Part 16
Pangeran Edward berdiri di depan kamar yang kini dihuni oleh Rebecca. Para pengawal dan pelayan di sana kebingungan dengan apa yang dilakukan 'Pangeran Edward' mereka.
"Pangeran Edward, Anda tidak akan masuk?" Paul menyadarkan tuannya sebelum semakin banyak pelayan menyadari kegelisahan Edward.
"Apa Putri Rebecca sudah bangun?" tanya Pangeran Edward.
Dia sedari tadi tidak bisa bekerja dengan tenang, bahkan konferensi persnya dipersingkat karena pikirannya ada pada Rebecca yang kini berada dalam istana Putri Christine. Dia tidak bisa meninggalkan putrinya di sana sendirian.
Pangeran Edward selalu bertanya-tanya apa yang tengah dilakukan Rebecca. Apakah anaknya tengah menangis ketakutan karena berada di tempat yang sangat asing bagi dirinya?
"Tuan Putri Rebecca sedang uring-uringan karena ponselnya masih disita Putri Christine," jelas salah satu pelayan.
Pangeran Edward memasuki kamar Rebecca. Dia menelisik sekeliling ruangan Rebecca. Memastikan tidak ada senjata tajam atau apapun yang akan membahayakan Rebecca.
"Rebecca," panggil Pangeran Edward lembut.
Rebecca menyembunyikan wajahnya di balik selimut, dia tidak tahu siapa yang memanggilnya seperti itu. Rebecca tidak ingin bertemu dengan siapapun. Kata papanya, jangan berbicara dengan orang asing.
"Apa Papa Erick dan Mama Valeria memperlakukanmu dengan baik di sana Nak?"
Rebecca terdiam sejenak, perasaan hangat menjalar di hatinya mendengar lelaki itu memanggilnya 'Nak'. Sepertinya lelaki itu begitu kenal baik dengan keluarganya. Siapa lelaki ini?
Rebecca membuka selimutnya, ada kilat terkejut mendapati Pangeran Edward ada di kamarnya. Rebecca menatap Pangeran Edward menelisik, matanya seperti berbinar saat mendengar nama orang tuanya disebut.
"Anda mengenal orang tua saya, Pangeran?"
Rebecca menatap Pangeran Edward menuntut penjelasan. Rebecca bahkan tanpa takut berjalan ke arah Pangeran Edward.
'Seperti ibunya,' batin Pangeran Edward.
Tanpa sadar Pangeran Edward menitikkan air matanya, dia tidak percaya putrinya berada di hadapannya. Dia tidak tau harus berbuat apa untuk putrinya.
"Anda mengenal papa dan mama saya?" tanya Rebecca mengulangi pertanyaannya lagi.
Pangeran Edward mengelus pipi Rebecca, lelaki itu langsung memeluk Rebecca dengan erat.
'Maafkan Papa, Rebecca. Papa adalah ayah yang buruk hingga membuatmu masuk ke sini.'
Paul memberi tanda semua pelayan dan pengawal keluar.
"Maaf," ucap Pangeran Edward menyadari kebingungan Rebecca.
Pangeran Edward melepaskan pelukannya, dia menghapus air matanya.
"Bolehkah saya tahu, mengapa saya di sini?" tanya Rebecca dipenuhi rasa penasaran yang luar biasa dalam benaknya.
"Percayalah denganku, bertahanlah lebih lama di sini. Kita akan memenangkan pertarungan ini," jawab Pangeran Edward semakin membuat Rebecca kebingungan.
Lelaki itu mengelus lembut kepala Rebecca, dan tersenyum.
"Tenangkan dirimu, bersikaplah dengan baik di sini. Jangan percaya siapapun di istana ini," pesan Pangeran Edward.
"Bisakah aku menghubungi keluargaku?" pinta Rebecca dengan tatapan memohon.
Keluarganya pasti sangat mengkhawatirkan dirinya.
"Tidak sekarang, Sayang." Pangeran Edward menepuk lembut bahu Rebecca.
Pikiran Rebecca semakin meliar ketika Pangeran Edward memanggilnya sayang. Apakah lelaki itu berniat menjadikannya selir? Pangeran Edward berbalik, berjalan meninggalkan Rebecca. Namun langkah Pangeran Edward terhenti saat Rebecca memegang tangannya.
"Mereka pasti mengkhawatirkanku. Setidaknya, bisakah Anda mengatakan padanya aku baik-baik saja?"
Pangeran Edward tidak mampu menahan diri lebih lama lagi bersama Rebecca. Rebecca tumbuh menjadi anak yang sangat baik dan berbakti dengan orang tuanya. Bahkan saat dia mengetahui dirinya dibawa ke istana ini dia masih memikirkan perasaan orang tuanya.
