Bab 7 Penculikan

Sejak pulang dari rumah Cheryl, sikap Gretha sedikit berubah. Dia jadi pemurung dan sering melamun saat kuliah berlangsung. Baik Amanda maupun Layla, tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Gretha. Namun, tidak ada seorang pun yang berusaha bertanya. Terkadang, mereka melihat kalau Gretha ingin mengatakan sesuatu, tapi selalu batal. Entah apa yang membuatnya urung memberi tahu mereka.

Hari ini tepat seminggu Gretha bersikap seperti itu. Dia sendiri sebenarnya tengah memikirkan isi surat pribadi Cheryl. Berusaha menggali dalam ingatannya, tapi sia-sia saja. Semua akan berakhir tanpa hasil dengan kepala terasa sakit. Sejenak dia bimbang, apakah tetap berusaha mencari tahu atau berhenti dan menyerah.

Dia meraih ponsel dan membuka galeri. Melihat foto isi surat itu, sementara surat aslinya sudah dibakar dan dihancurkannya. Mencermati kata demi kata untuk mencari petunjuk di dalamnya.

Untuk sahabatku tersayang, Grenasha Calistha Aubryne.

Maaf, Gie, tapi aku harus menghilang untuk sementara waktu. Jangan khawatir! Aku tidak akan meninggalanmu karena aku sendiri tidak pergi ke mana-mana. Mataku tetap mengawasimu dari tempat tersembunyi. Jangan mencoba mencariku karena itu akan membahayakan nyawamu.

Sebenarnya, aku hendak mengatakan semuanya secara jujur, tapi ada seseorang yang melarangku. Dia adalah malaikatmu yang asli, Gie. Kalau kamu memang tidak ingat, jangan memaksakan diri. Carilah jawabannya secara perlahan. Jalani semua seperti biasanya dan tetaplah menjadi Gie yang kukenal. Kamu tidak sendiri karena aku dan dia akan selalu ada untuk melindungimu.

Salam sayang, Cheryl Almanza Dewald.

NB: Apakah aku boleh memanggilmu 'Jenny'?

Gretha memijat pangkat hidungnya. Helaan napas lolos setelah selesai membaca surat itu entah untuk yang keberapa kalinya. Dia benar-benar tidak tahu harus memulai mencari jawaban dari mana. Air mata tiba-tiba terasa menggenang di kedua matanya.

Ting!

Suara notifikasi yang masuk mengalihkan perhatiannya. Dia membuat chat yang masuk. Ada kehangatan yang ragu membaca pesan yang berasal dari Jason. Pemuda asing yang menjadi malaikatnya itu perlahan masuk ke kehidupannya. Dia sama sekali tidak bisa menolak karena dirinya seperti membutuhkan kehadiran Jason.

[Jason: Gie, mau makan es krim?]

[Grenasha C. A.: Boleh. Aku pulang pk. 3 sore.]

Setelah membaca pesan itu, dia meletakkan kembali ponselnya dan menatap ke depan. Mendengarkan penjelasan dosen perempuannya dengan ekspresi malas. Baru saja pikirannya hendak kembali tenggelam, getar yang terasa kembali mengusik perhatiannya. Dia meraih ponsel dan membuka pesan yang masuk.

[Unknown number: I you want Cheryl stay alive, meet us on the street behind your campus ALONE.]

Dahinya mengernyit membaca pesan itu. Jantungnya berdegup kencang. Dia tidak mau percaya, tapi Cheryl sudah menghilang lebih dari seminggu dan tanpa kabar. Rasa takut pun menelusup ke dalam hatinya. Dia membalas pesan itu singkat.

[Grenasha C. A.: Who is this?]

Namun, ditunggu sampai berapa lama, tidak datang balasan dari nomor asing itu. Dia pun akhirnya memutuskan menonaktifkan ponselnya. Duduk diam tenang menunggu jam perkuliahan terakhir ini selesai. Firasatnya mengatakan kalau orang asing itu telah menunggunya. Sesekali dia melirik jam di pergelangan tangan kanannya.

'Sejak kapan aku pakai jam tangan di kiri? Kenapa aku baru sadar sekadang?' batinnya setelah entah yang untuk keberapa kalinya melihat jam.

