TRAGEDI

Azka masuk ke kamar juru mudi, dia duduk di tempat tidur Mahmud.

"Kenapa, Third?" tanya Mahmud.

"Aku tidur sini ya?" kata Azka meminta izin kepada Mahmud dan yang lainnya.

Semua sudah dapat memahami mengapa Azka meminta izin tidur di kamar mereka.

"Begitu lagi, Third?" tanya Firman.

Azka mengangguk lantas dia naik ke atas kasur yang dulu pernah dia tempati. Meski sudah ada pemiliknya, namun Azka tahu jika pemilik kasur itu kini sedang dinas jaga.

"Kenapa nggak laporin ke Kapten Antoni aja sih, Third," saran Mahmud disetujui yang lain.

"Nggak ah, biarkan saja. Itu bukan urusanku. Kalau terjadi sesuatu, aku nggak akan ikut campur. Daripada hubunganku sama Second Yona jadi nggak baik, lebih baik aku diam," jawab Azka memilih untuk mengalah daripada mencari masalah.

Semua hanya menganggukkan kepala saja. Sudah menjadi rahasia umum jika Yona sering membawa wanita bayaran ke atas kapal ketika kapal berlabuh jangkar. Setiap kapal off, Antoni selalu turun dan pulang ke rumahnya, dan saat dia tidak ada di atas kapal tugasnya akan digantikan oleh Zie selaku Chief Officer tanpa menggantikan tanggung jawabnya sebagai nahkoda, selaku penanggung jawab umum di kapal tersebut.

"Chief Zie tahu?" tanya Novel seorang kelasi yang kini sedang bermain ke kamar juru mudi.

Azka menggelengkan kepala. "Aku nggak tahu, Vel. Mungkin dia sama sepertiku. Tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Mencari aman saja," jawab Azka.

Saat mereka sedang asyik mengobrol, pintu kamar terbuka. Semua bertindak seolah-olah tidak terjadi obrolan di ruangan itu.

"Third, pukul 2 malam kita masuk lintasan ya? Kasih tahu yang lain. Kapten Antoni naik pukul 1 malam," kata Zie masuk membawa informasi.

"Oke, Chief," sahut Azka mengangguk paham.

"Kabari Second Yona juga, Third," imbuh Zie.

"Ya, nanti aku akan kabari dia," jawab Azka ragu.

Zie malas mengetuk pintu kamar Yona, Zie sebenarnya tahu jika Yona berbuat tidak senonoh di atas kapal, namun meski dia sekarang berkuasa di atas kapal menggantikan tugas nahkoda tanpa menggantikan tanggung jawabnya, Zie tidak ingin mencari masalah dengan temannya sendiri. Selepas Zie keluar dari kamar juru mudi, semua menatap Azka.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Azka menyapu pandangannya.

"Yakin, berani?" tanya Firman yang ditanggapi Azka cengiran kuda dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Lihat saja sikonnya nanti. Daripada Kapten naik terus tahu kejadian ini, kita semua yang kena. Lebih baik memberanikan diri. Cari amannya saja," ujar Azka ditimpali tawa kecil dari yang lain.

Setelah tidur kurang lebih tiga jam, Azka bangun dan melihat jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 12.00 dini hari. Dia turun dari tempat tidur dan membangunkan yang lain. Setelah yang lain membuka mata, Azka segera mengetuk pintu kamarnya sendiri.

"Cond!" panggil Azka diiringi ketukan pintu. "Cond!" panggil Azka lagi, yang kali ini pintu terbuka.

Yona terlihat masih acak-acakkan, hanya mengenakan boxer saja.

"Sebentar, dia belum berpakaian," kata Yona mengernyitkan dahinya karena matanya terkena pantulan cahaya lampu.

"Oke, Kapten pukul 1 akan naik dan pukul 2 kapal masuk lintasan," kata Azka memberitahu Yona.

"Ya, tunggu sebentar ya, Third." Yona menutup pintunya kembali.

Sejujurnya dalam hati Azka menggerutu dan ingin sekali marah kepada Yona. Itu kan kamar mereka berdua, mengapa seakan Azka tersisihkan? Azka menghela napas dalam, lantas dia naik ke anjungan mengecek keadaan kapal. Di sana ada Zie yang masih berdinas jaga.

