Part 10 - It started with a new life

Sambil menunggu jam berbuka,
Yuk! Baca si tengil Luke 😃

Happy Reading 💜



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Chizuru menatap seisi rumahnya dengan sorot mata sedih. Dia sudah menyusuri rumah itu, entah sudah berapa kali. Dari kamar utama, ruang tengah, ruang makan, sampai gudang, dia terus memeriksa keadaan rumahnya agar tidak ada yang terlupakan.

Dia sudah tinggal seumur hidupnya, dan tidak pernah sekalipun meninggalkan rumah itu. Rumah yang memiliki kenangan indah tentang orangtua, masa kecil, juga masa remajanya, dan saat-saat dimana dia menjalin hubungan dengan Hideaki. Kesemuanya itu sudah menjadi bagian hidup yang tidak akan pernah dia lupakan.

Setelah memikirkan tawaran Luke untuk keluar dari zona nyaman selama beberapa hari, akhirnya Chizuru menerimanya. Dia berpikir jika apa yang dikatakan Luke memang benar, bahwa dia harus melihat dunia dan tidak tenggelam dalam kesedihan yang berlarut. Salah satunya adalah meninggalkan rumah ini.

Dia sudah membereskan semua keperluan yang dia butuhkan, dengan dua koper besar yang ditaruh tepat di depan pintu rumahnya. Sekali lagi. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk kembali melihat seisi rumah dengan seluruh perasaannya.

"Apa kau yakin untuk pergi dari sini, Chi-Chan?" tanya Ayumi dengan ragu.

Chizuru menghela napas mendengar pertanyaan Ayumi untuk kesekian kalinya. Dia menoleh pada Ayumi dengan ekspresi jenuh. "Bukankah selama ini, kau ingin aku berpikir panjang untuk melepas semua masa lalu yang menyakitkan?"

"Tapi tidak harus pergi, kan? Nanti jika kau tidak ada, siapa yang akan membuatkan makanan enak?" balas Ayumi tanpa berperasaan.

"Ayumi! Jangan begitu kepada Chi-Chan!" tegur Satoru tidak suka.

Ayumi merengut cemberut dan menatap Chizuru dengan sorot mata sedih. "Aku hanya tidak rela jika kau pergi dari sini, Chi-Chan. Bagaimana aku bisa mengetahui keadaanmu, jika kita berpisah begitu jauh? Lagi pula, untuk apa Shinichi mengajakmu? Dia tidak punya hak atas dirimu, dan jangan mau dibodohi olehnya. Bisa jadi, dia ingin mendapatkan keuntungan darimu!"

Ayumi sengaja berbicara demikian, karena ada Luke yang sedang berdiri di pintu utama, dan bersandar di tembok, sambil menyilangkan tangan. Dia tampak bergeming sambil menatap Ayumi dengan datar. Sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan sinis darinya.

"Jika aku tetap di sini, aku tidak akan bisa melupakan kesedihan yang terus kurasakan," ujar Chizuru dengan tatapan memohon kepada Ayumi. "Aku tahu kau sudah sangat baik, mau menemani dan menjagaku sampai hari ini, tapi tolong... mengertilah. Aku bukanlah orang yang memiliki kasih sayang seperti dirimu, Ayumi."

Ayumi terdiam dan menatap Chizuru dengan sedih. Matanya sudah berkaca-kaca dan dia segera memeluk Chizuru dengan erat.

"Jangan berbicara seperti itu. Kau tahu jelas kalau hanya dirimu yang menyayangiku. Orangtuaku sibuk, Obaa-Chan terlalu dingin untuk kudekati, dan hanya kau saja yang menggubris kehadiranku. Aku tidak menyesal ketika keluar dari rumah dan tinggal bersamamu," seru Ayumi sambil menangus tersedu-sedu.

"Kini kau sudah memiliki Satoru, dia yang akan menjagamu," balas Chizuru lembut, sambil mengusap kepala Ayumi dengan penuh sayang.

Ayumi menarik diri dan menatap Chizuru dengan airmata berlinang. "Jangan lupakan aku, yah. Jika kau sudah merasa senang, kau harus ingat untuk pulang ke sini. Kemana pun kau pergi, di sini adalah rumahmu, dan aku akan merawatnya."

Senyum Chizuru mengembang. 'Terima kasih, Ayumi."

Ayumi pun menoleh pada Luke sambil mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Dia bergerak untuk maju menghampiri Luke sambil bertolak pinggang, dan menatap Luke dengan tajam. Luke tetap dalam posisinya dan membalas tatapan Ayumi dengan datar.

"Kau harus menjaganya! Awas saja kalau kau berulah seperti bajingan itu! Tidak usah kebanyakan janji, tapi lakukan saja!" sembur Ayumi dengan ekspresi tidak rela.