"Kenapa, Gie?" Lyla bertanya sambil menyentuh tangan Gretha.

"Nggak apa-apa kok," jawab Gretha sambil tersenyum menenangkan. "Oh, iya, aku mau pergi ke tempat fotokopi dulu setelah ini, kalian bisa pulang duluan."

"Nggak pulang bareng aja, Gie?" tanya Amanda.

"Nggak perlu. Aku mau telepon Louis biar dijemput," jawab Gretha.

Amanda dan Layla pun mengangguk sebagai tanggapan. Begitu dosen mengakhiri perkuliahan siang itu, Gretha langsung beres-beres dan pamit lebih dulu. Amanda yang firasatnya paling kuat sedikit merasa aneh dengan perilaku Gretha. Dia meraih ponsel dan menghubungi orang yang dirasanya bisa membantu kalau Gretha dalam bahaya.

Gretha sendiri berjalan dengan tenang, tapi cepat ke arah gerbang. Membalas sapaan teman-teman dari fakultas lain yang kebetulan bertemu. Sampai di gerbang, dia berhenti dan membuka chat yang masuk di ponselnya. Tidak ada niatan dalam dirinya untuk membalas pesan yang ternyata dari Jason. Dia menutup ponselnya, lalu memasukkannya kembali ke dalam saku bagian dalam jaket.

Berbelok ke kiri gerbang menyusuri jalan ke arah area belakang kampus. Sampai di area yang benar-benar sepi dan jarang dilalui orang, dia berhenti dan memperhatikan daerah situ, tapi tidak ada siapa-siapa. Cukup lama dia berdiri menunggu dan tidak ada seorang pun yang muncul. Dia akhirnya memutuskan mengambil ponsel untuk menghubungi Louis.

Sepasang mata diam-diam mengawasi Gretha dari kejauhan. Senyum tipis terukir di bibirnya, tapi tidak berniat mendekat. "You did find her, but you still have doubts about whether or not she really is Jenny (Kau berhasil menemukannya, tapi ternyata masih ragu apakah dia benar-benar Jenny atau bukan)," gumamnya.

Gretha sendiri baru hendak menekan tombol dial saat seorang pria mendekatinya. Dia pun batal dan memasukkan kembali ponselnya ke saku bagian dalam jaket. Pria itu mengulas senyum kecil, tapi tatapannya yang dingin membuat Gretha sedikit berjengit.

"Grenasha?" Pria itu mengucapkan nama lengkap Gretha.

"Yes. Who are you? Where's Cheryl? (Iya. Kamu siapa? Di mana Cheryl?)" Gretha bertanya dalam bahasa Inggris karena perawakan pria itu seperti bukan orang Indonesia.

"I can speak Indonesian (Aku bisa bicara bahasa Indonesia)." Pria itu tersenyum hingga kedua matanya menyipit. "Cheryl baik-baik saja, Nona. Kami akan membawamu ke tempatnya."

"Kami? Mmfhh ...!" Gretha merasakan kain membekap mulutnya, tapi tidak tercium aroma obat.

Pria kedua itu memegangnya dengan kuat, sementara tampak sebuah mobil sedan hitam mendekat. Kedua pria itu memaksanya masuk ke kursi penumpang belakang, lalu salah satu dari mereka duduk di kursi depan. Begitu semua masuk, pria ketiga yang menjadi supir segera melajukan movil pergi dari situ.

Pria kedua tadi melepaskan bekapannya, lalu tersenyum memandang Gretha. Sepertinya, mereka tidak berniat mengikat atau membiusnya. Itulah yang ada dalam pikiran Gretha. Sejenak gadis itu mengamati situasi dan bisa melihat kalau ketiganya membawa senjata api. Mobil berbelok ke kanan di jalan utama.

Gretha berusaha memikirkan cara melarikan diri. Dia merasakan kalau ketiga pria ini hendak menjebaknya. Mereka sama sekali tidak mengetahui keberadaan Cheryl. Firasatnya sangat kuat soal ini. Dia tahu berteriak adalah hal yang sia-sia karena mereka di mobil yang sedang melaju. Orang-orang yang mendengarnya pun akan cuek bebek.

