[-4]. Celine dan Tidurnya
Namanya Celine.
Namanya tercatat di buku rekor para malaikat sebagai malaikat termuda yang melakukan kesalahan.
Celine diberi toleransi, dia tidak dihukum di dalam sangkar emas, dia masih memiliki sayapnya, dan dia juga masih memiliki ingatannya.
Lalu apa hukuman yang di dapatkannya?
"Kamu tidak boleh lagi berada di dunia manusia..." Ucap Ibunya sambil menyilangkan kedua tangannya. "Mengerti?"
Celine mengangguk pelan.
Beberapa hari ini, Charlos terus mengunjungi dunia manusia dan memperhatikan Arville dari kejauhan. Arville masih baik-baik saja, dia tak dikejar malaikat maut seperti yang terjadi padanya hari itu. Arville aman.
Tapi...
.
.
Charlos memperhatikan Celine dengan seksama, Celine hanya membalasnya dengan tatapan kosong saja.
Apa ini yang diinginkan Celine?
"Cel?"
Celine menggeleng histeris. Pikirannya kacau setiap Charlos mengabarkan keadaan Arville padanya, berharap gadis itu bisa tenang untuk sejenak. Samar, Charlos dapat melihat mata Celine yang berubah menghitam di bawahnya.
Celine terlalu banyak memikirkan semua kenangannya saat di dunia manusia. Baik itu Arville, teman-temannya, sahabatnya maupun kondisinya. Celine sudah terlalu terikat dengan dunia fana itu.
Charlos mengelus pelan rambut gadis itu. "Celine, apa aku boleh menaruh sihir padamu?"
"Tentu saja," Jawab Celine tanpa ragu.
Charlos rasa, Celine kali ini benar-benar putus asa. Jikalau oranglain yang ternyata menyukai Celine, pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengantikan Arville dalam hatinya. Charlos bisa melakukan itu, tetapi dia tak sanggup melakukannya untuk gadis itu.
"Aku akan menaruh sihir tidur selama dua jam, setuju?"
Celine terdiam. "Kenapa kamu tak langsung menaruh sihir supaya aku jatuh cinta denganmu saja?"
"Aku tidak mau terluka karena ulahku sendiri." Jawab Charlos sambil menaruh dua jarinya di kelopak mata gadis itu. "Aku salut denganmu, Celine...Kamu lebih berani terluka, dibandingkan aku."
Celine hanya diam, tak menjawab. Padahal, menurut Celine, Charlos sudah terluka bertahun-tahun dikarenanya. Luka yang dirasakan Celine dan Charlos pastilah berbeda kedalamannya. Charlos lebih sakit.
"Aku minta maaf, Charlos."
"Tidak perlu minta maaf, Cel. Aku yang memutuskan pilihanku sendiri." Charlos berdeham. "Ngomong-ngomong, kudengar-dengar...Kamu bertemu dengan Bapak Devaryo saat itu?"
Celine terdiam sejenak. Kenangan dikepalanya kembali berputar memperlihatkan seorang pria dengan sayap lebar berwarna hitam yang sangat kuat. Yang Celine tahu, itu bukanlah Ayah Charlos, jadi mungkin saja..., dugaannya saat itu memang benar.
Celine mengangguk kecil. "Hm, dia membantuku. Jadi dia benar-benar Bapak Devaryo?"
"Aku tidak melihatnya, Ayahku tiba-tiba menahanku untuk tidak ikut misi pertamaku." Charlos menghela nafas lelah. "Tapi yang kudengar dari malaikat-malaikat lain, itu memang dia..."
Mengapa kira-kira Bapak Devaryo menolongku?
Apa karena dia merasa bahwa kami memiliki nasib yang sama?
Rupanya..., Devaryo masih hidup, huh?
Semua pertanyaan Celine tak mampu dijawab oleh dirinya sendiri, sebab detik berikutnya tubuhnya jatuh terhuyung ke arah Charlos dan kesadarannya menghilang sepenuhnya dibawah pengaruh sihir. Charlos pun segera membawa Celine dalam gendongan bridal—karena sulit mengendongnya dari punggung, ada sayapnya disana—kembali ke rumahnya.
Banyak para malaikat gadis yang sebenarnya iri dengan Celine, ingin sekali mengucilkannya habis-habisan, namun tidak bisa lantaran perlakuan mereka diawasi dan dibatasi oleh Ibu Florence. Lagipula, mereka mungkin mengusilinya disaat Charlos terus saja mengawal Celine kemana-mana.