Chizuru mengerjap gugup ketika Ayumi mengungkit soal Hideaki. Pria yang sudah pergi selama 10 tahun dan tak kunjung kembali. Pria yang masih diharapkannya kemarin, tapi sudah tidak ada harapan lagi sekarang.

"Aku tidak menjanjikan apa-apa padanya. Aku menawarkan kebahagiaan dan membawanya untuk mendapatkan hal itu," sahut Luke dengan alis terangkat setengah.

"Itu baru temanku," seru Satoru dengan bangga.

"CHIZURU! CHIZURU!!"

Terdengar teriakan dari arah luar rumah, dan semakin lama semakin mendekat. Luke dan yang lainnya langsung mendengus kasar ketika tahu siapa yang berteriak dari luar. Chizuru pun kembali menghela napas lelah, dengan adanya hambatan seperti ini.

Tampak Yuuto muncul dan mencari-cari keberadaan Chizuru, lalu mengabaikan yang lainnya untuk segera berlari menghampiri Chizuru. Ekspresinya cemas dan tidak suka. Mungkin bisa terlihat tidak terima.

"Apa benar kau akan pergi?" tanya Yuuto tanpa basa basi.

Chizuru mengangguk. "Iya."

"Dengan dia?" tanya Yuuto sambil menunjuk Luke.

Chizuru kembali mengangguk.

"Kenapa, Chizuru? Kenapa harus dengan dia yang baru datang ke sini? Aku yang sudah mengajakmu untuk bersama selama hampir satu dekade ini, tapi kau abaikan!" seru Yuuto tidak suka.

Chizuru tersentak ketika merasakan adanya cengkeraman erat dan dirinya tertarik mundur untuk menjauh dari Yuuto. Tak terasa, dia sudah berada di balik tubuh besar Luke yang sedang berhadapan dengan Yuuto.

"Tidak usah banyak mulut, Bajingan Kecil! Aku adalah orang yang akan bertanggung jawab atas dirinya, bukan seperti kakakmu yang membohonginya, lalu mati!" desis Luke dingin.

Mata Chizuru melebar kaget. Dia hendak menegur, tapi Yuuto sudah lebih dulu membentak Luke.

"Sialan kau! Memangnya kau pikir kakakku ingin meninggalkannya tanpa kabar seperti itu? Kami kehilangan dirinya dan kau tidak pernah merasakan duka yang kami alami!" bentak Yuuto murka.

"Itu bukan urusanku!," sahut Luke tanpa ekspresi. "Yang aku tahu adalah aku ingin Chizuru bahagia dan bisa melupakan apa yang menjadi kesakitannya."

"Kau tidak berhak atas dirinya!"

"Memangnya kau berhak?"

"Tentu! Aku adalah adik iparnya yang akan mengambil alih tanggung jawab atas kakakku, dengan menjaga istrinya. Aku akan...,"

"Bullshit!" desis Luke geram. "Chizuru bukan milikmu! Dia memiliki kebebasan untuk meraih kebahagiaan! Jika kau menginginkan dirinya, hanya sebatas tanggung jawab karena kakakmu sudah mati, lebih baik lupakan! Yang kau lakukan, justru semakin membuatnya kesakitan!"

"Tidak bisa begitu!" elak Yuuto bersikeras. Dia memiringkan wajah untuk mencari Chizuru. "Chizuru, kau tidak akan pergi. Kau sudah berjanji untuk tetap di sini, bukan? Bagaimana jika...,"

"Hentikan. Yuuto-Kun!" sela Chizuru dengan suara tegas.

Chizuru bergeser untuk menghadap Yuuto dan menatap pria itu dengan tajam. Melihat wajah pria itu, membuat dadanya terasa sesak, karena Yuuto sekilas memiliki kemiripan dengan Hideaki. Alasan seperti itulah yang membuat Chizuru sebisa mungkin menghindarinya. Dia tidak ingin berhalusinasi, namun juga sulit menerima kenyataan yang menyakitkan.

"Chizuru...,"

"Aku memang pernah berkata untuk tidak akan meninggalkan tempat ini, demi menunggu kepulangan Hideaki-Kun," ujar Chizuru dengan suara bergetar. "Aku sudah melakukannya selama 10 tahun dan tidak mendapatkan apa-apa. Aku hanya menjalani kesendirianku, tanpa ada satu pun yang bisa mengerti posisiku."

Yuuto bungkam. Dia menatap Chizuru dengan tatapan tidak percaya. "Tapi aku sudah berusaha untuk mendekatimu, dan berharap kau mau menerimaku."

"Itu bukanlah jawaban yang kuharapkan," balas Chizuru dengan mantap. "Aku ingin mencoba untuk melepaskan semua kenangan itu, dengan meninggalkan tempat ini sementara. Aku akan memulai kehidupan yang baru."

