19. Kisah Crassulacea


Fakta bahwa penyerang Crassulacea berhasil masuk tanpa diketahui siapa pun telah mengubah Istana Faranfareza menjadi sebuah benteng. Keamanan diperketat ke level darurat, sekarang mustahil keluar masuk tanpa ketahuan.

Alfred uring-uringan karena dia merasa kecolongan. Setiap kali membahas topik Mark L'alcquerine, si perdana menteri memicing seolah matanya kelilipan dan langsung mendadak galak. Bukan hanya Alfred yang meradang, George juga. Elisa mengamati kalau sang raja lebih sering berbisik-bisik memberi perintah lewat interkom kepada para pengawal. Janesse juga tidak senang dengan kejadian-kejadian ini. Dia termasuk yang paling ingin tahu soal Mark L'alcquerine dan mengapa bisa mantan narapidana semacam itu berkeliaran di Calondria.

Elisa yakin yang tahu jawabannya adalah Ratu Raquelle. Tapi Prime Celestine juga tak mau membahas masalah penyerangan itu. Dia sibuk bolak-balik ke rumah sakit dan hanya memberi jawaban-jawaban singkat kalau ditanya tentang apa yang terjadi pada Crassulacea. Tapi desas-desus sudah beredar di kalangan pelayan: Craz dihajar dengan kandil lilin dari kamarnya dan dahinya robek.

Yang paling menderita akibat semua itu adalah Eugene. Respon para Valione langsung berubah dingin terhadapnya. Nyaris mustahil mencoba menjelaskan bahwa Eugene berbeda dengan Edward, karena semua orang kini menganggap Eugene mewarisi darah penjahat yang dimiliki ibu, saudara kembar dan ayahnya.

Elisa mencoba membesarkan hati Eugene, tapi sahabatnya itu tetap muram. Dia langsung menegang setiap kali ada yang menyebut soal Mark L'alcqurine.

Meski begitu, rencana George tidak berubah. Besok Eugene akan dilantik, dan jika dia berubah pikiran akibat segala tekanan ini, sekarang saatnya Elisa bicara. Namun Elisa kesulitan mencari waktu yang tepat untuk bicara. Selain huru-hara yang ditimbulkan keluarganya, Eugene juga harus memikirkan berbagai macam hal, mulai dari tata krama konyol soal peralatan makan hingga peraturan memberi hormat.

Hari ini Elisa menawarkan diri untuk menemani Eugene ke rumah sakit. Edward masih dirawat karena kelelahan. Penjara telah melemahkan fisik Edward.

Mereka berjanji untuk bertemu di garasi (Elisa tak bisa menolak ketika Jo mengusulkan limusin) jadi Elisa turun ke sana ditemani Kitty yang sekarang tak henti mengekornya ke mana pun dia pergi. Meski Elisa menganggap dirinya tak mungkin diserang, George tak mau mengambil risiko.

Di depan elevator, Kitty menyerobot masuk saat pintunya terbuka.

"Hei, kau buru-buru sekali," pekik Elisa. Kitty baru saja menabrak bahunya. "Ini hanya elevator."

"Aku tahu," balas Kitty. "Tapi siapa saja bisa bersembunyi di dalam sini. Seorang pria gila bersenjata kandil, misalnya."

"Dan seandainya aku diserang, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku bisa bela diri. Aku terbiasa hidup di jalanan."

"Di jalanan?"

"Ya. Kau tentu tak mengira aku bebas berkeliaran setengah telanjang seperti ini tanpa sanggup mempertahankan diri, bukan?"

Kitty tak pernah bercerita tentang masa lalunya, tentang apa pekerjaannya sebelum menjadi lady's maid. Elisa tak pernah berani bertanya-tanya karena dia takut dianggap lancang. Eugene bercerita kalau Jo juga tak pernah menyebut-nyebut masa lalunya. Mereka berdua pernah mencoba menebak-nebak. Eugene menebak kalau Kitty sebelumnya adalah pembunuh bayaran, sementara Elisa yakin kalau Jo dulunya tukang kebun.

