatnya tidak bisa bergerak. Tentu saja Luke tidak bisa menikmati ikan bakar yang sedaritadi menggodanya dengan aroma yang menggiurkan.

"Apa kau tahu, Chizu?" tanya Luke dengan mimik wajah serius.

Chizuru langsung menoleh dengan tatapan waspada ke arahnya. "A-Apa?"

"Saat ini, ada hantu wanita yang duduk disampingku," jawab Luke dengan suara berbisik, dan Chizuru langsung menegang. "Tapi tenang, dia tidak akan berbuat macam-macam asal kau bisa pindah dan duduk berhadapan denganku."

"B-Bagaimana kalau dia pindah dan duduk di...,"

"Ssshhhh... dia bilang kalau kau tidak pindah sekarang juga, maka kau...,"

"Kyaaa... jangan menakutiku," pekik Chizuru histeris dan wajah yang semakin memucat, sambil beringsut menjauh dan duduk menghadap Luke.

Luke menahan tawa setengah mati sambil melumat bibirnya rapat-rapat. Ya Lord, apa tidak lucu jika wanita seperti Chizuru masih bertingkah layaknya anak remaja? Pikir Luke geli.

Chizuru tampak melihat ke sisi Luke dengan mata mengerjap takut, lalu menatap Luke dengan ekspresi menahan tangis. Dia tampak gelisah dan menggenggam cangkir coklat panasnya dengan erat.

"Luke...," panggil Chizuru lirih.

Luke tidak tahan lagi. Dia langsung tertawa dengan keras melihat ekspresi ketakutan dari Chizuru.

"Hiks. Kau jahat," ucap Chizuru sambil tergugu.

Luke menghentikan tawa dan segera bergegas untuk berpindah duduk, lalu menempati posisi tepat di belakang Chizuru. Dengan posisi kedua kaki yang dilebarkan untuk mengapit tubuh mungil Chizuru, Luke melingkari pinggang Chizuru dengan kedua tangan dan menarik mundur tubuh itu untuk bersandar pada dada bidangnya.

"Tidak ada hantu. Tidak ada binatang liar. Tidak ada apapun yang perlu kau takuti atau kau cemaskan. Hanya ada kau dan aku, serta ikan bakar yang hampir dingin. Ayo makan," bisik Luke hangat, sambil menaruh dagu di bahu Chizuru. "Supaya kau tidak takut lagi, aku akan duduk berdekatan denganmu seperti ini, tapi kau harus menyuapiku makan."

"Jangan iseng padaku," tukas Chizuru sambil mengusap matanya.

"Tidak. Aku lapar."

Luke tersenyum ketika Chizuru menurutinya begitu saja. Wanita itu mulai membetulkan posisi duduk dan bergerak untuk menyuapi Luke dengan telaten. Dalam hati Luke bertanya, apakah Chizuru sadar bahwa apa yang dilakukannya bisa membuat pria manapun salah sangka? Perhatiannya, sikapnya, dan bagaimana dia memberikan kelembutan pada Luke, semua sudah jelas bahwa wanita itu seolah menganggapnya lebih.

Mereka menikmati makan malam dalam diam, dan sama sekali tidak ada obrolan selama ritual makan itu berlangsung. Ikan bakar yang dibuat Chizuru sungguh lezat. Membuat Luke merasa takjub dengan tangan dewa yang dimiliki wanita itu dalam mengolah makanan.

Tentu saja, masakan ibunya yang selalu setengah matang atau berantakan itu, tidak bisa dibandingkan dengan masakan Chizuru yang seperti mahakarya seorang Chef legendaris.

"Kenapa kau masih takut dengan gelap?" tanya Luke, setelah meneguk habis minumannya.

"Karena aku merasa sendirian," jawab Chizuru langsung.

"Sudah ada aku sekarang. Kau tidak usah takut."

"Bukannya membaik, tapi kau justru membuatku merasa lebih terancam dengan leluconmu."

"Kau takut gelap karena takut hantu? Memangnya kau bisa melihat mereka?"

Chizuru termenung selama beberapa saat, lalu menghela napas. "Saat gelap, kau tidak bisa melihat apa-apa, bahkan diriku sendiri pun tidak. Disitu aku tidak yakin dimana diriku berada? Apakah aku masih berpijak? Atau apa yang ada di sekelilingku? Kedua tanganku mencoba menggapai sesuatu yang bisa kujadikan sebuah pegangan, namun tidak ada yang bisa kugapai."

