[-30]. Celine dan Kemustahilan

Hari ini adalah hari dimana kelas delapan bagi Celine di mulai. Selama liburan, Celine menghabiskan waktunya di dunia asalnya. Celine masih ingat bagaimana Ayu mengajaknya dan Diana untuk berlibur bersama, karena keluarga Ayu memiliki sebuah villa dekat pantai di luar kota.

Celine bahkan masih ingat bagaimana wajah cemberut Ayu saat Celine mengatakan bahwa dia tidak bisa ikut berpartisipasi, sampai akhirnya Ayu baru bisa menerimanya saat Celine mengatakan bahwa dia sudah punya janji dengan orangtuanya.

Selama berada di dunianya, Celine—sedikit merindukan keadaan di bumi. Dia merindukan pepohonan, dia merindukan kicauan burung, suara keramaian, langit biru, awan-awan, dan air laut yang biru.

Di dunia malaikat, semuanya berbeda dengan keadaan di bumi. Ada tumbuhan, tapi bukan dengan daun berwarna hijau. Tumbuhan di dunianya memiliki daun dengan warna mencolok, ada putih, biru, merah, dan bahkan hitam. Tidak ada burung-burung yang berterbangan di langit abu mereka, yang ada hanyalah para malaikat yang berterbangan lalu lalang, meninggalkan suara kepakan sayap disetiap pergerakan. Tidak ada awan, tidak ada hujan, tapi ada sumber air dan air terjun yang sangat jernih.

Bagaimanapun juga Celine sudah tinggal di bumi sejak dia masih kecil, Celine akan selalu merindukan keadaan di bumi. Sekarang hati-nya tenang saat merasakan angin melewatinya, suara kicauan burung dan gemercik daun. Hatinya damai saat melihat langit biru dan awan yang mengapung di atas sana.

Bumi diciptakan dengan begitu sempurna—ah, semua orang pasti akan mengakuinya. Tapi Celine heran. Mengapa manusia malah memutuskan untuk merusakannya?

Merusak keindahan yang telah diciptakan tuhan. Mengapa?

Celine kembali ke alam sadar saat Ayu mendorong pelan bahunya ke arah kerumunan dekat mading sekolah yang kini dihinggapi oleh orang-orang mulai dari kelas tujuh sampai sembilan. Mading sekolah-lah yang akan mengumumkan di kelas mana mereka berada nantinya.

"Aku harap kita bertiga bisa sekelas," Gumam Ayu memejamkan matanya, tampak berdoa serius dalam hatinya.

Begitu mereka bertiga di dorong sampai di depan kerumunan, ketiganya buru-buru mencari-cari nama mereka di kolom 8.

"8-1,"

"8-1!"

Diana terdiam, alisnya menekuk heran dan matanya memincing memperjelas apa yang dilihatnya di depannya, detik berikutnya dia mendesah kecewa. "Aih, nggak sekelas lagi. Aku di 8-2."

Celine dan Ayu ikut menghela nafas di karenanya. Keinginan mereka bertiga rupanya tak terpenuhi. Celine juga sebenarnya ingin sekelas dengan Diana, jadi Diana tidak perlu bolak-balik ke kelas saat hendak mendatangi Ayu. Celine selalu naik ke lantai tiga, namun beberapa kali dia akan melihat Diana dan Ayu bercakap-cakap di kelas mereka.

Ayu dan Diana sangat cocok. Pembicaraan mereka nyambung, mungkin karena keduanya sama-sama penyuka novel misteri.

Saat Ayu tengah menenangkan Diana, Celine berbalik menatap mading, mencari-cari nama seseorang diantara banyaknya nama yang terpampang disana.

Arville Roneyner ..., Arville.

Saat Celine menemukan nama Arville berada di kelas 8-2, lagi-lagi Celine menghela nafas kecewa.

Tidak sekelas.

Celine lalu berjalan ke arah Ayu dan Diana yang kini memperbincangkan soal pengurus sekolah yang mengurus tempat duduk mereka, keduanya merasa tidak adil, bagaimana mungkin ada banyak orang yang pindah ke kelas lain namun mereka bertiga tetap stay di kelas yang sama dan tanpa perubahan?

Celine mengangguk mengiyakan ketidakadilan itu, meski sebenarnya seorang malaikat dilarang melakukan hal itu, tapi tidak ada yang tahu, kan?