Mereka keluar di lantai dasar dan berjalan menuju garasi di bagian belakang. Suasana istana tampak lengang dan agak mencekam. Elisa merasa aneh karena dia terbiasa melihat para pelayan lalu-lalang atau Alfred yang mondar-mandir sambil mengomeli George.

"Aku benci rumah sakit," gerutu Kitty pelan.

"Kau tak harus ikut kok," hibur Elisa, meski dia tahu tak ada gunanya. "Aku tahu kau tak punya pilihan. Kau bisa menunggu di luar nanti."

"Aku tetap tak suka tempat itu," jawab Kitty sebal. "Apalagi untuk menjenguk Edward L'alcquerine. Aku merasa dia tak layak mendapat kunjungan apa pun."

"Dia sakit, Kitty."

"Kita nggak tahu soal itu," Kitty ngotot. "Bisa saja dia berpura-pura."

"Tapi Edward sudah diperiksa dokter. Katanya dia dehidrasi."

"Edward datang kemari empat tahun lalu bersama ibunya. Penduduk Calondria menyambutnya. Tahu-tahunya dia menggulingkan tahta dalam dua minggu," lanjut Kitty. "Kita baru saja menyaksikan contoh lainnya. Prime Celestine mengajak si Mark L'alcquerine kemari untuk bertemu putranya, dan lihat apa yang terjadi pada Craz yang malang. Mereka orang-orang busuk yang tak bisa dipercaya, Elisa."

"Kita tak tahu apakah Mark L'alcquerine yang betul-betul melukai Craz."

"Kau ada di sana waktu itu," tuntut Kitty tajam. "Kau melihat kejadiannya. Kau bilang kau sampai kehilangan selera pada supmu gara-gara ceceran darah itu."

"Ya, aku memang melihatnya tapi aku tak menyaksikan penyerangan itu," kata Elisa adil. Sebagai saksi mata malam itu, beberapa pelayan wanita samar-samar mencoba menginterogasi Elisa, tapi dia selalu menjawab sesuai apa yang dilihatnya. "Lagipula memang sedari awal aku menganggap sup itu aneh."

"Kau terlalu baik pada si Mark L'alcquerine ini."

"Aku hanya tak mau berprasangka macam-macam," kata Elisa. "George juga bilang begitu. Kita tak tahu apa yang betul-betul terjadi sampai kita menangkap pelaku penyerangan itu. Bisa jadi bukan Mark pelakunya."

Tepat ketika Kitty baru mendengus melecehkan, sebuah seruan muncul dari dalam dapur.

"PANGGIL DIA SEKARANG JUGA! INI FITNAH!"

Elisa hampir menabrak sebuah pilar batu. Seorang wanita muda yang dikenal Elisa sebagai asisten pribadi Ratu Raquelle keluar terbirit-birit dari dapur, wajahnya pucat pasi.

"Tidak sekarang!" pekik si asisten panik. "Dia sedang marah besar!"

"Kami tidak—"

Sebelum Elisa menyelesaikan kalimatnya, si asisten sudah kabur menghilang.

"Selamat pagi, Santionesse Harris."

Ratu Raquelle berdiri di depan gerbang dapur. Tangannya mencengkeram koran. "Maaf jika Anda terpaksa mendengar teriakan saya barusan. Beberapa orang di Calondria punya selera humor yang payah dan saya tidak mengapresiasinya!"

Prime Celestine meremas koran itu dan menghempaskannya ke lantai dengan geram. Di halaman depannya ada foto Crassulacea—tapi sepertinya itu foto lama karena si wanita gipsi tampak lebih waras. Judulnya dalam Bahasa Camish tapi Elisa menebak itu berita tentang penyerangan kemarin malam.

"Saya harap Anda tidak terganggu dengan insiden pada jamuan makan malam itu. Seharusnya itu akan jadi acara yang menyenangkan buat Eugene dan Anda sebagai tamu kami. Tapi tak ada yang menduga Craz akan diserang seperti itu."

