[-34]. Celine dan Club

Dony dan Leon bisa jadi adalah orang yang paling 'gapunya kerjaan' di sekolah ini. Sejak kejadian seminggu lalu dimana mereka memergoki Arville menuruni tangga bersama dengan Celine, mereka terus menerus menyelidiki Celine.

Menyelidiki gadis yang berhasil membuat Arville menoleh.

Mereka memang baru mengenal Arville selama beberapa bulan. Tetapi menurut mereka, teman mereka yang satu itu begitu penuh tanda tanya.

Setelah menyelidiki Celine selama seminggu penuh, mereka mengetahui beberapa hal.

Celine adalah salah satu murid lama, begitupun Arville. Mereka berasumsi, bisa saja Celine dan Arville sudah lama saling memendam perasaan mereka. Namun setelah 'mengintai' mereka selama beberapa hari, mereka sama sekali tidak bisa merealisasikan hal itu.

Celine dan Arville tidak terus mengobrol seru seperti yang mereka bayangkan. Malahan, mereka berdua hening meskipun bertemu, diam meskipun keduanya tampak saling ingin mengungkapkan sesuatu. Pembicaraan mereka sangat canggung dan mengelikan! Seperti dua orang yang tak saling kenal yang baru saja mengobrol.

"Tidak sesuai harapan." Leon menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Berapa kalipun mereka menanyakan para murid lama, mereka tetap tidak bisa menemukan info yang lebih jelas. Tidak ada seorangpun yang tahu mengenai perihal pertemanan Arville dan Celine. Semuanya mengaku bahwa Celine tidak pernah menjalin pertemanan selama SD, sedangkan Arville sangat berkebalikan dengan Celine.

"Ah, sudahlah. Kita tutup saja kasus ini," Ujar Dony terlihat kecewa berat.

Leon yang sejak awal penasaran berat nampak tak setuju dengan keinginan Dony, dan tiba-tiba saja ide itu muncul. "Kita tanya saja sama Ayu atau Diana!"

Dony terdiam dan tampak berpikir keras, beberapa saat kemudian dia mengangguk setuju. Sayangnya, tidak ada satupun diantara mereka yang dekat dengan dua orang itu. Diana yang sekelas dengan mereka benar-benar penutup dan tidak pernah mau berbicara dengan siapapun kecuali Ayu dan Celine. Ayu apalagi.

"Lo modusin aja salah satu, melting entar." Leon menepuk pundak Dony.

"Ah gamau. Beresiko." Tolak Dony.

Akhirnya, ide itu tidak jadi dijalankan.

*

Arville dan Celine meratapi lapangan di bawah sana bersama-sama—seperti hal yang dilakukannya selama seminggu ini. Sejak kejadian seminggu yang lalu, mereka menjadi lebih dekat (dekat dalam artian lain).

Bukannya Arville atau Celine tidak tahu bagaimana dua orang aneh itu terus saja mengintip apa yang mereka kerjakan hampir selama seminggu ini, keduanya memutuskan untuk membiarkannya.

"Kamu terlihat berminat setiap menonton pertandingan futsal." Arville membuka topik.

Celine melirik Arville sejenak, lalu kembali menyaksikan pertandingan di bawah sana yang dilakukan oleh anak SMA. "Hm,"

"Jarang-jarang ada perempuan yang menyukai futsal."

"Aku tidak suka." Ucap Celine terang-terangan. "Aku suka melihat mereka berlari memperebutkan bola itu seperti orang bodoh."

Arville merasa ucapan Celine begitu tajam.

"Oh ya? Kamu tahu tidak sih, aku ini pemain futsal? Ucapanmu membuatku tersinggung." Arville mendramatis.

Celine mengangkat alisnya menatap Arville dengan tatapan menantang.

"Hei, aku serius."

"Memangnya aku menyangkal ucapanmu?" Celine memberikan senyuman miring, sedangkan Arville membalasnya dengan senyuman tipis.

"Kamu masuk club?"

Celine menggeleng. "Merepotkan," ucapnya.

"Tapi mengasikan." Balas Arville. "Kalau kamu masuk di club yang mengerjakan hal-hal yang sama dengan kesukaanmu, kamu pasti akan senang. Kamu akan bertemu dengan orang baru yang mempunyai hobi yang sama sepertimu." Tambahnya.

Celine bisa melihat matanya yang membinar bahagia meskipun Arville menatap ke arah langit dan pikirannya entah sudah terbang sampai kemana. Tapi, apa yang dibayangkannya pastilah membahagiakan.

"Aku tidak punya kegiatan yang kusukai." Ucap Celine dengan jujur. "Mungkin aku punya satu," Ucapnya setelah melihat wajah shock Arville.

Arville tampak begitu ingin tahu. Dia bahkan tanpa sadar menunggu jawaban Celine dengan wajah ingin tahu, membuat Celine diam-diam ingin menertawakannya dalam hati. "Apa itu?"

"Menyendiri," Jawabnya yang malah membuat wajah Arville nampak seperti orang bodoh.

"Aih, kamu bisa bercanda juga rupanya," Sahut Arville sambil menggelengkan kepalanya.

"Siapa yang bercanda? Aku serius."

"Itu bukan kegiatan yang disukai namanya. Aku mempertanyakan hobimu." Arville menerangkannya pelan-pelan. "Misalnya, aku. Aku suka tidur dan aku juga suka membaca buku."

"Hobimu aneh," gumam Celine. "Aku tidak bisa bilang kamu ini pemalas atau rajin."

