KEJUTAN BAGI AZKA
Teriknya matahari menyengat kulit hingga tubuh terasa panas dan tenggorokan pun kering. Azka yang sedang berdiri di altar---altar jika dalam bahasa perkapalan adalah tangga atau undakan pada dry dock (galangan kapal), yang menuju tepi pantai atau bagian yang rendah---sedang mengawasi bongkar curah minyak. Tangannya kotor dan bau minyak, dia mengelap tangannya dengan majun bewarna hitam---majun adalah potongan sisa bahan (bukan kain bekas) yang digunakan untuk lap. Atau juga bahan untuk memakal celah di antara papan-papan dek atau lambung kapal kayu---. Seorang pria gagah menghampiri Azka.
"Kap," sapa orang itu menyadarkan kehadirannya.
Azka menoleh dan tersenyum ramah lalu menepuk bahu Andi yang menjabat sebagai masinis I di kapal itu.
"Gimana, Kap?" tanya Andi meyakinkan jika nahkodanya memberikan izin cuti yang sudah ia ajukan beberapa bulan lalu.
"Boleh saja, Bass." Azka mengizinkan Andi mengambil cuti. "Berapa lama?" imbuh Azka.
"Ya... sekitar 4 mingguan."
"Oke. Acaranya di mana sih, Bass?" tanya Azka, matanya sambil terus mengawasi anak buahnya yang sedang susah payah memindahkan minyak ke mobil tangki.
"Di Semarang. Kebetulan kan Kap, kapal juga minggu depan docking di Galangan Pelabuhan Tanjung Mas. Aku berharap sih teman-teman di sini bisa hadir."
Docking kapal adalah suatu peristiwa pemindahan kapal dari air atau laut ke atas dock dengan bantuan fasilitas docking atau penge-dock-an. Untuk melakukan penge-dock-an, kapal ini harus dilakukan persiapan yang matang dan berhati-hati mengingat spesifikasi kapal yang berbeda-beda.
"Iya, Bass. Insya Allah nanti kami usahakan hadir. Tapi ini jadwal masuk Galangan belum dapat, nanti deh aku tanyakan ke kantor. Acaranya kapan?" tanya Azka merangkul Andi mengajaknya naik ke deladak atas.
"Acaranya sih masih dua minggu lagi, Kap. Doakan semua lancar sampai selesai, Kap."
"Aamiin," sahut Azka lantas mereka pergi ke ruang makan.
Dari ruang makan Azka menjengukkan kepala menengok galley. Di sana ada koki dan pelayan yang sedang membereskan alat kotor bekas mereka memasak.
"Ko, sudah matang?" tanya Azka.
"Sudah, Kap. Mau makan di sini atau diantarkan ke kamar?" tanya Koko sebagai pelayan di kapal itu.
"Makan sini saja," sahut Azka menarik kursi lalu duduk di sebelah Andi.
Biasanya Koko mengantarkan jatah makan Azka ke kamarnya, tapi Azka lebih suka makan di ruang makan, membaur dengan awak kapal yang lain. Azka tidak ingin dirinya dimanjakan bahkan dilayani layaknya raja. Dia merasa lebih nyaman melakukan aktivitas apa pun bersama-sama tanpa memandang jabatan, kecuali jika kapal sedang berlayar, mereka harus bisa profesional dan menempatkan diri di posisinya masing-masing.
Sebelum pelaksanaan docking repair diperlukan beberapa persiapan oleh Fungsi Technical Fleet. Persiapan diawali dengan menyusun docking specification oleh technical superintendent berdasarkan status survei klas, kondisi permesinan, sistem kapal, plan maintenance system, serta hasil rekomendasi otorisasi yang berwenang. Kemudian, estimator akan membuat perkiraan biaya pelaksanaan pekerjaan (Owner Estimate).
Di saat bersamaan, Technical Fleet III akan berkoordinasi dengan Shipping Operation untuk mengatur sementara penghentian operasi kapal. Setelah ditentukan masa penghentian operasi kapal, kapal akan dinyatakan berhenti setelah proses discharge terakhir. Dari port discharge kapal bergerak menuju galangan dan melaksanakan tank cleaning serta sludge removal untuk memastikan tangki dalam kondisi gas free saat pelaksanaan docking repair agar kondisi tetap aman walaupun terdapat pekerjaan panas.
