1. JASMIN

JASMIN (The Hidden Assassin)


.


Ada sebuah parade. Di kota kecilku. Setiap tiga tahun sekali.

Semua orang memakai pakaian terbaik mereka. Para gadis menghias rambut dengan bunga melati. Para pria memakai tuxedo termahal yang mereka miliki dan para pemusik saling bersahut-sahutan memainkan alat kebanggaan mereka.

Ada sebuah parade. Di kota kecilku. Setiap tiga tahun sekali.

Ibuku selalu menggiring tamu-tamunya pergi ke balai kota. Ia menyediakan pakaian terbaik untuk para tamunya, agar mereka terlihat menawan seperti boneka marionet di opera.

Ibuku memegang kipas tangan yang berenda berwarna merah. Rambutnya dikeriting dan diwarnai coklat. Hiasan bunga melati dan bunga poppy ada di kepalanya. Riasan wajahnya juga lebih tebal daripada biasanya. Hm, ibuku bersolek seperti wanita pada umumnya. Cantik sekali.

Ada sebuah parade. Di kota kecilku. Setiap tiga tahun sekali.

Aku mengintip dari balik pintu rumah. Melihat barisan manusia dengan dandanan pesta menuju balai kota. Juga melihat pemain harmonika sedang meloncat-loncat seperti orang pincang tapi dengan raut bahagia sedang membunyikan nada-nada sumbang, sekaligus berusaha menggoda gadis-gadis cantik yang tak begitu peduli padanya. Ada juga anak-anak kecil seumuranku berlomba lari menuju balai kota dengan penuh semangat tanpa khawatir pakaian mereka akan kotor karena keringat.

Aku masih mengintip, dari balik pintu rumah. Ketika suara lonceng dari balai kota dibunyikan tiga kali.

TENG!


TENG!


TENG!

Suaranya tidak jernih. Sangat mengganggu dan berisik. Tapi semua orang malah bersorak kesenangan.

Kata mereka, saat lonceng dibunyikan, saat itulah dewa mereka turun dari langit. Maka, dengan kebanggaan yang mereka miliki, orang-orang itu pun menyerahkan patung lilin kepada Sang Dewa.

Patung lilin terbaik, akan diletakkan di dalam peti. Peti besar dengan ukiran bunga poppy juga duri mawar. Sangat tidak nyambung. Aku masih tidak paham kenapa ukiran di peti harus bunga poppy dan duri mawar. Tapi, mereka bilang, Sang Dewa menyukai ukiran itu. Hm, jadi kurasa itu merupakan hal yang bagus jika dewa menyukainya.

Setelah meletakkan patung lilin di dalam peti. Semua orang akan berdoa kepada Sang Dewa. Mereka menggenggam setangkai bunga poppy sebagai penghormatan, dan mereka pun bernyanyi.

Sampai saat ini, aku tak begitu paham mengapa mereka menyanyikan sebuah lagu untuk Sang Dewa. Padahal Sang Dewa tidak suka musik. Sang Dewa juga tidak suka bunga poppy. Dasar aneh.

Akhirnya, setelah orang-orang itu bernyanyi. Petir pun menyambar-nyambar di langit. Semua orang percaya bahwa petir itu berasal dari Dewa mereka. Kasihan. Mereka tidak tahu, bahwa petir-petir kala itu adalah perlambangan dari iblis yang sedang berpesta.

Patung lilin yang mereka persembahkan pun hangus terbakar karena petir, beserta petinya. Dan orang-orang itu pun bersorak kembali. Tertawa-tawa, menari-nari, melompat, meminum anggur, memakan coklat. Sepanjang malam. Disertai musik yang tidak indah juga aroma napsu yang menggelikan.

Kasihan. Iblis telah membuatakan mata mereka.

Aku pun menutup pintu ketika semua orang sudah tergeletak di pagi hari. Sudah tidak ada parade yang bisa kulihat.


Tiga tahun lagi, aku akan menyaksikan parade itu kembali. Dan kuharap patung lilin yang mereka persembahkan lebih nikmat dari tahun ini. Sehingga aku bisa memberikan petir yang lebih terang hingga mampu membakar habis mereka semua.


.


END


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top