Sampai di dekat gerbang salah satu kampus yang berada di depan sebuah mal, rencana melompat masuk ke pikirannya. Kalau dia bisa keluar dan mendarat dengan tepat, dia akan berlari masuk ke kampus itu untuk sembunyi. Sejenak dia melihat spidometer mobil yang menunjukkan angka di sekitar tiga puluh sampai empat puluh kilometer per jam.

Pria pertama tadi tampak mengambil ponsel dan menelepon seseorang. Sementara itu, pria ketiga juga sedang sibuk dengan ponsel. Dengan gerakan cepat. Gretha membuka pintu mobil, lalu melompat keluar dengan posisi berguling.

"YA AMPUN!" Terdengar teriakan dari para mahasiswa yang kebetulan berdiri di sekitar gerbang.

"HEI!"

Gretha buru-buru bangkit dan berlari masuk ke area kampus yang sangat luas itu. Dia tidak mengindahkan rasa sakit di kaki kirinya dan terus berlari. Berbelok ke sana kemari mencari celah untuk bisa bersembunyi. Beruntung area kampus itu sangat luas, berbeda dengan kampusnya sendiri. Dia masuk ke salah satu area yang bertuliskan perpustakaan.

"Maaf, izinkan saya bersembunyi sebentar di sini," pinta Gretha pada dua orang wanita di meja penjaga.

"Eh, i-iya." Salah satu dari mereka menjawab gugup karena kaget.

"Kalau ada yang mencari saya, tolong katakan kalau saya tidak di sini." Gretha buru-buru pergi ke arah belakang, lalu bersembunyi di antara rak dan meja.

Tiga mahasiswa yang kebetulan duduk di tempatnya sembunyi tampak terkejut, tapi bertanya apa-apa. Mereka langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing. Gretha pun lega karena tidak harus menjawab pertanyaan atau menjelaskan pada mereka. Dia meraih ponselnya, lalu mencari kontak Jason dan menekan dial.

"Jenny, where are you? I've been trying to text and call you since forty minutes ago. (Jenny, kamu di mana? Aku sudah mencoba mengirim pesan dan meneleponmu sejak empat puluh menit yang lalu.)" Jason langsung bertanya begitu mengangkat telepon.

"It's Gretha (Aku Gretha)," sahut Gretha.

"I know, Gretha! Where are you? (Aku tahu, Gretha! Kamu di mana?)" Jason mengulang pertanyaannya dengan nada keras.

"Some people just tried to kidnap me and it's lucky I managed to escape (Beberapa orang baru saja mencoba menculikku dan beruntung aku berhasil melarikan diri)," jelas Greta.

"Then?"

"Well, now I'm hiding in another campus library near my campus. Large campus whose entrance is in front of the mall. (Sekarang aku bersembunyi di perpustakaan kampus lain di dekat kampusku. Kampus besar yang pintu masuknya di depan mal.)"

"Wait there! I'll be there in five. (Tunggu di sana! Aku akan sampai dalam lima menit.)"

Setelah berkata seperti itu, Jason memutuskan sambungan telepon. Gretha pun akhirnya hanya bisa diam menunggu. Dia membuka WhatsApp dan membuka kontak yang awalnya tanpa nama, kini bernama 'My Guardian Angel'. Ada keraguan untuk mengirim pesan, tapi akhirnya dia tetap mengetikkan isi kepalanya.

[Grenasha C. A.: Some people just tried to kidnap me. I with you were here to save me. (Beberapa orang baru saja mencoba menculikku. Aku berharap kamu ada di sini untuk menyelamatkanku.)]

Balasan datang agak lambat, tapi kurang dari dua menit. Dia diam terpaku membaca isi balasannya. Jantungnya berdegup kencang tanpa aba-aba.

[My Guardian Angel: Don't worry! I'm on my way to where you are right now. (Jangan khawatir! Aku sedang dalam perjalanan ke tempatmu sekarang.)]

'Apakah dia benar-benar akan datang? Masalahnya, Jason juga sedang perjalanan ke sini,' batinnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top