"Kau bisa kemanapun kau inginkan, tapi tidak dengan dia," ucap Yuuto tidak rela.

"Sayangnya kau tidak berhak untuk memutuskan, tetapi aku."

"Kenapa kau malah membelanya dan memutuskan untuk pergi bersamanya? Ini tidak adil!"

Chizuru mengerjap dalam diam. Mencoba memikirkan jawaban yang akan dia berikan pada Yuuto. Dia melirik singkat ke arah Luke yang terlihat menatap Yuuto dengan hunusan mata tajamnya, seolah ingin menghabisi orang itu.

"Karena dia memberiku kebebasan untuk memilih, dan sama sekali tidak memaksakan kehendaknya," jawab Chizuru jujur.

Dia bisa merasakan semua tatapan mengarah ke arahnya, tapi Chizuru mencoba mengabaikan dengan terus menatap Yuuto yang terlihat kaget. Seperti itulah yang Chizuru rasakan, bahwa Luke sangat menginginkan dirinya bahagia.

Sekian lama tidak melihat Luke, Chizuru merasa ada sesuatu yang terhilang kembali padanya. Sosok yang ceria dan selalu usil padanya, kini kembali dalam balutan pria dewasa dengan segala kesombongan dan sikapnya yang misterius. Tidak ada yang pernah mengajak Chizuru untuk berbahagia, memiliki kehidupan baru, seperti yang Luke tawarkan. Kebanyakan dari mereka, selalu mendiktenya atau mengaturnya dalam menjalani kehidupan.

Tapi Luke berbeda. Ekspresinya yang serius dan begitu dalam ketika menawarkan Chizuru untuk ikut bersamanya, meninggalkan kesan yang berarti bagi Chizuru. Oleh karena itu, dia tidak ragu untuk mengambil keputusan terbesar saat ini.

Yuuto menghela napas sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Ekspresinya masih tidak rela namun tidak terlihat berang seperti tadi. Seolah dia mengerti bahwa ucapan Chizuru sudah tidak bisa diganggu gugat.

"Kalau boleh jujur, baru kali ini aku melihat Chizuru bisa bersikap dengan tegas," tiba-tiba Satoru berkomentar sambil menatap Chizuru dengan takjub.

Ayumi mengangguk setuju. "Aku tidak bisa berkata apapun sekarang."

Chizuru mengembangkan senyuman lebar yang terlihat begitu bangga. "Aku juga bisa tegas."

Ayumi dan Satoru hanya menggelengkan kepala saja. Luke pun terkekeh sambil merangkul bahu Chizuru dengan santai.

Chizuru mendongak dan menatap Luke sedang menatapnya dengan hangat. "Kau sudah menjadi wanita keren berpuluh-puluh kali lipat, Chizu."

"Benarkah?" tanya Chizuru sumringah.

Luke mengangguk dan Chizuru semakin senang. Yuuto melihat interaksi keduanya dengan tatapan menilai, lalu mendengus sambil membuang muka.

"Kuharap kau bisa mendapatkan kebahagiaanmu, Chizuru," ujar Yuuto dengan ekspresi masam.

Chizuru kembali menatap ke arahnya. "Terima kasih."

"Hanya untuk sekedar memastikan bahwa aku akan selalu ada di sini, menunggumu sampai kau kembali. Sampai kau sadar kalau kau sudah memilih jalan yang salah," balas Yuuto ketus.

"Hey! Jangan memancing emosiku!" tegur Luke dengan nada tinggi.

Yuuto mengangkat bahunya dan segera pergi berlalu, tanpa mengucapkan apapun lagi. Dia terlihat marah dan tidak senang. Chizuru hendak mengejar, namun Luke sudah menahannya.

"Tidak usah mengejarnya, biarkan saja!" ujar Luke tegas.

Chizuru menoleh ke arah Yuuto yang sudah menjauh dan keluar melewati pagar rumahnya. Pria itu sudah pasti tidak akan memaafkannya.

"Tidak usah merasa bersalah, dia memang aneh," ucap Ayumi menenangkan.

"Lagi pula, dia bukan keluarga. Lebih baik kau abaikan saja dan pergilah dengan Luke," lanjut Satoru.

Chizuru pun hanya mengangguk. Dia menatap rumahnya untuk terakhir kali, lalu berpamitan dengan Ayumi dan Satoru. Tampak di depan rumahnya, ada orangtua Luke dan Mariko Obaa-San. Mereka datang untuk memberikan salam.

"Hati-hati, Chizuru," ujar Naomi sambil memeluk Chizuru dengan erat. "Jika putraku mencari masalah denganmu, tusuk saja dengan pisau dapur."

Luke berdecak tidak suka. "Mom, cukup!"

