FOKUS PADA YANG PENTING
Setelah satu bulan lebih kapal tidak diizinkan berlayar, akhirnya setelah urusan selesai kapal diizinkan kembali berlayar. Semua mengucap syukur karena tidak ada korban dan kerusakan yang parah saat terjadi kandas waktu itu.
Ketika kapal sedang berlayar ke Padang Bai membawa menumpang dan muatan kendaraan dari Lembar, Zie dan Antoni berdiskusi di anjungan. Di sana ada juru mudi Firman yang berdiri di depan kemudi, Azka yang sedang dinas jaga, mengawasi radar serta alat navigasi lainnya, seorang masinis, dan markonis. Mereka mendengar percakapan Antoni dan Zie.
"Saya dan perusahaan tidak akan menghalangi siapa pun yang ingin keluar dari sini. Itu hak kalian, saya pribadi justru senang jika kalian bisa mendapatkan kapal yang lebih baik dari ini. Dengan arti, gaji yang lebih tinggi, kapal lebih besar. Lebih bagus lagi ... jika kalian bekerja selain di kapal feri. Biar pengalaman kalian banyak," ujar Antoni. "Chief, bukannya saya menahan kamu di sini, tapi kalau boleh, saya meminta waktu sampai mendapatkan penggantimu atau mualim untuk mengisi jabatan yang kosong. Minimallah, ijazah profesi ANT IV. Nanti biar Azka menggantikan posisimu. Bagaimana, Third?" tanya Antoni mengejutkan Azka.
Azka menatap Zie, meminta persetujuannya. Zie tersenyum lebar dan menganggukan kepala agar Azka menerima tawaran itu.
"Baik, Kap," sahut Azka senang.
Baru beberapa bulan dia menjabat sebagai Mualim III, kini dia diminta menjadi Mualim I. Memang itu sudah rizki Azka, doa orang tuanya yang tidak pernah putus.
"Baik, Kap. Saya akan menunggu dan menjalankan tugas saya seperti biasanya sampai kapal ini mendapatkan mualim baru untuk mengisi posisi yang kosong." Zie membuktikan loyalitasnya pada perusahaan yang sudah banyak membantu dia.
Antoni tersenyum bangga, dia menepuk bahu Zie.
"Terima kasih atas loyalitasmu, Chief," ucap Antoni senang memiliki anak buang yang berdedikasi tinggi dan setia seperti Zie.
"Sama-sama, Kap."
Jika Zie egois, dia bisa saja keluar saat itu juga. Tapi karena dia memikirkan banyak hal dan teman-teman yang lain, Zie harus bersabar sampai perusahaan mendapatkan mualim yang dibutuhkan kapal itu.
***
Minggu berganti, satu per satu mualim yang dibutuhkan pun naik ke kapal. Azka dan mualim baru melakukan sijil ke syahbandar. Setiap naik jabatan atau bekerja di kapal baru, awak kapal wajib melakukan sijil atau disebut juga monsterol, yaitu daftar yang berisi nama-nama perwira kapal dan anak buah kapal. Sijil awak kapal dibuat rangkap dua dimuka pegawai pendaftar awak kapal yaitu pegawai kesyahbandaran. Lembar pertama untuk pegawai pendaftar atau syahbandar dan lembar kedua untuk nakhoda kapal.
Azka merasa sedih, dia akan kehilangan sosok kakak sekaligus teman baik yang selama ini sudah banyak membantunya. Dia membantu Zie membereskan barang-barangnya, kamar itu akan Azka tempati selepas kepergian Zie.
"Bang, kalau ada waktu telepon ya? Jangan sampai putus silahturahmi kita," ucap Azka takut jika Zie akan melupakannya setelah dia bekerja di kapal lain.
Zie tertawa lepas, dia menepuk bahu Azka.
"Aku bukan tipe orang seperti itu. Saat kita menjadi taruna, tidak pernah kan kita diajarkan egois? Seorang pelaut itu solidaritasnya kuat, mereka akan saling membantu dan di mana pun berada, meskipun di tengah laut sekalipun, sesama pelaut akan saling mengulurkan tangan membantu pelaut yang lain. Kamu tenang saja, Azka. Kalau di sana ada posisi kosong, Insya Allah aku akan kabari kamu. Syukur-syukur kamu dapat kapal yang lebih bagus dariku. Kapal migas mungkin! Sulit masuk di sana, karena itu termasuk kapal negara. Yang pasti semua akan terjamin, bertekadlah masuk ke sana, Ka," ujar Zie memberi dorongan dan dukungan.
"Iya, Bang. Doakan ya?"
"Yang terpenting sekarang kamu fokus dulu sama rencana awal. Nabung buat ambil ijazah ANT II, bantu biaya Dion sekolah, syukur bisa nabung juga buat siap-siap kuliahin Dion. Jangan mikir macem-macem dulu, fokus pada hal yang penting," nasihat Zie menepuk-nepuk punggung Azka yang membungkuk memasukkan pakaian Zie ke koper.