Luke terdiam sambil menatap Chizuru dengan penuh arti. Sorot mata wanita itu terlihat begitu sedih dan helaan napasnya terdengar begitu lelah.

"Kegelapan itu sama seperti hidupku, Luke. Aku merasa sendiri, tertolak, tertinggal, dan hampa. Seolah aku tidak memiliki harapan yang pasti. Semua orang mengira aku sudah pasti gila karena tidak bisa menerima kenyataan, bahwa Hideaki sudah tiada. Tapi...," ucapan Chizuru terhenti dan dia menarik napasnya dengan berat. "... aku hanya ingin sekali saja menyangkal untuk berita itu. Aku tidak ingin kehilangan lagi. Kehilangan orangtuaku menorehkan luka yang begitu dalam untukku, sampai sosok Hideaki muncul dan membantuku melupakan masa dukaku. Tapi sekarang? Dia pun pergi."

"Chizu," panggil Luke lembut dan Chizuru mendongak untuk menatapnya dengan lirih.

"Kau adalah wanita yang kuat, mandiri, dan hebat. Kau diinginkan, dihargai, dan layak untuk dikasihi. Jangan memandang rendah nilai diri yang ada dalam hidupmu. Bersyukurlah untuk hari ini dimana kau masih bisa bersamaku, menikmati pengalaman pertamamu untuk berkemah, melihat api unggun, dan membakar ikan yang begitu enak," lanjut Luke.

"Kenapa kau begitu baik padaku, Luke?"

"Sebab tidak ada alasan untukku menjahatimu. Saat ini, aku adalah Luke Wilson, bukan Shinichi Kuga yang pernah menjadi murid bimbel-mu. Namun perasaan seorang Shinichi masih sama sampai hari ini. Jika kau merasa tidak diinginkan, maka ada seorang Luke yang menginginkanmu. Bahkan tidak ingin kehilangan dirimu."

Luke tersenyum miris dalam hati. Selama 10 tahun memendam perasaan kesal dan cinta di saat yang bersamaan, tanpa diketahui oleh Chizuru, rasanya sungguh tidak menyenangkan.

Joel dan Petra pernah berkolaborasi untuk menjodohkannya dengan Patricia atau Nayla, semenjak Orchid League diketahui oleh para petinggi. Ck! Tentu saja Luke tidak menyukai wanita kejam dan laknat seperti dua wanita yang disebutkan tadi. Lagi pula, Patricia adalah mantan kekasih Darren, dimana Luke tidak ingin bersama dengan wanita yang pernah menjalin kasih dengan temannya sendiri, dan Nayla yang memiliki kelainan.

Tapi sekarang, kedua wanita itu sudah mendapatkan pasangan yang bisa menyeimbangkan kegilaan dan ketidakwarasan mereka. Luke bahkan sama sekali tidak pernah merasa tertarik, selain menganggap mereka sebagai seorang adik saja. Seringnya bertemu dengan mereka saat pelatihan, membuat Luke mati rasa. Sampai akhirnya, semua teman keparatnya menyebut dirinya sebagai Gay, lantaran tidak pernah sekalipun terlihat bersama dengan wanita.

Luke bukan tidak pernah berniat untuk mencari wanita lain, namun hal yang tidak menyenangkan selalu menjadi akhir dari kencan semalam itu. Setiap kali ingin bersenggama, wajah Chizuru selalu muncul dalam pikiran Luke, dan kerap kali dia meluapkan hasrat dengan nama Chizuru yang keluar dari mulutnya. Belum lagi, perasaan bersalah setiap kali tidur dengan wanita lain, dia merasa mengkhianati perasaannya pada Chizuru setelahnya. Sial! Luke merasa serba salah.

"Apa yang kau suka dariku, Luke? Aku bahkan tidak merasa pernah mencari perhatian padamu," tanya Chizuru sambil berpikir.

"Aku juga tidak tahu," jawab Luke jujur. "Ada banyak wanita cantik di luaran sana, yang lebih pintar dan menarik, tapi tetap saja aku tidak tertarik."

Chizuru menatap Luke dalam diam, sambil meremas serbet yang digenggamnya sedaritadi.

"Apa pekerjaanmu, Luke?" tanya Chizuru lagi.

Alis Luke terangkat. "Kenapa kau menjadi sering bertanya?"

"Bukankah untuk memutuskan bersama, harus tahu satu sama lain tentang hal apa saja?"