Begitu mengetuk pintu, yang membukanya adalah adik gadis itu, Dyne. Dyne yang hanya melihat keadaan pun langsung mempersilahkan Charlos masuk.
"Kak Celine makan buah Berryle?" Tanya Dyne sedikit curiga saat melihat Celine nyenyak dalam tidurnya.
Padahal, beberapa hari ini Kakaknya itu uring-uringan nggak jelas dan hampir tidak tidur beberapa malam. Itu membuat kantong mata gadis itu terlihat jelas.Oh, berbicara tentang buah Berryle, buah itu adalah buah yang dapat membuat pemakannya mabuk dan tidur nyenyak selama beberapa hari, namun beresiko tak membangunkan pemakannya juga.
"Hampir. Tadi aku menemukannya di dahan pohon Berryle. Untung masih belum berbuah." Ujar Charlos sambil menghela nafas lega. "Dyne, aku pulang dulu ya." Ucapnya sambil menatap Celine yang kini tidur di atas bantal sofa.
Dyne sebenarnya ingin bertanya tentang perihal Arville, sebab siang itu, Dyne juga melihat langsung kejadian itu dari bawah. Dia juga melihat seorang malaikat bersayap hitam lebar datang ke atas sana. Tepatnya, Dyne melihat semua kejadian itu.
Mengapa kakaknya rela mati-matian melindungi manusia itu?
Hanya itu yang diherankannya.
"Tunggu, Kak Charl..." Dyne menahan kepergian Charlos. "...Duduk dulu, aku ingin bertanya sesuatu."
"Silahkan...," Ucap Charlos setelah duduk di seberang Dyne, sedangkan Celine masih tidur di sofa panjang yang ada disamping mereka.
Dyne awalnya ragu, namun setelah mengumpulkan segenap keberanian, akhirnya suaranya keluar juga. "Akhir-akhir ini...nama Arville menyebar luar di kalangan kita. Aku tidak tahu kalau...Kak Celine dekat dengan manusia. Apa Kak Charl tahu?"
Charlos lagi-lagi menghela nafasnya—itulah yang sering dilakukannya akhir-akhir ini. "Aku sudah tahu, aku bahkan sudah memperingatkan Celine."
Dyne berdecak dalam hati. Apa bagusnya sih manusia itu dibandingkan dengan kak Charl?
"Tapi ini bukan sepenuhnya salah Celine..."
Dyne memutar bola matanya kesal. Nah, mulai lagi, Kak Charl membela Celine lagi, pikirnya.
"...Arville itu manusia yang baik. Dia punya aura yang putih, hampir menyamai putihnya aura bayi yang baru dilahirkan. Wajar saja Celine menyukainya."
Dyne hanya bisa mengatup rapat mulutnya, tak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya mendengar perkataan Charlos saja.
"Lihat dia..." Ucapan Charlos membuat perhatian mereka berdua tertuju ke gadis yang sedang tertidur itu. "Dia sangat menderita. Ah, aku ingin sekali meminta Tante Dyla untuk mencabut hukumannya."
Padahal kamu juga menderita, dasar bodoh. Dyne menggeleng, seolah mengatakan bahwa itu adalah kenyataan yang mustahil.
"Dyne...kamu tahu kan, tentang Bapak Devaryo?"
Dyne termenung sejenak. Dia baru tahu saja tahu belakangan ini, sejak Kakaknya menjadi hot topic di dunia malaikat. Katanya, Devaryo adalah malaikat maut terkuat yang melanggar peraturan. Dyne selama ini berpikir bahwa malaikat maut terkuat hanyalah dongeng pengantar tidur atau hanya sekedar menakut-nakuti anak-anak agar mereka tidak berkeliaran ke dimensi orang.
Rupanya...Devaryo benar-benar nyata dan ada.
Katanya, Celine tidak dihukum. Karena berkatnya, mereka bisa menemukan Devaryo. Selama beberapa tahun ini, para malaikat tidak berhasil mendeteksi Devaryo. Maka dari itulah banyak yang membuat kisah tentang kematian sang malaikat maut.
Tapi apa?
Siang itu dia muncul dan membantu Celine.
Dia menghilangkan ratusan malaikat disana—ditambah yang hanya menonton dilangit—hanya dengan mengangkat kedua tangannya. Padahal, umumnya pengucapan mantra sekali hanya bisa menghilangkan satu malaikat untuk membuatnya berpindah dimensi, biasanya mantra dilakukan agar tidak ada perselisihan.
