Bab 5 Bayangan dan Ingatan

Setelah tiga hari dirawat, Gretha akhirnya diperbolehkan pulang. Amanda dan Layla dengan setia menemaninya saat dirawat, termasuk Jason. Pemuda itu tiba-tiba saja masuk ke dalam hidupnya. Namun, dia sama sekali tidak menolak karena ada rasa nyaman yang menyusup dalam hatinya. Jason berlaku sangat baik padanya, orang tua, dan juga kedua sahabatnya.

"Aku langsung pulang, ya? Masih ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan," pamit Jason, begitu sampai di rumah Gretha.

"Iya. Hati-hati dan terima kasih sudah mengantarku pulang," sahut Gretha.

Amanda dan Layla yang berdiri mengapit Gretha mengulas senyum. Mereka pun masuk ke dalam rumah begitu mobil Jason menghilang. Di pintu, Bella menyambut mereka dengan senyuman. Menyuruh langsung pergi ke kamar agar Gretha bisa beristirahat, sementara dia sendiri ke dapur untuk mengambilkan makanan dan minuman.

Sampai di kamar, ketiganya langsung menghempaskan tubuh di atas ranjang Gretha yang berukuran besar. Namun, tidak lama kemudian Layla bangkit dan membuka kotak berisi kue tart yang tadi mereka sempat beli. Tidak ada yang ulang tahun, tapi Gretha benar-benar sedang ingin blackforest. Kebiasaan saat sakit, langsung ingin makan macam-macam begitu sembuh.

Layla memotong kue itu secara asal, tepat saat itu Bella datang membawa baki berisi makanan dan minuman. Dia tampak tidak keberatan kalau ketiganya makan di atas tempat tidur, asalkan tidak sampai mengotori seprai. Setelah itu, dia pun kembali meninggalkan mereka untuk menikmati makanan yang ada.

Gretha mengambil sepotong besar kue, lalu meletakkannya di piring kecil. Memperhatikan kedua sahabatnya yang asyik makan spicy pasta spesial buatan Bella. Sejak dulu, kedua sahabatnya itu, dan Cheryl, sangat menyukai pasta pedas buatan mamanya. Menurut mereka, rasanya jauh berbeda dengan yang ada di restoran.

"Cheryl ke mana?" tanya Gretha memecah keheningan.

"Nah, itu dia masalahnya, Gie. Setelah menjengukmu di hari pertama sadar, dia kayak menghilang. Aku sudah coba hubungi, tapi nggak ada balasan," cerita Amanda.

"Aneh, biasanya Cheryl selalu bilang kalau dia mau pergi," ucap Gretha.

"Dia juga nggak masuk kuliah sampai dosen-dosen tanya," sambung Layla.

"Gie, kamu kebiasaan kalau makan kue krimnya tercecer ke mana-mana." Amanda bergerak mengusap krim di pipi Gretha.

"What you're laughing at? (Apa yang kamu tertawakan?)"

"You are funny. When you eat cake, the cream sticks everywhere on your face. (Kamu lucu. Setiap kali makan kue, krimnya menempel di mana-mana di wajahmu.)"

"Don't laugh! Sunset is always beautiful, isn't it? I hope, we can always enjoy it together. (Jangan tertawa! Matahari senja itu selalu indah, ya? Aku harap, kita bisa selalu menikmatinya bersama.)]

"I hope so. I promise, I'll always protect and find you wherever you are. (Aku harap juga begitu. Aku janji, aku akan selalu melindungi dan menemukanmu di mana pun kamu berada.)"

Gretha memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Napasnya tiba-tiba jadi sesak seiring denging aneh di kedua telinganya. Hal itu tak urung membuat Amanda dan Layla panik. Mereka pun mendekati Gretha.

"Kenapa, Gie? Apa yang sakit?" tanya Layla.

"Nggak tahu kenapa, tiba-tiba kepalaku sakit," jawab Gretha.

"Kamu mau tiduran dulu?" tanya Amanda.

"Nggak perlu, sakitnya juga cuma sebentar, kok. Aku mau lanjut makan kue sama pasta," jawab Gretha.

Layla tertawa mendengar ucapan Gretha, sementara Amanda memukul pelan dahinya. Mereka pun menikmati kue dan makanan yang ada sampai bercanda. Gretha memutuskan mencoba menghubungi Cheryl, tapi benar-benar tidak ada jawaban. Whatsapp-nya centang satu, sementara saat di telepon, awalnya berdering, tapi lalu tidak aktif.

Jelas saja mereka khawatir kalau sampai Cheryl terluka atau berada dalam masalah. Namun, mereka juga tidak tahu harus melakukan apa. Jadilah mereka memutuskan akan pergi ke rumah orang tuanya besok.

Sekitar pukul lima sore, Layla dan Amanda pamit pulang. Berjanji bersok akan datang dan pergi ke rumah Cheryl. Sepeninggalan kedua sahabatnya, Gretha memilih kembali menghubungi malaikat misteriusnya. Dia tahu kalau di Amerika sekarang masih pukul lima pagi, tapi setidaknya pesannya akan dibalas kalau sosok itu bangun nanti.