Well, sebuah kemajuan untuk seorang Chizuru, pikir Luke. Dia tidak menyangka akan mendapat respon seperti itu darinya.

"Kau benar sekali," balas Luke kemudian.

"Jadi, apa pekerjaanmu?"

"Apa kau kuatir kalau aku tidak akan sanggup untuk mencukupi kebutuhanmu?"

Chizuru menggeleng cepat. "Tidak. Tapi aku tidak mau kalau kau memiliki pekerjaan yang rentan membuatku kehilangan. Jika kau prajurit, tentara, atau pengabdi negara, aku tidak mau."

Luke terdiam. Sepertinya wanita itu tidak mau mengalami hal yang sama seperti dulu. Luke berpikir keras untuk memberikan jawaban yang tepat.

Prajurit? Sudah pasti bukan. Tentara? Yang benar saja. Pengabdi negara? Juga bukan, tapi dia memperjuangkan keadilan. Pekerjaan yang rentan akan kehilangan? Setiap misi yang dilakukan berbahaya dan nyawanya bisa terancam kapan saja.

"Aku bekerja di sebuah perusahaan," jawab Luke akhirnya. Perusahaan dengan organisasi, sama saja bukan? Pikirnya dalam hati.

"Perusahaan?" tanya Chizuru dengan alis berkerut dan Luke mengangguk. "Bergerak dalam bidang apa?"

"Jasa," jawab Luke cepat. Membantu kepolisian, memperjuangkan keadilan, dan menumpaskan kejahatan adalah bentuk jasa, bukan? Pikirnya lagi.

"Ekspedisi?" tanya Chizuru lagi.

Ekspedisi dalam artian mengantarkan barang, menyediakan pelayanan kepada customer yang ingin mengirimkan barang sampai tujuan. Luke kembali berpikir jika itu masuk akal. Selama ini, dia juga sebagai kurir untuk mengantarkan dokumen penting, mendampingi petinggi, dan melakukan penyelidikan terhadap satu organisasi di daerah yang asing.

"Yes. Dan aku sebagai kepala HRD, yang memberikan pelatihan kepada karyawan baru, juga memberikan pendampingan kepada Bos-ku. Katakanlah, aku adalah asisten kepercayaan pemilik perusahaan," jawab Luke dengan mantap.

Setidaknya Luke sudah jujur. Dia memberikan pelatihan kepada para anggota baru, melatih mereka hingga menjadi ahli, dan mendampingi Petra ataupun Ashton pergi kemana saja.

"Sepertinya kau sibuk sekali sampai tidak punya waktu untuk pulang ke Tokyo," komentar Chizuru dengan nada bergumam. "Jika nanti aku bersamamu, apa aku akan sering ditinggal? Kau bahkan tidak pernah pulang semenjak kuliah dan bekerja."

"Jika kita bersama, aku tidak akan kembali ke Tokyo."

"K-Kenapa?"

"Karena kau akan tinggal disini bersamaku. Aku sudah bilang tidak akan meninggalkanmu. Satu-satunya cara adalah kau akan selalu mendampingiku kemanapun aku pergi, dimanapun aku berada."

"Lalu, rumahku...,"

"Rumah jelek itu akan tetap pada posisinya dan tidak akan hilang. Aku akan meminta ibuku untuk mengurus rumahmu. Tidak usah cemaskan hal seperti itu," sela Luke tegas.

"Aku ikut denganmu, bukan untuk meninggalkan rumah itu selamanya, Luke."

"Kita akan berkunjung ke sana, jika ada waktu senggang."

"Tapi..."

"Kau sudah banyak bertanya, tanpa sekalipun memberiku jawaban. Jadi, mengenai pertanyaanku soal apa kau mau menikah denganku, itu masih menunggu jawaban."

Luke menatap Chizuru dengan tajam dan seakan menuntut jawaban. Wanita itu tampak gelisah dan mengerjap cemas. Dia terlihat ragu dan gusar. Chizuru kembali menjadi wanita yang plin plan dan terlalu banyak kompromi.

"Chizu?"

"Itu...,"

"Akhirnya aku menemukanmu, Luke!" tiba-tiba ada seruan yang begitu nyaring terdengar dari arah belakang.

Spontan Luke dan Chizuru menoleh. Seorang wanita. Berpakaian hitam yang membalut ketat di tubuhnya yang ramping, dan memakai topi dengan warna senada. Dia tampak bertolak pinggang dan menatap Luke dengan ekspresi datar, lalu melirik tajam ke arah Chizuru. Cih! Gangguan yang menyebalkan, rutuk Luke dalam hati.