"Apa Anda juga berpendapat pelakunya adalah Mark L'alcquerine?" tanya Elisa hati-hati.

"Aku tak meragukan bahwa Mark masih ingat denah istana ini. Tapi kemunculannya di ruang bawah tanah itulah yang membingungkanku," kata Ratu Raquelle misterius. "Dia dan Craz punya hubungan yang..." tangan Ratu bergerak-gerak selagi dia mencoba mencari istilah yang tepat "Tak biasa. Tapi saya pastikan hal seperti itu tak akan terjadi lagi. Beberapa tahun lalu istana memang pernah sekali kebobolan sekali, tapi ceritanya agak berbeda." Mata Ratu melebar. Dia menarik napas, sepertinya hanyut dalam peristiwa masa lalu. Lalu tiba-tiba dia tersenyum lebar dan berseru. "Eugene!"

"Halo, Bibi Raquelle!"

"Ah!" pekik Ratu Raquelle girang. "Akhirnya kau memakai sebutan yang tepat untukku. Kau akan pergi bersama Santionesse Harris?"

"Ya. Kami akan ke rumah sakit. Aku ingin memberitahu Ma dan Edward soal acara besok."

"Kuharap mereka tak iri padamu."

"Mereka senang," kata Eugene kurang yakin. "Mereka kelihatan antusias soal pelantikan itu. Mereka bilang mereka ingin datang. Tapi...."

Dia terdiam. Suasana berubah canggung.

"Tentu saja mereka senang. Samantha harusnya bangga padamu," kata Ratu Raquelle, sedikit memaksa. "Apa Edward sudah pulih dari penyakitnya?"

"Dia sudah baikan. Bagaimana dengan Crassulacea?"

"Dia..." wajah Ratu Raquelle tampak murung. "Akan baik-baik saja."

"Dia akan pulih," kata Elisa optimis.

"Kurasa sebaiknya aku juga ke rumah sakit untuk menjenguk Crassulacea," kata Ratu Raquelle tiba-tiba. "Kalian tidak keberatan aku bergabung?"

"Tidak," kata Eugene dan Elisa bersamaan. Kitty berdeham tak nyaman.

"Bagus sekali," Ratu Raquelle tersenyum puas. "Lady Cosette, bisa tolong beritahukan pada Louisa, sekretarisku soal perubahan rencana ini? Kami akan menunggu di Pretory Hall."


...

Rumah Sakit Umum St. Peregrine terletak di Obsycus dan punya fasilitas yang cukup lengkap. Di rumah sakit, Elisa menjumpai lebih banyak orang-orang yang berbicara bahasa Prancis. Sepertinya sebagian besar pekerja disitu diimpor dari Prancis dan Belgia.

Edward ditempatkan di sebuah kamar khusus yang terpisah dengan kamar para pasien lainnya. Elisa tidak bisa masuk ke sana. Protokol penahanan masih berlaku untuk Edward meskipun dia di rumah sakit, jadi hanya Eugene yang bisa menjenguknya. Akhirnya Elisa tak perlu repot-repot mencari alasan untuk tidak menjenguk Edward, dan memilih menemani Ratu Raquelle ke ruangan Crassulacea.

Kamar si wanita sinting letaknya juga terpisah, di bagian khusus rumah sakit. Kamar itu berukuran tiga kali lebih besar dari kamar pasien lainnya dan lebih mirip sebuah apartemen kecil. Papan nama di pintunya berbunyi Royal Care, artinya hanya keluarga kerajaan yang diizinkan dirawat di situ.

Ketika mereka masuk, Crassulacea sedang duduk di dekat jendela yang menghadap taman. Tanpa jubah hitam, penutup kepala dan kalung manik-manik, dia kelihatan sangat berbeda.

"Prime Celestine," sapanya. Dia menoleh menatap Elisa. "Dan Santionesse Harris."

"Apa kabar?" sapa Elisa. "Anda sudah baikan?"