"Bantu Putri Rebecca mempersiapkan diri, kita akan makan malam satu jam lagi," ucap Pangeran Edward meninggalkan Rebecca di sana sendirian dengan ratusan pertanyaan di kepalanya.
Rebecca menatap kepergian Pangeran Edward dengan matanya memicing penasaran. Sebenarnya apa yang tengah terjadi sampai dirinya bisa sampai di Istana Kerajaan France.
Empat pelayan langsung masuk ke dalam kamar Rebecca. Mereka mulai memilih baju untuk Rebecca. Mempersiapkan Rebecca untuk bertemu Putri Christine dan Pangeran Edward.
Rebecca tidak menyuarakan apapun, dia masih bingung dengan keadaannya sekarang. Dia tidak tau bagaimana dia akan keluar dari istana itu. Dan dia juga tidak tau apa yang akan terjadi dengannya nantinya.
Ruang makan istana Putri Christine dan Pangeran Edward.
Makanan sudah siap, Nona Soora mempersilahkan Putri Christine dan Pangeran Edward untuk duduk.
"Di mana Putri Rebecca?" tanya Pangeran Edward pada Nona Soora.
"Putri Rebecca sedang dalam perjalanan ke mari," jawabnya.
Putri Christine mengamati hidangan malam hari ini.
"Soora, apa kamu sudah mempersiapkan makanan favorit Putri Rebecca?" tanya Putri Christine mengkhawatirkan jika Rebecca kemungkinan tidak bisa makan hidangan khas kerajaan.
"Tentu Tuan Putri, kami menyiapkan rendang kering kesukaan Putri Rebecca sesuai resep Indonesia," jawab Nona Soora tersenyum.
"Putri Rebecca telah tiba." Pengawal kerajaan melapor kepada Pangeran Edward dan Putri Christine.
Christine mempersilahkan Rebecca masuk.
"Tuan Putri, kenapa Anda malah bersembunyi di balik pintu?" tanya pelayan menahan senyumannya.
"Ke mari Rebecca." Putri Christine memanggil Rebecca.
Rebecca merapikan roknya, dia menghela napasnya untuk menetralkan detak jantungnya. Dia merasa tidak enak memakai setelan baju biasa untuk menghadap keluarga kerajaan. Rebecca sengaja, siapa tahu setelah ini dia diusir dari sana.
"Duduk!" Putri Christine memerintah lagi.
Dengan takut-takut Rebecca duduk di hadapan Putri Christine.
"Kamu harus membiasakan diri bertemu denganku mulai sekarang Sayang."
Rebecca menatap Putri Christine, dirinya merinding mendengar kalimat yang Putri Christine ucapkan kepadanya. Membiasakan diri katanya?
"Kenapa?" Rebecca bertanya alasannya.
"Silahkan menikmati makan malam anda Putri Becca."
Nona Soora mengambilkan piring untuk Rebecca.
"Aku tidak mau makan," ucap Rebecca membuat Pangeran Edward dan Putri Christine menatapnya.
Pangeran Edward mengerutkan keningnya.
"Kenapa? Kamu tidak suka makanannya? Aku akan menghukum mereka yang membuat makanan ini," tanya Pangeran Edward khawatir.
"Aku tidak suka di sini," ucap Rebecca menekan kata 'di sini'.
Rebecca berdiri dengan kasar hingga kursinya mengeluarkan suara yang cukup keras.
"Inikah didikan Valeria?" tanya seseorang yang baru datang.
Mereka semua menunduk hormat, dia Kaisar France. Putri Christine dan Pangeran Edwad terbelalak melihat Kaisar France datang ke istana mereka.
"Bawa Putri Rebecca ke kamarnya, antarkan juga makanan untuknya," ucap Putri Christine diangguki Soora.
Soora menggandeng Rebecca keluar ruangan, namun Rebecca terhenti saat berada di hadapan Kaisar France.
"Mama mengajariku dengan baik, Kaisar France," ucap Rebecca lalu menunduk hormat sebelum meninggalkan Kaisar France di sana dengan ekspresi tak terbaca.
Putri Christine memejamkan matanya, bagaimana mungkin tidak ada pemberitahuan ayahnya akan dagang ke istananya.
"Ayah, kenapa Ayah ke mari?" Putri Christine tersenyum menyapa ayahnya.
"Aku mendengar putri kerajaan ini telah datang. Aku ingin melihatnya, kabarnya dia membuat keributan saat pertama kali datang ke sini," ucap Kaisar France membuat Putri Christine dan Pangeran Edward seakan berhenti bernapas.
"Putrimu sangat cantik Pangeran Edward, tidak salah kabar kecantikannya menyebar ke seluruh penjuru istana." Kaisar France tersenyum ke arah Edward, tidak itu bukan senyuman biasa. Itu seperti senyuman devil yang tengah mengancam.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top