Naomi mengangkat bahunya dengan santai setelah menarik diri. Paul hanya terkekeh dan memberikan pelukan singkat pada Chizuru, lalu Mariko Obaa-Chan melakukan hal yang sama. Mereka sangat ramah pada Chizuru meskipun hanya tetangga. Chizuru merasakan adanya kekeluargaan jika berhadapan dengan mereka.

"Maafkan orangtuaku yang konyol itu," ucap Luke, setelah mereka sudah berada di dalam mobil.

Luke memegang kemudi dan Chizuru duduk di sampingnya. Di belakang mereka, ada sebuah mobil SUV yang mengikuti.

"Mereka adalah orang baik," ujar Chizuru.

Luke mengangguk. "Mereka memang baik, tapi kurang waras. Entahlah. Aku masih belum menemukan titik temu yang jelas antara Paul Johansson dengan Naomi Wilshiro, saat mereka berhubungan."

"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Chizuru dengan alis berkerut.

"Mereka berdua sangat bertolak belakang," jawab Luke seadanya.

"Tapi mereka adalah orangtuamu, dan sangat tidak sopan jika kau berkata seperti itu. Hargai mereka," tegur Chizuru dengan tegas.

"Aku berkata apa adanya, bukan berarti aku tidak menghargai mereka," elak Luke sambil terkekeh.

"Tapi tidak boleh seperti itu," sahut Chizuru.

Luke melirik ke arahnya sambil menyeringai senang. "Roger that, Chizu. Aku sangat senang hari ini, karena kau mau ikut bersamaku. Sebab aku akan sangat sibuk ke depannya. Dengan kau yang bersamaku, setidaknya aku memiliki semangat baru untuk pulang ke rumah."

Alis Chizuru berkerut. "Aku ikut denganmu bukan karena ingin bermain rumah-rumahan. Aku ingin mencari pekerjaan."

Luke berdecak. "Kita tidak bermain, tapi latihan."

"Latihan apa?"

"Latihan untuk hidup bersama," jawab Luke dengan mantap. "Lagi pula, kau sudah ikut bersamaku dan berarti akan tinggal satu atap denganku. Soal kehidupanmu, tidak usah kuatir. Aku bisa memberimu uang belanja sebanyak yang kau minta."

"Eh? Tidak seperti itu. Aku tidak mau. Pokoknya aku ingin bekerja!"

"Kau bekerja rumah tangga saja."

"Kau menyuruhku menjadi pembantu rumah tangga?"

"Bukan seperti itu. Maksudku, kau merawat rumah kita, menjaga dan membersihkan sambil menunggu kepulanganku."

Alis Chizuru semakin berkerut tidak mengerti. Ucapan Luke yang semakin melantur, membuatnya langsung berpikir bahwa Luke ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya...suami istri! Astaga! Chizuru langsung tersentak kaget.

"A-Aku ikut bukan berarti menjadi istrimu, Luke!" seru Chizuru panik. "Kalau begitu, lebih baik aku kembali saja ke rumahku!"

Luke segera menangkap satu tangan Chizuru yang hendak membuka sabuk pengaman. Dia menoleh pada Chizuru dengan ekspresi dingin dan penuh ancaman, membuat Chizuru tidak berani berkutik.

"Jika kau berpikir bisa pergi dariku, lupakan saja. Aku sudah berhasil membawamu, dan itu berarti kau sudah berada dalam genggamanku! Selama 10 tahun kau menjalani kesendirian, maka kali ini, kau tidak akan sendiri lagi. Sudah ada aku yang bersamamu, dan pergunakan keahlianmu dalam memberikan perawatan terhadap rumah atau kebun. Aku tidak peduli. Yang aku pedulikan adalah kau yang ada di rumahku dan menunggu kepulanganku dengan senyuman hangat," ucap Luke dengan penuh penekanan.

Deg! Degup jantung Chizuru bergemuruh cepat. Dia menatap Luke dengan perasaan yang campur aduk dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang Chizuru tahu sekarang adalah Luke yang begitu serius dengan ucapannya, dan pria itu tidak akan membiarkan Chizuru pergi dari jangkauannya sedikitpun.

"Ta-Tapi aku ingin bekerja," ucap Chizuru dengan sisa keberanian yang ada.

Luke menyeringai licik ketika mendengar ucapannya. "Soal itu tidak masalah. Selama kau bersamaku, akan ada banyak pekerjaan yang bisa kau lakukan. Dan itu tidak bisa kau lakukan sendiri, harus ada aku yang mengerjakannya bersamamu."



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Hmmm... Luke, kamu mulai nakal 😛
Chizu, persiapkan diri yah.
Karena aku akan mengusili kalian berdua, barengan sama Babang.

Ilmu mesum Babang, kayaknya udah tularin ke aku 🙈🙈🙈





15.05.19 (16.40 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top