Crassulacea mengangguk dan tersenyum lemah. Kepalanya diperban. Dari balik perban itu, beberapa jumput uban yang bercuatan keluar seperti kawat, membuat wanita itu kelihatan cukup sinting.

"Eugene ada di sini, menjenguk Edward," kata Ratu Raquelle. Dia duduk di sofa dekat meja makan.

"Samantha tak ada di sini," kata Crassulacea misterius.

"Aku tidak tahu," kata Ratu Raquelle. "Tidak sempat mengecek."

"Bukan. Aku memberitahumu, Raquelle," kata Crassulacea. "Dia sudah kembali ke penjara tadi pagi."

Ada jeda hening yang cukup lama. Elisa mengambil sebuah majalah dan membuka-bukanya, berpura-pura tertarik. Dia bertanya-tanya, apa sih yang kulakukan di sini?

"Anda tidak harus kembali ke Prancis, Santionesse Harris," kata Crassulacea.

"Soal itu...." Bagaimana Crassulacea bisa tahu? "Cuti saya sudah habis dan atasan saya sepertinya tak akan berbaik hati menambahnya."

"Bukan," kata Crassulacea dengan datar. "Saya memberitahu Anda. Tidak perlu kembali ke Paris."

Ratu Raquelle mengangkat kepala dan menatap Elisa.

"Saya..." entah apa maksud senyuman itu. "Saya harus kembali."

"Banyak yang akan berubah jika Anda kembali," kata Crassulacea tak jelas. "Sama seperti Mark. Dia berubah ketika dia kembali."

Ratu Raquelle terkesiap. "Cessy, sebaiknya kau berbaring."

"Seharusnya aku tidak melakukan itu..." Crassulacea menggeleng, masih menatap taman seolah mencoba melebur kaca jendela dengan tatapannya. "Aku minta maaf. Semua itu salahku. Kalau saja waktu itu aku tidak jatuh cinta pada Mark...."

"CESSY!" pekik Ratu Raquelle terkejut. Dia tersenyum meminta maaf pada Elisa. "Kurasa Crassulacea lelah, Santionesse Harris. Kita biarkan dia beristirahat saja, bagaimana?"

"Samantha tidak akan berubah jadi seperti sekarang ini. Mark tak akan masuk penjara. Dan Robert akan hidup sampai hari ini."

"Cessy, dengar..." Ratu Raquelle menghampiri Crassulacea. "Kau tidak tahu—"

"Dan Eugene. Dia tak akan tinggal di panti asuhan."

"Stop! Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan! Stop!"

Tiba-tiba Crassulacea menghambur ke arah Elisa dan jatuh tersungkur di depannya. "Katakan pada Eugene, semua ini salahku! Seharusnya aku tak egois seperti dulu! Karena akulah dia mengalami semua kesusahan ini! Aku—"

"STOP, CESSY! STOP!"

"INI SEMUA SALAHKU!"

Crassulacea mulai meracau dan menangis. Ratu Raquelle membimbingnya ke tempat tidur. Wanita berseru-seru meminta maaf, tampaknya pedih sekali. Elisa betul-betul kebingungan.

"Prime Celestine, apa sebaiknya saya keluar?"

"Tetap di tempat Anda, Santionesse. Tolong."

Ratu Raquelle memencet tombol darurat dan semenit kemudian dua orang perawat masuk ke dalam kamar. Mereka mengobrol dengan Bahasa Camish. Crassulacea disuntik dengan sejenis obat – Elisa menebak itu obat penenang, karena beberapa menit kemudian, wanita itu langsung diam dan jatuh tertidur.

Ratu Raquelle menghampiri Elisa yang masih berdiri kebingungan. Dia mengusap rambutnya dan kelihatan lelah sekali. "Nah, Santionesse Harris, soal ini..."

"Saya akan merahasiakannya," sahut Elisa nyaris otomatis, sepenuhnya melupakan larangan Alfred untuk tidak memotong pembicaraan Celestine. "Saya tidak akan memberitahu siapa-siapa. Saya tahu Crassulacea tidak waras dan... dan..."