"Aku...tahu, ada apa?" Akhirnya setelah berpikir panjang, Dyne memutuskan untuk menjawab.
"Aku sudah berjanji akan melepaskan Celine. Dongeng dengan akhir dimana Bapak Devaryo dinyatakan mati, yang ada dibuku membuatku merasa bersalah." Charlos menggelengkan kepalanya. "Ah—kalau dia sudah bangun, tolong hubungi aku lewat telepati ya?"
Dyne tersentak kaget, bibirnya bergetar saat dia bertanya ingin tahu. "K-Kak Charl tahu kalau aku sudah bisa telepati?!" Tanya Dyne tak percaya.
Dyne memang sengaja tak memberitahu siapapun agar tidak ada yang tahu bahwa Dyne sering sekali memainkan mantra-mantra dan membuat kekacauan. Telepati termasuk kekuatan yang ada di tingkat tinggi, dan Dyne baru saja menguasai level terendahnya. Bahkan Celine belum bisa melakukannya.
"Ya, aku tahu." Charlos mengusap tengkuknya canggung. "Aku juga kaget saat mendengarkan telepatimu secara tiba-tiba. Padahal aku tidak mengeluarkan kekuatan telepatiku. Sedaritadi apa yang kamu pikirkan terdengar begitu saja. Kamu harus belajar memisahkan mana yang dikirim ke pikiran dan mana yang dikabarkan." Terangnya yang membuat Dyne terkaget setengah mati.
Sepertinya tadi...Dyne memaki dalam hatinya. Oh astaga, dan Charlos mendengarkannya? Apalagi yang lebih buruk dari ini?
"O-oke...aku akan mengabarimu nanti." Sahut Dyne sambil bangkit dengan buru-buru menuju pintu. Dia malu sekali. Rasanya Charlos seperti sedang membaca pikirannya, padahal sebenarnya bukan. Ini semua hanya karena dia tidak bisa membedakan mana yang harus disimpan dalam hati dan yang mana yang harus dikabarkan. "Aku baru coba-coba. Apa menyenangkan punya level telepati tinggi seperti itu?"
Charlos tersenyum miris. "Sangat tidak, Dyne. Aku bisa mendengar Celine menjerit dan sedih saat aku berniat mendengar suaranya. Telepati level tinggi itu hampir selalu membuatku mendengar raungan kesedihannya tiap malam. Itu benar-benar tidak menyenangkan, percayalah."
Dyne mendesah lelah, lalu mengalihkan topik. "Hati-hati di jalan, kak Charl."
"Ya, terima kasih."
Usai memperhatikan Charlos mengepakan sayap hitamnya menjauh dari rumah mereka, Dyne menutup pintu sambil menghela nafas lelah.
Kalau begitu, kurasa aku akan harus mengatakan 'aku suka padamu' jika kita berbicara selanjutnya.
Dyne melirik kakaknya yang masih memejamkan matanya. Dyne merasa kakaknya sangat beruntung, tapi kakaknya malah menyia-nyiakan segalanya.
"Celine bodoh..." Ucapnya sambil menaiki tangga guna menjangkau kamarnya. Beberapa saat kemudian, dia turun membawa selimut tebal dan meletakannya di atas tubuh kakaknya. "Harusnya kamu tidak perlu menderita...jika kamu menyukai Kak Charl. Kamu pasti tidak tahu, banyak malaikat yang bersedia bertukar tempat denganmu." Sahutnya sambil memperhatikan wajah Kakaknya yang tertidur. Dia masih sangat nyenyak. "Bahkan aku," Ucapnya tanpa sadar.
Detik berikutnya, Dyne merasa konyol. Dia baru saja berbicara dengan Celine yang sedang tertidur.
Ah, sudahlah. Aku mau ke kamar dulu, batin Dyne sambil kembali menaiki tangga.
Saat mendengar suara langkah kaki di lantai dua, kedua mata Celine sontak terbuka perlahan. Diperhatikannya bayangan adiknya yang akhirnya menghilang begitu dia menengoknya. Efek sihir Charlos tidak terlalu kuat atau mungkin karena Celine sudah terlalu sering disihir oleh Charlos.
Celine tidak tahu.
Yang jelas, ucapan Adiknya barusan..., menohok tajam dirinya.
***TBC***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top