***
Hari berganti minggu, waktunya kapal naik ke graving dock, Galangan docking Tanjung Mas setelah beberapa hari menunggu. Sebagai armada kapal tanker yang digunakan Pertamina untuk pendistribusian avtur di wilayah Indonesia, salah satu maintenance rutin yang harus segera dilaksanakan apabila telah memasuki jatuh tempo adalah docking repair. Docking repair yang dilakukan saat ini merupakan docking special survey kedua sejak kapal dibangun. Pekerjaan docking repair kapal sebagai upaya menjaga kondisi kapal laut agar tetap handal dan laik laut.
Pihak galangan, pihak kapal, dan perwakilan owner di shorebased atau superintendent sedang melaksanakan arrival meeting untuk menjelaskan teknis, timeframe pengerjaan, serta pembagian tim pelaksana pekerjaan dari pihak galangan dan kapal. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pihak galangan memeriksa kembali kondisi safety kapal.
Setelah semua mencapai persetujuan, Azka dan Farhan selaku pihak perwakilan kapal, kembali ke kapal. Mereka berjalan di geladak kabin sembari berbincang.
"Kap, gimana rencana besok Minggu?" tanya Farhan sebagai KKM (Kepala Kamar Mesin) kapal itu.
"Kita kumpulkan semua awak kapal dulu, Bass. Kita koordinasi pelaksanaan docking sekalian bahas acara besok Minggu," jawab Azka disetujui Farhan dengan anggukan kepala.
"Oke, kalau gitu aku suruh mereka kumpul di anjungan."
Azka mengangguk lantas Farhan menghampiri kamar oiler, memerintah anak buahnya agar mengumpulkan semua awak kapal di anjungan. Sembari menunggu semua awak kapal kumpul, Azka menelepon Dion duduk di sofa sudut yang ada di pojok ruang anjungan.
"Assalamualaikum, Bang," sapa Dion dari seberang.
"Waalaikumsalam. Yon, katanya Ibu sakit? Sudah berobat?" tanya Azka khawatir setelah membaca pesan singkat yang Dion kirimkan tadi.
"Alhamdulillah, sudah kok, Bang. Ibu kecapean, kemarin kehujanan, habis bantuin di sawahnya Pak Samsul."
Azka menarik napasnya panjang, sudah sering kali dia melarang Ratmi agar tidak lagi membantu bekerja di sawah. Tapi Ratmi selalu membantah, dia tidak terbiasa menganggur. Azka tidak bisa memaksa keinginan Ratmi yang masih ingin terus bekerja, padahal sekarang Azka sudah bisa mencukupi kebutuhannya dan juga Dion.
"Yon, kamu pelan-pelan bilangin Ibu dong. Sudah ... jangan kerja lagi di sawah."
"Tapi, Bang ... tahu sendiri kan Ibu susah kalau suruh berhenti kerja di sawah. Aku sampai bingung gimana lagi melarangnya. Ibu cuma gak mau nganggur, dia penginnya punya kegiatan," jelas Dion yang sudah menyerah membujuk Ratmi.
"Di mana Ibu? Aku mau bicara," pinta Azka.
"Sebentar." Terdengar suara pintu terketuk dari ujung ponsel Azka. "Bu, Bang Azka telepon nih!" ujar Dion. Dengan sabar Azka menunggu suara Ratmi yang berbicara lewat telepon. Tak berapa lama terdengar pintu terbuka. "Ini, Bu," ucap Dion yang sepertinya memberikan ponselnya pada Ratmi.
"Halo, Ka," sapa Ratmi parau.
Uhuk uhuk uhuk
Suara batuk Ratmi jelas terdengar di telinga Azka, hatinya nyeri mendengar sang ibu sakit.
"Sudah diminum obatnya, Bu?" tanya Azka parau menahan tangis karena tidak tega mendengar suara berat Ratmi.
"Sudah."
Uhuk uhuk uhuk
Lagi-lagi suara batuk Ratmi nyaring di telinga Azka. Mata Azka berkaca-kaca, andai saja ia dekat dengan ibunya, sudah pasti Azka akan merawat dia. Tapi ada daya, jarak yang jauh dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin di kapal itu, membuat Azka tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bu, sudah ya, Ibu jangan lagi bantu-bantu di sawah," pinta Azka lembut dan tulus.
"Ka, kalau Ibu nggak ke sawah, terus Ibu mau kerja apa? Kalau Ibu kamu suruh ongkang-ongkang di rumah saja, malah badan terasa cape."
"Tapi, Bu. Azka sedih kalau Ibu sampe sakit begini. Azka terus kepikiran Ibu."
"Kamu tenang saja, Ibu cuma masuk angin biasa, nanti juga sembuh."
"Ibu kapan sih mau dengerin Azka sama Dion? Selama ini kami selalu nurut sama Ibu, sekarang giliran Azka yang mencukupi kebutuhan kalian. Insya Allah, Azka akan berusaha terus, Bu."