"Sudah kamu bangunkan dia, Third?" tanya Zie mengejutkan Azka, karena keadaan anjungan yang gelap karena sengaja lampu ruangan itu dimatikan.

"Sudah, Chief," jawab Azka sembari melihat radar dan posisi kapal.

Zie mendekati Azka dan menepuk bahunya. "Jangan dicontoh ya? Kita sebagai perwira di sini adalah contoh untuk bawahan kita. Kalau memang ingin melakukannya lebih baik melakukannya di bawah," nasihat Zie di sambut kekehan kecil Azka.

"Nggak kepikiran untuk itu, Chief. Sekarang yang aku pikirkan cuma Ibu, Dion sama Iis," sahut Azka dibalas acungan dua ibu jari oleh Zie.

"Ya sudah, kita bersiap yuk! Kapten sebentar lagi naik," ajak Zie merangkul Azka ke luar anjungan.

"Chief, memangnya ada ya, sampan yang masih beroperasi tengah malam begini?" tanya Azka heran, karena dia jarang turun dari kapal, meski hanya sekadar jalan-jalan.

Jika tidak terlalu penting, Azka memilih tetap tinggal di atas kapal, di sisi lain untuk menghemat pengeluarannya, dia juga menjaga diri dari godaan-godaan yang akan mempengaruhi niatnya untuk sukses dan membahagiakan keluarganya.

Bukan berarti Azka pelit, hanya gajinya sekarang untuk membayar angsuran bulanan di bank, sebagian dia tabung untuk ikut ujian profesi agar dapat manaikkan ijazah yang berpengaruh pada jabatannya saat bekerja dan sisanya lagi, ia kirimkan untuk kebutuhan Ratmi dan Dion di rumah. Azka dapat tersenyum bangga saat Ratmi menelepon dan berkata akan sedikit demi sedikit memperbaiki rumah mereka. Anyaman bambu yang dulu sebagai dinding rumah, perlahan kini berganti dengan batako, dari uang yang Azka kirim setiap bulan, tak lepas juga dari uang yang Ratmi dapatkan ketika menjadi buruh di sawah orang.

"Kapten sudah punya langganan, kalau tidak ada Kapten di atas kapal, mana bisa kapal ini jalan? Kan memang dia penentu segalanya di atas kapal," jawab Zie saat mereka sudah sampai di depan kamar.

"Iya juga sih ya?" sahut Azka tersenyum pada Zie.

Semua sudah berlalu lalang mempersiapkan pelayaran. Dari ABK dek maupun ABK kamar mesin, semua terlihat sibuk.

"Sudah, masuk sana!" Zie tersenyum seakan mengejek Azka.

"Males sebenarnya," jawab Azka lemas dibalas kekehan geli Zie.

"Sudah, sana!" Zie mendorong Azka agar mengetuk pintu kamarnya.

Zie menunggu Azka mengetuk pintu. Dia ingin melihat wajah Azka saat Yona membukakan pintu. Sebelum mengetuk, Azka sekilas menoleh ke arah Zie dengan wajah lemas dan kusut, Zie mengulum bibirnya menahan tawa.

"Cond, aku mau ganti baju." Zie terkekeh tertahan sambil memegangi perutnya.

Azka melirik Zie sekilas dan mengetuk lagi. "Cond, sebentar lagi Kapten datang. Aku mau ganti baju."

Pintu pun akhirnya terbuka, Zie bersikap cool, seolah dia tak mengetahui apa-apa. Zie membuka pintu kamarnya dan masuk begitu saja tanpa menyapa Yona.

"Boleh aku masuk?" izin Azka sungkan.

"Masuk aja, Third." Yona membuka pintunya lebar. Dia sudah rapi dengan seragam dinas.

Dia masuk ke dalam dengan perasaan tak nyaman, apalagi melihat tempat tidur Yona yang berada di bawah tempat tidurnya sedang berbaring seorang wanita yang hanya terbalut selimut.

Masa aku mau ganti baju di sini? Duh, serba repot nih. Gumam Azka dalam hati.