"Anda salah paham," kata Ratu Raquelle. "Dengar, sepertinya sekarang sudah terlambat. Saya akan menjelaskannya. Crassulacea bukannya gila, dia sama warasnya dengan Anda dan saya. Tapi sesuatu yang di luar dugaan terjadi dulu sekali, dan itu mengubahnya."

Karena tidak tahu harus merespon apa, Elisa hanya diam saja. Dia memang penasaran soal siapa sebenarnya Crassulacea, mengapa wanita itu tinggal di bawah tanah dan mengapa orang-orang menganggapnya sinting. Sepertinya Ratu Raquelle punya penjelasan yang masuk akal.

"Crassulacea adalah kakak iparku," kata Ratu Raquelle hati-hati. Dia melirik si wanita sinting yang sudah mendengkur lembut. "Dan nama aslinya bukanlah Crassulacea. Dia adalah Caecilia Wilhelmina Robert, kakak kandung dari Charles Alphonso Robert, ayah George, dan adik dari Catherine Samantha Robert-L'Alcquerine."

Rasanya ada bom yang meledak di kepala Elisa. Crassulacea adalah saudara kandung Raja Robert dan Lady Samantha?

"Tapi apa yang terjadi? Mengapa dia—dia... Bukankah seharusnya..."

"Menjadi ratu?" lanjut Ratu Raquelle lancar. "Cessy seharusnya menjadi ratu sebelum Robert. Tapi dia anak kedua dari tiga bersaudara, dan menurut urutan yang sebenarnya, Lady Samatha-lah yang seharusnya menjadi ratu karena dia anak paling tua. Semuanya baik-baik saja, sampai Cessy bertemu dengan Mark L'alcquerine."

Semuanya mulai terdengar tak masuk akal. "Mark L'alcquerine?"

"Mereka bertemu di Paris. Mark baru lulus dari sekolah sastra dan dia tergila-gila pada Cessy. Mereka memutuskan untuk menikah, tapi keadaannya mustahil waktu itu. Commes sedang membahas kemungkinan menghapuskan sistem patrialis di mana hanya pria yang boleh menduduki tahta Calondria, jadi Samantha punya peluang besar untuk jadi ratu. Namun menurut peraturan itu, Samantha harus punya seorang suami jika ingin menjadi ratu. Samantha belum menemukan pendamping dan akibatnya tak boleh ada anggota kerajaan lainnya di garis tahta yang menikah. Cessy tak bisa menikahi Mark. Tak ada yang tahu soal hubungan mereka berdua."

Kenyataan ini membuat Elisa bergidik ngeri. "Tapi bagaimana bisa Lady Samantha yang akhirnya menikah dengan Mark?"

"Karena Cessy mengalah," kata Ratu Raquelle. "Cessy tahu taruhannya terlalu besar bagi Samantha. Cessy merasa kakaknya berhak menjadi ratu, jadi dia memutuskan Mark dan pria itu tetap tinggal di Paris. Beberapa bulan kemudian, Samantha juga berkunjung Prancis. Sebuah peristiwa yang tak disangka terjadi, aku tidak tahu, tapi Samantha bertemu Mark di Paris. Sekembalinya dari Paris, Samantha memutuskan untuk menikah dengan Mark."

"Tapi bagaimana mereka bisa bertemu?" tanya Elisa ngeri. Itu kebetulan atau kesengajaan? "Apa Mark tahu kalau Samantha adalah kakak kandung Cessy? Apa dia sengaja mendekati Samantha karena ingin kembali pada Cessy?"

"Aku tidak tahu," jawab Ratu Raquelle lambat-lambat. "Ada indikasi seperti itu: Mark memanfaatkan Samantha untuk kembali pada Cessy, tapi Samantha tidak tahu. Atau bisa jadi itu betulan cinta. Sesuatu yang rumit terjadi di antara mereka berdua, dan mereka tetap menikah. Selanjutnya, hanya tinggal masalah waktu bagi Samantha untuk menjadi ratu. Sayangnya situasinya tidak semulus yang direncanakan. Commes gagal mengesahkan peraturan baru itu."