8-2.

Celine melirik Diana yang masih memperdebatkan hal yang sama, kali ini dia benar-benar menyetujui apa yang mereka katakan.

Ini tidak adil.

Mengapa harus Diana yang sekelas dengan Arville?

Saat menyadari bahwa dia baru saja mencemburui temannya sendiri, Celine memaki dirinya sendiri dalam hati. Apa yang dipikirkannya? Seorang malaikat merasa cemburu?!

Apa yang terjadi dengan dirinya?

"Cel, aku ke kelas 8-2 dulu, mau ngantar Diana." Bisik Ayu tepat di telinga Celine. "Mau ikut, nggak?"

"Uhm, aku ke kelas aja duluan nanti." Tolak Celine cepat, lalu dia memaki dirinya—seharusnya dia menerimanya saja agar dia bisa bertemu dengan Arville kan?

"Oke, deh. Duluan." Ucap Ayu, Diana hanya melambaikan tangannya ke Celine.

Celine menghela nafas, kini dia ingin mengikuti kedua temannya itu dari belakang, namun dia sudah terlanjur menolak tawaran mereka tadi. Uh, mengapa dia bisa sebodoh itu tadi?

"Kita tidak sekelas ya?"

Celine mematung, tak mempercayai suara yang di dengarnya barusan. Suara itu pun sontak membuatnya berbalik ke belakang, sesuai dengan asal suaranya.

"Arville? Kapan kamu di situ?"

Arville tersenyum tipis, "Barusan." Lalu Arville mengelus tengkuknya. "Aku di kelas 8-2." Sahut Arville menyayangkan.

Sebenarnya Celine bisa saja mengatakan bahwa dia telah mengetahuinya, namun karena tak ingin Arville tahu bahwa sebenarnya dia juga mencari-cari nama Arville tadi, maka dia hanya pura-pura mengangguk kecil.

Padahal—dia sudah tahu duluan.

"Tahun depan deh,"

Celine menatapnya galak. "Jangan ngomong seolah-olah aku ingin sekelas denganmu."

Padahal ingin, maki batinnya dalam hati.

"Memangnya aku ngomong gitu?" Tanya Arville sembari menaikan kedua alisnya bingung. "Kamu yang salah nangkap, kali."

Celine pura-pura tak mendengarkannya, dia berjalan lurus menjauhi lorong koridor, sesekali dia melirik ke samping, Arville berjalan di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. Celine sempat menerka apa Arville menyadari bahwa Celine meliriknya, tapi daripada Arville yang ternyata nggak tahu menjadi tahu, sebaiknya Celine jangan melihatnya terus menerus.

"Kamu mau kemana?" Tanya Celine bingung saat mereka sudah melangkah melewati kelas 8-2. "Kelasmu di sana."

Arville tidak menjawab, hanya melirik Celine sejenak dan tersenyum geli. "Aku mau singgah ke 8-1 dulu, ada Leon disana."

Celine hanya mengangguk termangut, sementara Arville bertanya-tanya dalam hati, Apa sebenarnya yang dipikirkan oleh dirinya?

Arville dan Leon jelas-jelas hanya teman seteam dalam futsal. Arville bahkan tidak ada urusan penting dengannya saat ini. Ah, atau mungkin Arville hanya beralasan agar dapat melihat Celine tiba di kelasnya dan duduk di kursinya dengan selamat? Sepertinya tidak ada hal apapun yang perlu diwaspadainya.

Saat melihat seisi kelas 8-1, dan saat Arville menyadari bahwa Leon tukang tidur itu belum datang, Arville buru-buru berkata, "Leon belum datang, mungkin nanti." Tentu saja, tidak mungkin Arville ikut masuk disana sementara seisi kelas sudah menatapnya penasaran.

Iya, untuk apa Arville datang ke 8-1 memangnya kalau tidak ada Leon?

Celine hanya mengendikan bahunya tak peduli, "Hm, oke." Lalu dia berjalan ke tempat kosong dan duduk di tempatnya tanpa memandang ke arah pintu sama sekali.

Arville kembali ke kelasnya, dengan sedikit kecewa.