[Grenasha C. A.: Are you awake? I just know today that Cheryl is missing. Amanda and Layla told me that she didn't show up on campus after seeing me. We also contacted her, but there was no answer. (Apakah kamu sudah bangun? Aku baru tahu hari ini kalau Cheryl menghilang. Amanda dan layla memberitahuku kalau dia tidak muncul di kampus setelah menjengukku. kami juga sudah menghubunginya, tapi tidak ada jawaban.)]

Setelah menekan tombol kirim, dia meletakkan ponselnya. Mengikat rambutnya yang sudah mulai panjang, lalu bangun dan hendak menemui mamanya. Namun, dering notifikasi yang masuk membuat gerakannya terhenti. Dia meraih ponselnya, lalu membuka chat yang masuk.

[+1 (716) xxx-xxxx: She is saved, don't worry. (Dia baik-baik saja, jangan khawatir.)]

Membaca isi pesan itu, hatinya terasa lebih tenang. Entah kenapa dia memercayai setiap ucapan orang itu. Membuat beban hatinya langsung terangkat selesai cerita. Dia pun mengetikkan pesan balasan. Anehnya, dia bukan mengetikkan kalimat dalam bahasa Inggris, tapi bahasa Perancis.

[Grenasha C. A.: Je veux manger de la glace aujourd'hui. (Aku ingin makan es krim hari ini.)]

Barulah setelah menekan tombol kirim, dia diam terpaku. Membaca ulang pesan yang dikirimkannya. 'Kenapa bahasa Perancis? Sejak kapan aku bisa bahasa itu? Kenapa aku bisa mengetiknya dengan lancar dan tanpa ragu?' tanyanya dalam hati. Ekspresinya tampak kebingungan.

Sementara itu, di seberang telepon. Seorang pemuda diam menatap layar ponselnya. Kedua iris biru tua dengan serdikit bercak perak tampak mencermati setiap kata. Seulas senyum kecil terukir di bibirnya. Ada kilat senang di dalam kedua matanya, lalu mengetikkan balasan. Kata-kata yang pernah diucapkannya pada dia, gadis yang sangat dicintainya.

Gretha yang diam terpaku sedikit terkejut dengan dering ponsel. Dia menunduk dan membaca balasan pesan bahasa Perancisnya. Kalimatnya terdiri dari kata-kata biasa, tapi entah kenapa begitu menusuk ke dalam hati dan pikirannya.

[+1 (716) xxx-xxxx: Allez manger des glaces au bord de la plage. (Pergilah makan es krim di tepi pantai.)]

Kepalanya bagikan dihantam palu godam. Dia menjatuhkan ponselnya, lalu memegang kepala dengan kedua tangan. Berbagai bayangan dan ucapan bercampur aduk dalam pikirannya. Semua seperti kaset rusak dengan cahaya putih menyilaukan.

"I want ice crem. (Aku mau es krim.)"

"Nope, not today. (Tidak, tidak untuk hari ini.)"

"I want ice cream! (Aku mau es krim!)"

"I said, no. You've been eating quite a lot of ice cream in the last two days. (Aku bilang, tidak. Kamu sudah makan banyak es krim dua hari terakhir.)"

"Mais je veux vraiment de la glace. C'est la dernière de cette semaine, je le promets. (Tapi aku benar-benar ingin es krim. Ini yang terakhir minggu ini, aku janji.)"

"Oui, oui. Allons à la plage et savourons votre glace préférée là-bas. (Baiklah, baiklah. Ayo, pergi ke pantai dan menikmati es krim kesukaanmu di sana.)"

Gretha bangun dan hendak pergi mencari mamanya, tapi rasa sakit itu membuatnya sulir bergerak. Dia jatuh terduduk di lantai yang dilapisi karpet merah. Air mata mengalir dari dua matanya. Menggambarkan rasa sakit yang semakin sulit ditahannya.

"MAMA!" jeritnya memanggil sang mama.

Sementara itu, Bella yang hendak duduk di ruang tengah, berhenti. Dia buru-buru berlari naik ke kamar Gretha saat mendengar teriakan putrinya. Kekhawatiran tampak jelas saat membantu Gretha untuk berdiri. Namun, dia berhenti saat Gretha menolak bangun. Dia pun bersimpuh di depan Gretha dan memeluknya erat.

"Kenapa, Sayang? Gie? Apa yang sakit, Nak? Mama di sini." Belle mengelus punggung Gretha lembut.

Gretha menangis terisak dalam pelukan mamanya. Mereka diam dalam posisi itu, sampai akhirnya Gretha jatuh tertidur karena kelelahan. Bella membaringkan Gretha di karpet yang cukup tebal dan lembut, lalu meraih dua bantal serta selimut. Dia mengatur posisi Gretha sampai dirasanya nyaman, lalu ikut berbaring di sampingnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top