"Kapten sudah datang belum, Third?" tanya Yona duduk di kursi, sedang mengenakan sepatunya.

"Belum, Cond," jawab Azka mengambil seragamnya, berniat ingin keluar mengganti pakaiannya di kamar lain atau di kamar mandi.

"Mau ke mana?" tanya Yona mencegah Azka saat ingin membuka pintu.

"Mau ganti baju," jawab Azka sungkan dan dalam hatinya saat ini benar-benar tidak nyaman berada di dalam kamarnya sendiri.

"Ganti di sini saja, dia sedang tidur. Nggak mungkin lihat kamu," ujar Yona santai namun tak ditanggapi Azka.

Dia tetap keluar dari kamar dan memilih berganti baju di kamar mandi. Dalam hati Azka sejujurnya merasa jengkel dan marah. Saat Azka keluar dari kamar mandi, ternyata Antoni baru saja datang, Azka terkejut dan menjadi gugup.

"Kaget ya, Third?" sapa Antoni tersenyum cool namun justru terlihat berwibawa.

Azka mengelus dadanya dan membungkukan tubuh menyapa Antoni.

"Sudah siap semua kan, Third?" tanya Antoni beriringan dengan Azka jalan di lorong kabin kru.

"Sudah, Kap," jawab Azka sedikit merasa takut karena dalam hatinya terbebani, sudah ikut berbohong menyembunyikan kebusukan teman satu kamarnya.

"Bagus!" Antoni menepuk bahu Azka, dibalas Azka anggukan kepala dan senyuman sungkan. Sebelum Azka masuk ke kamarnya, dia memastikan Antoni agar lebih dulu masuk ke kamar.

Setelah Antoni masuk, barulah dia mengetuk pintu kamarnya. Yona membukakan pintu, Azka pun masuk dengan perasaan was-was. Wanita itu kini sudah berpakaian lengkap, dia duduk di kursi, Azka tak menghiraukannya. Dia buru-buru ke luar kamar agar dapat menghirup udara bebas, karena dia merasa, jika lama-lama di dalam kamar, udara di sekitar kamar menipis bahkan dia merasa gerah serta pengap.

Yaah ... begitulah warna-warni kehidupan para pelaut, yang kesepian. Semua kembali pada diri masing-masing, kekuatan iman sungguh diperlukan karena godaan di luar rumah, memang benar-benar menyilaukan mata. Seperti gelombang yang menerpa pelayaran mereka, godaan dalam kehidupan mereka pun mampu menjadi gelombang yang siap menghancurkan kehidupan bahkan masa depan mereka.

***

Matahari bersinar cerah di luar, panas menyengat hingga menusuk ke kulit. Setelah dinas jaga, Azka berniat mendinginkan tubuhnya di kamar. Menyalakan AC dan berbaring sejenak menikmati goyangan kapal karena gelombang air laut yang lumayan tinggi. Saat berbaring di atas kasur, rasanya seperti ditimang-timang, mata pun semakin sayu dan kantuk pun juga menghampiri.

Tadi setelah kapal berjalan dan sandar di pelabuhan Lembar, saat menaikkan  memuatan, wanita bayaran Yona keluar tanpa menimbulkan kecurigaan dari Antoni dan petugas kantor. Memang maling lebih pintar mengendap-endap tanpa tercium kecurigaan dari orang lain.

"Third!" panggil Zie masuk ke kamarnya, saat Azka hampir tertidur.

"Ya, Chief," jawab Azka terbangun dari rebahannya, sebenarnya dia sudah nyaman dan siap membuka alam mimpi.

"Sudah makan belum?" tanya Zie tanpa seizin Azka menarik kursi dan duduk begitu saja.

Azka turun dari tempat tidurnya agar lebih sopan mengobrol dengan atasan sekaligus seniornya saat dulu di kampus.

"Belum sih," jawab Azka setelah duduk bersebelahan dengan Zie.

"Nih, tadi aku beli nasi bungkus waktu ada sela muat. Makan yuk!" ajak Zie memberikan satu bungkus nasi untuk Azka dan satunya lagi untuk dia.

"Makasih ya, Chief," ucap Azka menerima satu bungkus nasi itu dan mereka pun menyantapnya bersama, diiringi canda dan obrolan yang sesekali menimbulkan gelak tawa.