*

Celine memperhatikan foto-foto yang dipegangnya dengan sedikit terkagum-kagum. Pasalnya di dalam foto itu ada banyak hal-hal indah yang begitu digemarinya. Lihat saja foto yang dipegangnya di tangan kiri, dimana Ayu tengah berpose angka dua dan Diana menatap ke arah lain tanpa tahu bahwa ada yang tengah memotret mereka. Yang paling membuat Celine kagum adalah background-nya.

Laut, di atas kapal putih mengkilap.

"Kamu pasti orang kaya, kan?" Celine menerka dengan yakin. Tentu saja, banyak background di depan villa besar, ruangan-ruangan yang mewah dan elegan, lampu-lampu kristal dan kolam berenang. Celine saja tahu itu termasuk materi-materi berkelas di bumi.

Ayu menekuk alisnya, nampak cemberut. "Kamu dan Diana sama-sama mengatakan begitu. Jawabannya tidak, aku bukan orang kaya. Bukan aku, tapi orangtuaku."

"Yah, sama saja." Balas Celine, masih mengagumi foto di tangannya. Celine lebih memperhatikan gelembung-gelembung yang melayang di atas langit yang pastinya bergerak indah di gambaran sebenarnya, tapi tetap saja dalam gambar beku itu, Celine seolah dapat melihat langsung apa yang terjadi. "Ini sangat cantik!"

"Makanya, lain kali ikutan." Cibir Ayu yang berhasil membuat Celine cemberut.

Celine juga sebenarnya ingin ikut, tapi aturan tetaplah aturan. Dalam dunianya, seorang malaikat harus tetap kembali, apalagi untuk malaikat yang tinggal di antara para manusia. Hal ini dilakukan agar para malaikat tidak melekat pada dunia bumi, dunia yang penuh dengan ilusi yang indah.

Saat tengah memperhatikan foto terakhir, samar-samar Celine dapat melihat kejanggalan yang ada di foto itu. Foto itu bernuasa pantai, dimana Ayu menggali pasir dengan sekop dan Diana memadatkan pasir agar menjadi tinggi. Dari foto, nampak beberapa orang melihat ke laut.

"Yu," Celine berbisik memanggil Ayu. "Apa yang terjadi?" Tanyanya sembari menunjuk foto.

Ayu mengernyit, beberapa detik kemudian, dia mengangguk dengan ekspresi penuh jawaban. "Oh itu. Saat itu aku dan Diana sedang membuat istana pasir kan, terus tiba-tiba ada yang tenggelam di tengah laut." Ayu menjelaskannya dengan sedikit tidak nyaman. "Oh, bagaimana kamu tahu ada sesuatu yang terjadi saat itu?" Tanyanya penasaran.

"Ugh, itu ..., ramai sekali orang yang melihat ke arah laut." Jawab Celine sambil menunjuk objek-objek yang dimaksudnya.

"Kasihan sekali, yang meninggal usianya masih muda. Dengar-dengar usianya baru mau duapuluh tahun." Ayu menyayangkan, melihat perubahan ekspresi Celine, Ayu cepat-cepat menambahkan. "Tahun depan kami nggak ke pantai lagi, kok. Aku dan Diana sudah ngomong dan rencananya kami akan kemping saja. Apa kamu berubah pikiran?"

Celine mengendikan bahunya, matanya masih fokus melihat satu objek di foto itu.

Lelaki berpakaian serba hitam, dengan sayap hitam yang mirip dengan sayap milik Ayahnya. Lelaki dengan sarung tangan hitam. Tubuhnya membelakangi kamera, menghadap laut dan ..., melayang.

Malaikat kematian.

Detik itu juga, Celine tersadar. Sebenarnya mereka ada di mana-mana, selalu melaksanakan tugas mereka. Mata Celine terbuka. Malaikat dan manusia itu berbeda.

Tugas mereka berbeda, dunia mereka berbeda, dimensi mereka berbeda.

Mereka bagai minyak dan air, mereka tidak akan pernah bisa menyatu.


Dan Celine..., tahu itu.

***TBC***

15 Juli 2016, Jumat.

A.N

Pas bikin chapter ini, saya mikir apa yaaa?

Lost Memories #84 FANTASY

Air Train #71 FANTASY

SKY A #42 FANTASY

Cam buku laporan aja lama-lama, haha.

Thanks, guys!


CINDYANA

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top