Arville tersenyum menyeringai. "Don't judge book by it's cover, Don't judge people by their looks."

"Memangnya siapa yang nge-judge kamu, huh?" Balas Celine sinis.

"Habisnya kamu ngomong kayak gitu,"

Celine mendesis. "Kamu suka tidur dan baca buku. Lalu mengapa kamu jadi pemain futsal?"

Arville menepuk tangannya sekali, menciptakan suara nyaring yang keras. "Karena kebetulan aku juga suka bermain futsal."

"Dasar aneh," gumam Celine dengan suara kecil, namun masih terdengar oleh Arville.

"Lebih aneh siapa, sama yang nggak punya hobi?" sindir Arville setengah mengejek.

Mereka berdua saling menertawakan keanehan orang di depannya. Menurut Arville, Celine adalah gadis yang aneh. Dan menurut Celine, juga sebaliknya.

Arville adalah teman ketiganya, juga teman lawan jenisnya yang pertama. Celine memang bukan teman pertama Arville, tapi ..., Celine adalah perempuan pertama yang membuat Arville merasa nyaman.

Keduanya masih belum tahu ..., masalah selalu mengintai disaat setiap orang lengah.

*

"Club?!" Tanya Ayu dan Diana bersamaan.

Keduanya tidak menyangka hari ini akan datang. Celine tiba-tiba saja menanyakan soal club! Topik yang selama ini selalu dipertanyakan oleh Ayu, namun tidak pernah di dengar oleh Celine, dan itu sempat membuat Ayu cukup geram dengan sifat acuh Celine.

Tapi kini hal telah berbeda, sebab tiba-tiba saja Celine—gadis yang tidak pedulian itu bertanya pendapat mereka tentang club yang harus dimasukinya.

"Kenapa tiba-tiba kamu tertarik masuk club?" Tanya Diana penasaran.

Sedangkan Ayu melirik jendela. Tidak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada badai, mengapa tiba-tiba Celine berubah pikiran sedrastis ini?

"Aku ..., ehm, bosan." Jawab Celine tak pedulian.

Ayu pun dengan paniknya merekatkan punggung tangannya pada kening Celine. Tidak panas. Itu membuat keningnya makin mengerut curiga. Celine benar-benar menjadi aneh.

"Ish, kamu ngapain sih?" Tanya Celine tidak suka. "Mending kamu bantu aku mikir. Club mana yang cocok denganku."

Diana memberikan ide, "Bagaimana kalau kamu masuk club menggambar? Gambaranmu kan lumayan bagus, dan lagipula kita bisa bareng terus,"

Tetapi Celine menolaknya. "Nggak tertarik," Itu membuat bahu Diana melemas sedikit mendengar penolakan cepatnya.

"Menurutku kamu masuk club mana saja bisa kok." Sahut Ayu jujur.

Celine ahli dalam segala hal. Dia bisa memasak, menyulam, olahraga dan bahkan bela diri yang berat. Hanya saja Celine yang penutup tak menunjukannya kepada siapapun. Ayu saja baru-baru ini mengetahuinya dan itu benar-benar membuatnya berdecak kagum tak percaya.

"Ayu, kamu masuk club apa?" Tanya Celine tanpa mengubris perkataan Ayu tadi.

Ayu terlihat kaget, sebab entah sudah berapa kali Ayu pernah membujuknya untuk masuk di club musik karena Celine mempunyai suara yang indah, dia juga bisa memainkan piano. Tapi, bagaimana mungkin Celine bisa lupa dengan clubnya?!

"Aku club musik," Jawab Ayu dengan suara agak kecil. "Apa kamu sudah berubah pikiran?"

Celine hanya menggeleng dan glestur mulutnya seperti tengah mengucapkan, 'Nah!'

"Mengapa tiba-tiba berinisiatif masuk club?" Tanya Ayu sekali lagi. "Aku tidak percaya kalau cuman karena bosan, karena kamu memang selalu bosan setiap saat sampai-sampai lantai tiga sudah jadi rumah keduamu."

"Sekolah kan memang rumah kedua?" Celine membalas dengan santainya.

"Atau jangan-jangan ...," Ayu menatap Celine dengan horror. "Kamu kemasukan ya, sama hantu dari lantai tiga?!" Ayu bertanya dengan histeris.

"Hush! Mulut." Diana buru-buru mengingatkan Ayu.

Celine memutar bola matanya kesal. "Kamu terlalu banyak membaca buku horor, Yu."

Ayu menghela nafasnya, namun masih melihat Celine dengan pandangan curiga.

"Sudahlah, kalau begitu aku tidak jadi menanyakan pendapat kalian. Aku berpikir sendiri saja." Celine berdengus dan memperlihatkan wajah cemberut, tentu saja hal itu membuat Ayu merasa bersalah.

"Aih, Cel. Aku cuman bercanda, kali. Cepat banget sih, masuk di hati."

Celine menjulurkan lidahnya, memberikan pandangan mengejek. "Aku juga cuman bercanda."

Mereka bertiga tertawa bersama, menikmati kebersamaan mereka.

Celine yang saat itu masih polos ..., tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Masalah yang kelam, menanti kesempatannya untuk datang, menerkam dan membunuhnya perlahan.

***TBC***

1 Juli 2016, Jumat.

A.N

Iya, itu kode kalau ada masalah yang akan datang.

Dan Welcome July! Jam berapa up SKY A-nya, belum diketahui, tapi yang jelas nggak malam-malam kayak sekarang. Apalagi sampe tanggal 1 Juli jam 23.59, I'm not that insane.

^^

CINDYANA  H

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top