"Iya, Bang. Insya Allah, doanya saja biar semua berjalan sesuai rencana."
"Harus punya tekad kuat, jangan goyah karena godaan wanita. Godaan pria itu berat. Tahta, wanita, dan harta. Tergoda satu saja di antara tiga itu, habis sudah cita-citamu, Azka."
Azka tersenyum mengangguk, "Iya, Bang. Insya Allah, aku bisa mengambil ijazah profesi tepat waktu."
Zie mengangguk, menepuk bahu Azka, menyetujui ucapannya. Mereka pun melanjutkan beres-beres, memasukkan barang-barang Zie ke koper.
***
Bulan berganti, meskipun sudah tidak ada Zie tapi Azka masih punya banyak teman di sana. Sikapnya yang rendah hati, baik, dan tidak semenang-menang, membuat teman-temannya menyukai dia.
Ketika kapal berlayar dari Lembar ke Padang Bai, di tengah pelayaran hujan deras. Ombak tinggi sampai beberapa penumpang mabuk laut.
"Chief!" panggil Mahmud ketika Azka sedang membersihkan genangan air sisa hujan tadi di samping ruang penumpang.
Azka menghentikan kegiatannya, penumpang tidak ada yang tahu jika Azka adalah salah satu perwira kapal itu. Karena dia memakai pakaian bebas dan sedang tidak bertugas.
"Ke mana kelasinya? Kok Chief yang membersihkan?" tanya Mahmud ingin meminta floor squeegee, serok air yang bawahnya karet memiliki gagang panjang.
Azka menahan floor squeegee-nya, menolak Mahmud menggantikan.
"Kelasi yang lagi jaga sibuk ngurusin penumpang. Banyak yang mabok tuh!" jawab Azka melanjutkan menyerok genangan air agar tidak mencelakakan penumpang.
"Owalaaaah. Tinggal saja, Chief. Biar aku sama Paul yang bersihin."
"Kalau kamu mau bantu, keringkan sisi yang sama saja," tunjuk Azka sisi lambung yang satunya.
Mahmud pun mengangguk lantas pergi mencari floor squeegee. Azka meneruskan pekerjaannya, sampai sebuah panggilan kembali menghentikan.
"Chief!"
Azka menoleh. Didik seorang kelasi berlari ke arahnya.
"Kenapa, Dik?" tanya Azka setelah Didik sampai di hadapannya.
"Itu, Chief Azka dipanggil Kapten. Beliau menunggu di kamarnya."
"Oh, oke. Mmm... Dik, ini tolong lanjutkan ya?" pinta Azka memberikan floor squeegee-nya pada Didik.
"Oke, Chief. Siap!"
"Makasih, Dik," ucap Azka menepuk bahu Didik sekali lantas melenggang ke kabin menuju kamar Antoni.
Sampai di depan pintu kamar nahkoda, Azka mengetuk pintunya. Tak menunggu lama Antoni pun membukakan pintu.
"Masuk, Chief," ajak Antoni membuka pintunya lebar.
"Iya, Kap." Azka masuk lantas duduk di sofa setelah Antoni memintanya.
Antoni mengambil sesuatu dari laci meja kerjanya. Ia pun duduk di sebelah Azka.
"Ini surat cuti kamu, Chief. Sekalian uang sakunya," ujar Antoni memberikan amplop cokelat.
"Alhamdulillah," ucap Azka dengan berbinar. "Makasih, Kap," timpal Azka menyalami Antoni.
"Iya, memang sudah waktunya kamu cuti. Hampir dua tahun ya Chief, kamu nggak pulang?"
"Iya, Kap."
"Cuti kamu cuma tiga Minggu loh, Chief. Jadi jangan sampai molor sampai di sini ya?" pesan Antoni menepuk bahu Azka.
"Siap, Kap! Kalau begitu saya keluar dulu," pamit Azka.
Antoni mengangguk dan tersenyum lebar. Bahagianya hati Azka setelah hampir 2 tahun ia tidak pulang, akhirnya dia memiliki waktu bertemu dengan keluarganya. Ia tak sabar ingin melihat raut wajah bahagia Ratmi dan Dion. Azka juga ingin berkunjung dan membuktikan pada keluarga Iis, jika saat ini dirinya sudah bisa diandalkan.
##########
Ciyeeeee asyiiiiiikkkkk, Mas Azka mau pulang. Aku tak siap-siap dulu ke salon, mau smoothing rambut terus mau cabut bulu juga. 😂😂😂😂
Tak tunggu kedatanganmu, Mas Azka. Love you...😘😘😘😘
Terima kasih untuk vote dan komentarnya. Love and Miss you all. 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top