Ketika mereka sedang menikmati makan siang, tiba-tiba saja sebuah suara keras hingga menimbulkan goyangan kuat pada kapal tersebut membuat mereka seketika berdiri dan keluar dari kamar. Seketika kapal pun berhenti, para ABK semua keluar termasuk Antoni yang tadi berada di dalam kamar.

"Ada apa ini, Chief?" tanya Antoni.

"Belum tahu, Kap. Kami periksa dulu," sahut Zie wajahnya berubah serius.

Antoni naik ke anjungan, sedangkan Zie dan Azka keluar dari kabin kru. Semua orang sudah berdiri di samping pagar pembatas melihat ke bawah. Kapal terasa bergerak ke kanan dan ke kiri seperti tersangkut sesuatu.

"Kandas!!!" pekik Azka. Seketika Azka menyadari keadaan itu.

Zie dan Azka berlari ke anjungan melapor kepada Antoni. Tak hanya itu, mereka juga dengan gesit mengambil HT (Handy Talky) dan Azka berlari ke bawah untuk memastikan keadaan yang ada. HT adalah alat komunikasi yang sifatnya sementara karena salurannya dapat diganti-ganti setiap saat. HT ini merupakan alat komunikasi yang bentuknya mirip dengan telepon genggam, tetapi sifatnya searah. Karena searah, maka si pengirim pesan dan si penerima tidak bisa berbicara pada saat yang bersamaan. Fungsi HT masih sangat vital dan dirasa paling efektif dalam membantu komunikasi beberapa orang dalam satu keadaan, karena bebas pulsa, cepat, dan jangkauan lumayan luas.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Cond?!!" bentak Antoni marah.

"Maaf Kap, ini bukan waktunya untuk berdebat. Kita harus menyelamatkan kapal dan semua penumpang," sela Zie mengingatkan Antoni.

Azka sudah berdiri di lambung kanan yang tersangkut karang. Dalam keadaan seperti ini, kerja sama semua diperlukan, kekompakan dan menyampingkan ego demi keselamatan bersama.

"Markonis, minta bantuan SAR dan hubungi pihak darat," titah Antoni langsung dikerjakan oleh markonis, yang memang bertugas menjaga radio dan berkomunikasi di atas kapal.

"Third, bagaimana?" pekik Zie melalui HT.

"Tersangkut Chief, kalau dipaksa jalan, takutnya palka akan sobek dan mengalami kebocoran," laporan Azka yang cekatan dan gesit.

Azka sangat memahami situasi yang ada, meski pengalamannya baru sedikit, namun ilmu yang dia dapat saat di sekolahannya mampu membantunya mengatasi segala situasi yang sewaktu-waktu terjadi. Ini karena kecerdasan dan rasa pekanya terhadap hal yang terjadi di sekitarnya. Azka berlari ke anjungan, beberapa kelasi dan juru mudi yang sedang tidak bertugas berusaha menenangkan para penumpang. Sedangkan bebarapa ABK termasuk perwira dek maupun mesin menjalankan meeting dadakan di anjungan yang langsung dipimpin oleh nahkoda.

Apa pun dapat terjadi di atas kapal, hal yang tak terduga bahkan tak diinginkan dapat menerjang para pelaut. Badai yang menghantam sudah menjadi kawan bagi mereka, gelombang tinggi, mereka terjang demi dapat mencapai dermaga yang selalu setia menanti kedatangan mereka. Air adalah sahabat para pelaut.

########

I love sailor, aku sangat mencintai duniaku ini. Menjadi pelaut adalah seseorang yang memiliki jiwa kuat dan tekad yang hebat. Bagiku, berdiri di atas kapal, suatu kepuasan dalam hati. Menjadi pelaut wanita dan pernah menjadi pemimpin satu-satunya wanita untuk para pria di atas kapal, menjadi sesuatu yang membanggakan tersendiri.

Hahahahaha
Rindu ....

Maaf ya, cerita ini slow update. Jadi mohon pengertiannya. Terima kasih yang sabar menunggu dan makasih terus memberikan vote serta komentarnya. Jaya pelaut Indonesia!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top