Kisah menakjubkan ini seolah membuka tirai yang selama ini menghalangi Elisa untuk memahami apa sebetulnya yang terjadi pada keluarga Eugene. Sebelumnya Elisa tak habis pikir, bagaimana mungkin Lady Samantha tega menyakiti adik kandungnya sendiri dan meninggalkan suaminya. Namun kini pemahaman itu memenuhi dirinya penuh-penuh, seperti oksigen.

"Pilihan Quinz Celestin jatuh pada Robert. Samantha tidak terima. Dia mencoba menggugat Commes, tapi itu tak ada artinya lagi, karena semuanya sudah terlambat. Anda lihat Santionesse Harris, inilah yang menjadi akar pahit dalam diri Samantha. Aku paham betul mengapa dia membenci Robert. Dia merasa Robert merampas apa yang seharusnya menjadi haknya. Tapi di Calondria, kami berada di bawah hukum dan Commes-lah pemegang kekuasaan tertinggi sebagai perwakilan rakyat. Kami tak bisa melakukan apa-apa."

Elisa mengangguk. Setelah mendengar cerita ini, dia sanggup membayangkan Lady Samantha sebagai seorang manusia, ketimbang tokoh jahat tanpa tedeng aling-aling yang biasanya hanya muncul di novel-novel. "Lalu apa yang terjadi pada Cessy?"

Ratu Raquelle menatap Crassulacea lagi dan menggeleng sedih. "Dia hancur. Bukan saja dia kehilangan pria yang dicintainya, tapi juga kakaknya. Samantha akhirnya tahu kalau Mark adalah mantan kekasih Cessy. Dia menuduh Cessy bersekutu dengan Robert untuk menggagalkannya menjadi ratu karena dia mengira Cessy dendam karena kekasihnya telah direbut dan tak lagi mempercayai Mark. Yang tak pernah Samantha tahu adalah, Cessy melakukan semuanya itu dengan sukarela. Sejak saat itu Cessy berubah, dia menjelma menjadi Crassulacea—sosok kurang waras yang selama ini dikenal orang-orang. Cessy mulai mengurung diri di bawah tanah. Mark L'alcquerine juga telah membuat pilihannya sendiri. Akhirnya Samantha terjebak dalam situasi yang malang itu, dan dia meragukan semuanya, termasuk keluarganya dan suaminya sendiri.

Samantha dan Mark pindah ke Prancis. Robert dan aku sudah memintanya berkali-kali untuk tetap tinggal di Calondria, tetapi benih pahit itu rupanya sudah tertanam terlalu dalam di hati Samantha. Dia hanya kemari sesekali, dan sejak pernikahan itu aku tak pernah lagi melihat Mark L'alcquerine, sampai beberapa minggu lalu dia sengaja menabrakan dirinya ke mobilku."

Ratu Raquelle berhenti dan semuanya jadi diam. Yang terdengar hanyalah irama dengkur Cessy yang lembut dan tenang, seperti napas kucing.

"Ini artinya..." Elisa mencoba merangkaikan yang baru saja didengarnya dengan apa yang terjadi pada Crassulacea. "Mark L'alcquerine tak mungkin menyerang Cessy. Mereka punya hubungan yang dekat. Lagipula, Cessy mengaku dialah yang membantu Mark kabur dari istana waktu itu."

"Aku sudah mencoba meyakinkan George," Ratu Raquelle tersenyum kecil. "Tapi dia tak mau mengambil risiko. Dia ingin menangkap Mark untuk menanyainya."

"Cessy sudah membantu Mark L'alquerine sekali. Bagaimana Cessy melakukannya?" tanya Elisa. Dia merasa segala sesuatunya akan jadi jelas, tak lama lagi. "Istana dikawal ketat sepanjang waktu."