"Iya, Ibu usahakan tidak lagi ke sawah."
Bibir Azka tersungging senyuman tipis.
"Makasih ya, Bu."
"Iya. Tapi Ibu masih boleh kan kerja?"
"Ya Allah, Bu. Mau kerja apa? Dijaga kesehatannya, jangan cape-cape, Bu."
"Ibu rencananya pengin jadi penebas padi. Jadi nanti kalau ada petani yang padinya sudah tua, sebelum dituai Ibu borong."
"Terus siapa nanti yang menuai padinya?"
"Ya nanti Ibu pekerjakan orang. Insya Allah kalau ada rejeki lebih, nanti beli mesin penggilingan gabah. Di samping rumah masih ada lahan, cukup kalau buat tempat penggilingan," jelas Ratmi membanggakan perasaan Azka.
Meskipun usianya sudah mencapai kepala 5, tapi semangatnya bekerja tidak pernah kendur. Ratmi selalu ingin berusaha demi kelangsungan hidup keluarganya.
"Kalau itu sudah menjadi rencana Ibu, Azka dukung. Insya Allah nanti kalau ada rejeki lebih, Azka bantu belikan mesin gilinganya ya? Tapi Azka minta tolong, Ibu jangan kerja yang berat-berat ya?" mohon Azka sepenuh hati.
"Iya, Nak. Makasih."
"Ya sudah kalau begitu, Ibu istirahat, jangan lupa obatnya diminum."
"Iya, kamu hati-hati kalau kerja ya? Jaga kesehatan, jangan lupa makan dan salat."
"Iya, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Hati Azka sedikit lega karena bujukannya membuahkan hasil. Setelah menelepon, Azka mengantongi ponselnya di saku celana.
"Kap," sapa Galang seorang oiler masuk ke anjungan.
"Iya, Lang. Yang lain mana?" tanya Azka.
Galang mendekati Azka, lalu duduk di sebelahnya.
"Masih manggil yang lain, Kap. Gimana tadi rapatnya?"
"Saat nanti docking repair mulai dilaksanakan, waktu pelaksanaan tergantung lingkup pekerjaan, kondisi fisik kapal, galangan pelaksana, dan koordinasi pelaksanaan. Nanti akan ada pengawasan saat pelaksanaan antara pemilik kapal dengan galangan pelaksana. Makanya aku kumpulkan kalian di sini, mau koordinasi saat bekerja nanti."
Galang mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
"Terus kapan mulai dikerjakan?"
"Rencananya sih hari Senin."
"Jadi kita masih ada waktu ke acaranya Bass Andi dong, Kap?"
"Makanya itu, nanti kita bahas."
"Ooooh, oke."
Setelah semua berkumpul di anjungan, Azka menjelaskan pekerjaan awak kapal nanti saat perbaikan kapal selama docking. Sekaligus mengoordinasi siapa saja yang akan menghadiri acara resepsi Andi.
"Jadi nanti yang tugas jaga hari Minggu tetap di kapal, yang bebas jaga ikut ke acaranya Bass Andi. Begitu kan, Kap?" ujar Farhan meminta persetujuan Azka dan memperjelas keputusan dari diskusi mereka.
"Iya, Bass," jawab Azka menyetujuinya.
"Baiklah, kalau gitu besok salah satu dari kita cari kendaraan buat ke gedung acaranya. Ada rencana atau pandangan mau pakai kendaraan apa?" tanya Farhan menyapu pandangannya menunggu jawaban salah satu dari awak kapal.
"Gini aja, Bass." Seorang juru mudi memberi saran, "kita sewa mobil semacam bus mini aja, biar sekali jalan. Jadi kita juga sampai di kapal bisa bareng-bareng lagi."
"Boleh juga!" sahut Farhan menyetujui. "Nanti kita minta bantuan orang kantor cabang sini untuk mencarikan," imbuhnya.
Semua setuju termasuk Azka. Sejak kapal masuk di perairan Semarang, pikiran Azka tidak tenang. Ada yang menggangu pikirannya, selain kesehatan Ratmi, tiba-tiba Azka teringat Iis.
***
Gedung bercat putih itu terhiasi dekorasi tenda bewarna putih gading dikombinasikan dengan warna merah jambu dan bunga warna-warni mempercantik tempat itu. Janur kuning melengkung di kedua sisi pintu masuk sebagai penyambut tamu dan pertanda jika saat ini sedang terselenggara acara resepsi pernikahan.