"Siapa dia?" tanya Chizuru dengan suara berbisik.

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Luke dengan lantang, mengabaikan pertanyaan Chizuru, tanpa berpikir untuk mengubah posisi duduk memangku di antara keduanya.

"Untuk menjadi kekasih yang sakit hati karena kau sudah bermain di belakangku," jawabnya dengan alis terangkat tinggi-tinggi, lalu melirik sinis ke arah Chizuru. "Menyingkir dari Luke. Dia milikku!"

Heh? Wanita itu sudah pasti gila, kembali Luke merutuk dalam hati. Tidak ada kabar apapun darinya, tahu-tahu sudah muncul dan membuat keributan sekarang.

"Cukup, Patricia. Kau tidak... hey! Kenapa kau menangis?" seru Luke sambil menggeser posisi Chizuru, lalu beranjak berdiri untuk menghampiri Patricia yang tiba-tiba menangis.

Patricia terisak dan segera melebarkan kedua tangan untuk menyambut kedatangan Luke. Dia memeluk Luke, lalu menumpahkan seluruh kesedihannya di dada Luke.

"Ada apa?" tanya Luke cemas.

"Aku rindu padanya. Hiks. Dia tidak menghubungiku. Dia benar-benar meninggalkanku! Dia sangat tega. Sudah dua bulan. Sudah selama itu, dia tidak memberiku kabar dan sudah melupakanku," jawab Patricia dengan suara tercekat.

Luke memutar bola mata sambil mengeratkan pelukan untuk menenangkan Patricia. Yang ditangisinya, sudah pasti adalah Darren keparat yang sok serius sekarang. Semua demi urusan pelatihan khusus untuk menjadi penerus Eagle Eye, seturut dengan permintaan Ashton -Ayah Patricia, yang menjadi petinggi organisasi terdahulu, juga memulihkan negeri asalnya. Dan katanya lagi, Darren akan menjalaninya selama tiga bulan, yang artinya masih akan vakum dalam waktu yang cukup lama.

"Tenang saja, kau baru dua bulan tapi sudah menjadi wanita gila yang menangisi kematian pria-nya. Apa kabar diriku yang sudah sepuluh tahun?" bisik Luke pelan.

Tangisan Patricia terhenti dan langsung mendongak untuk menatap Luke dengan mata melebar kaget. Dia melirik singkat ke arah belakang untuk menatap Chizuru, lalu kembali menatap Luke.

"Apa yang kau maksud itu dia?" bisik Patricia.

Luke mengangguk.

Patricia mengerutkan alis lalu melirik kembali dan menatap Luke dengan jengah. "Seleramu biasa sekali."

"Tapi dia baik. Dan sangat menarik. Tidak sepertimu yang beringas dan liar."

"Apakah dia sudah menerimamu?"

"Aku masih dalam usaha dan sudah hampir kudapatkan, tapi tidak jadi. Thanks to you karena sudah mengacaukannya."

"Oh, maaf sekali," ujar Patricia dengan tatapan yang sama sekali tidak menyesal.

Luke mengerutkan alis ketika Patricia malah memeluk pinggangnya dengan lebih erat, dan menatapnya dengan sumringah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Luke bingung.

"Biarkan aku membantumu untuk mempercepat proses. Kebetulan aku sedang senggang dalam dua hari ke depan," jawab Patricia lugas.

"A-Apa maksudmu?"

"Aku akan menginap di rumahmu dan menjadi teman baik yang menguji perasaan. Simpan rasa terima kasihmu, karena kedepannya kau akan bersyukur atas kedatanganku kali ini."

Setelah mengucapkan hal itu, Patricia berjinjit untuk memberikan sebuah kecupan di pipi Luke dengan dalam, lalu bergeliat manja sambil memeluk Luke.

Di saat Luke yang masih kebingungan dengan maksud Patricia, Chizuru menatap kedua orang yang saling berpelukan itu, dengan sorot mata yang meredup dan merasakan ada sedikit denyutan nyeri dalam dada.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Buat sedikit drama dalam hidup, nggak ada salahnya.
Biasanya, orang bakalan nyadar sama perasaan, ketika ada pihak ketiga yang datang tanpa diundang.

And yes! Ini adalah masa dimana Patricia lagi long break sama Darren 😊



12.06.19 (20.27 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top