"Ada sebuah jalan rahasia, Santionesse," kata Ratu Raquelle lambat-lambat. "Yang menghubungkan ruang bawah tanah Cessy dengan sudut terluar Obsycus lewat bawah danau. Tak banyak yang tahu soal jalan itu karena sudah ratusan tahun tidak digunakan, tapi Cessy ingat soal keberadaannya. Dulu, jalan rahasia ini dipakai oleh Synthania Thievanny dan Legomilan Aeruxan—pasangan yang mendirikan kerajaan Calondria—untuk melarikan diri dari musuh jika istana diserang. Empat tahun lalu saat Samantha melakukan kudeta, Janesse, Kitty, Jo, dan Hans membantu George kembali ke Faranvareza dan mengklaim kembali tahta Calondria menggunakan jalan itu."

"Janesse?" Elisa ternganga. "Kitty, Jo dan Hans?"

"Mereka aslinya adalah rakyat biasa yang berasal dari Rumania, Santionesse. Waktu itu George dipukuli sampai hilang ingatan dan dibuang oleh Samantha ke Bucharest. Sementara aku dan Robert dipenjara. Robby Brown seorang pemilik toko roti, dialah yang menemukan George. Janesse adalah putrinya. Mereka merawatnya hingga ingatannya pulih dan membantunya kembali ke Calondria. Andrea ikut membantu George kala itu. Sebagai ucapan terima kasih atas jasa mereka, George mengangkat Janesse, Kitty, Jo, dan Hans menjadi anggota kerajaan dan mengajak mereka tinggal di Faranvareza."

Elisa jadi teringat cerita Janesse saat mengunjungi penjara. Waktu itu Janesse menyebut soal "penduduk desa" yang membantu George melawan kudeta Lady Samantha. Ternyata Janesse-lah orangnya! Dan seharusnya Elisa juga bisa menebak sejak semula kalau Kitty bukanlah terlahir dari kalangan bangsawan.

"Berarti itulah jalan yang dipakai Mark untuk keluar masuk istana," kata Elisa yakin.

"Jalan itu sudah ditutup dan dijaga ketat sekarang. George tak menyangka kalau Cessy masih bisa mengakses jalan rahasia itu. Rupanya selama ini Cessy suka menyelinap keluar istana dan pergi ke pusat kota, menggunakan jalan itu. Itulah alasan mengapa dia pindah ke ruang bawah tanah. Kupikir Cessy terlalu malu untuk terlihat bersama dengan kami anggota keluarga kerajaan yang lain. Lewat jalan itu, Cessy tetap punya akses untuk berhubungan dengan dunia luar."

"Tapi mengapa Mark memutuskan untuk kembali ke istana?" Ini yang masih menjadi pertanyaan Elisa. Baginya, ayah Eugene itu terlihat seperti sosok abu-abu, yang bukan jahat tapi bukan juga baik. "Dia sudah kabur dan dia tak mungkin kembali hanya untuk memukul Cessy."

"Itulah yang dicemaskan George," kata Ratu Raquelle. "Tapi aku tetap tak percaya Mark berniat jahat. Aku sudah memberitahunya bahwa seluruh anggota keluarganya ada di Calondria. Mungkin Mark sadar dan memutuskan untuk kembali—entahlah."

Ratu Raquelle menarik napas lelah dan menundukan kepala. Elisa juga duduk terdiam, mencoba meresapi kisah luar biasa itu. Dia tak tahu siapa yang harus disalahkan, jika kejadiannya seperti itu maka Elisa merasa semua orang punya alasan kuat untuk marah dan menyimpan dendam.

"Jadi seperti yang kini sudah Anda ketahui, Santionesse Harris..." Ratu Raquelle menangkupkan tangannya di lutut Elisa. "Aku hanya ingin memperbaiki masa lalu dengan membawa Mark L'alcquerine kemari. Aku hanya mencoba mendamaikan hubungan yang sudah terlanjur beku. Namun sepertinya usaha itu sia-sia belaka."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top