Mini bus yang ditumpangi Azka beserta rombongan awak kapal terparkir di depan gedung. Hati Azka berdebar-debar kencang saat membaca nama di karangan bunga yang ada di depan gerbang, memperjelas nama sepasang mempelai.
Ya Allah, firasatku terjawab. Ternyata kegelisahanku sejak kemarin ini. Batin Azka sebelum melangkah masuk ke pelataran gedung.
"Kap, ayo!" ajak Farhan.
"Iya, Bass," sahut Azka lantas dia menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan.
Azka mengatur emosinya, dia berusaha menjaga sikap agar tetap tenang dan berwibawa. Penampilannya keren dan gaya berbusana modern, menambah ketampanannya. Azka mengenakan kemeja biru yang terbalut tuksedo hitam dengan bahan kain yang licin serta celana senada dengan tuksedonya. Rambut pendeknya klimis ditata rapi menggunakan pomade. Dia dengan gagah masuk ke pernikahan mantan kekasihnya.
Acara demi acara dilalui, meski menahan perasaan aneh, namun Azka tetap tabah dan ikhlas mengikuti acara resepsinya. Waktunya memberikan ucapan selamat untuk mempelai, para tamu pun berbaris antre naik ke pelaminan untuk bersalaman dengan pengantin dan orang tuanya. Sampailah di giliran Azka, dia memasang senyum manis. Mata Soleh dan Nanik terbelalak saat Azka mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Soleh.
"Ngapain kamu di sini!?" sentak Soleh mengejutkan banyak orang hingga beberapa tamu menoleh ke arah mereka.
Azka tetap bersikap tenang dan tersenyum. Nanik melingkarkan tangannya di lengan Soleh, agar suaminya itu bisa menjaga sikap dan menahan amarah. Bibir Iis kelu, jantungnya berdegup kencang tak keruan. Dia tidak menduga Azka berada di resepsi pernikahannya.
"Jangan macam-macam kamu ya?!!! Anakku sudah mendapatkan pria yang jauh lebih baik daripada kamu. Dia pria yang mapan dan punya pekerjaan jelas. Gajinya saja 20 juta per bulan, tidak sepertimu yang pekerjaannya tidak jelas!!!" sergah Soleh menyombongkan menantunya.
Beberapa orang yang mendengar ucapan Soleh terkejut sampai ada yang menggelengkan kepala, apalagi menantunya, dia merasa malu.
"Maaf," ucap Azka membungkukkan badannya dan menundukan kepala merendahkan hati menghadapi kerasnya hati Soleh.
Azka mengulurkan tangannya ke depan Soleh, namun Soleh membuang muka tidak menerima tangan Azka. Karena mereka menjadi pusat perhatian, Nanik yang merasa malu dan sungkan lantas menerima uluran tangan Azka. Dia tersenyum dan mengangguk kepala.
"Selamat," ucap Azka singkat.
"Terima kasih," balas Nanik canggung.
Azka maju menyalami Andi, sekilas dia hanya melirik Iis yang matanya berkaca-kaca menatap Azka. Dari sorotan mata Iis itu terlihat seperti ada rasa bersalah dan malu.
"Selamat ya, Bass," ucap Azka tulus dengan senyuman simetris.
"Makasih, Kap." Andi menerima uluran tangan Azka. "Bu, Pak, ini loh Kapten Azka, nahkoda di kapal tempatku bekerja," ucap Andi mengejutkan Soleh, Nanik, dan juga Iis.
"Oooh, ini Kapten Azka yang sering kamu ceritakan itu?" sahut Ayu, ibunda Andi yang sekarang sudah menjadi mertua Iis.
"Iya, Bu. Kapten Azka ini yang sudah membantu Andi masuk di kapal migas," terang Andi.
"Terima kasih, Nak Azka. Ya Allah, akhirnya bisa ketemu di sini ya? Terima kasih juga sudah bantu Andi masuk di kapal migas, saya tidak tahu bagaimana membalas kebaikan, Nak Azka," ucap Ayu bahagia sambil menyalami Azka.
"Sudah rejekinya Andi, Bu. Saya sekadar memberi jalan dan kebetulan waktu itu Andi langsung mengikuti saran saya," papar Azka merendahkan hatinya.
Hidup penuh dengan kejutan yang tidak terduga. Siap tidak siap, kita harus tetap menjalaninya.
#########
Jreng jreng!!!!😂😂😂
Masih ada kelanjutannya, belum beres ceritanya kenapa kok bisa begitu. Hahahahaha
Terima kasih yang sudah setia menunggu cerita ini up. Makasih juga untuk vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top