[-3]. Celine dan Mimpi Buruk

Arville meratapi foto album yang bersisip rapi di rak mejanya saat sudah bersiap-siap untuk pergi berjalan-jalan sejenak. Ditariknya keluar untuk diperiksa. Halaman demi halaman dibuka perlahan. Namun Arville menemukan sesuatu yang aneh disana.

Tidak semua halaman...terisi oleh foto.

Banyak tempat foto yang kosong, membuat Arville bertanya-tanya.

Tentang kejanggalan itu.

.

.

.

Celine sudah selesai menjalankan tugasnya. Yakni, mengunjungi rumah temannya dan mengambil semua foto yang menyangkut tentang dirinya. Celine yang jarang berfoto pun tak mendapat kesulitan saat mengambilnya dari rumah-rumah temannya. Tapi, Celine cukup mendapatkan beberapa foto...di dalam album foto yang diberikannya kepada Arville tahun lalu.

Entahlah, dia lupa kapan Arville mengambil gambarnya saat mereka di lantai tiga, atau saat mereka sedang di perpustakaan. Tapi Celine tak mau berpikir lebih lagi, sebab dia sudah mengambil semua fotonya tanpa sisa.

Foto terakhir yang sedikit menganggu, sudah terpajang di dalam album yearbook. Tapi Celine tak mau ambil pusing soal yang itu.

Anggap saja Celine seorang introvert yang tak mempunyai teman dan baru muncul difoto terakhir. Keberadaannya tidak pernah disadari semua orang dan dia tidak pernah ada disana. Foto-foto yang ada dirinya didalamnya memang hanya ada beberapa saja. Setelah ini Celine akan kembali ke dunia malaikat dan tidak akan memunculkan diri lagi di dunia manusia—itulah perjanjiannya dengan Ibunya.

"Apa aku boleh menyimpan foto-foto ini?" Tanya Charlos mencoba bercanda setelah menemukan foto itu di kamar Celine. Biasanya Celine akan membentaknya dan merebut semua foto itu. Charlos hanya berharap reaksinya akan sama seperti dulu, namun tidak pada kenyataannya.

"Terserahmu,"

Dan jujur, Charlos sedikit tidak enak dengan Celine saat ini.

Tapi dia tetap menyimpan foto Celine. Jarang sekali ada sesuatu yang bisa dibekukan untuk melihat kenangan dulu.

Kalau di dunia malaikat, ada seorang pelukis yang melukis saja. Dunia manusia dan malaikat tentu saja berbeda.

"Cel..."

Celine menatap Charlos dengan lesu. "Hm?"

"Mau kuantarkan ke dunia manusia?" Menyadari perubahan ekspresi Celine yang berubah ketakutan, Charlos menambahkan. "Aku bisa back up kamu dengan alasanku. Kamu tenang saja."

Sejenak, Celine terbungkam. Sudah beberapa minggu sejak kejadian itu, Celine tidak diizinkan untuk kembali ke dunia manusia.

Ibunya melarang keras akan itu, sedangkan Ayahnya..., sudah hampir tiga minggu Celine tak bertemu dengannya. Kata Dyne, Ayah masih sibuk bertugas. Tapi Celine lebih suka mengatakan bahwa Ayahnya juga sudah membencinya dan menghindarinya.

Aku terlalu durhaka, pikir Celine sambil menggelengkan kepala begitu mengingat kejadian hari itu. Saat dia sedang menyelamatkan Arville dan Ayahnya menegurnya, namun tak dihiraukannya. Wajar saja kalau Ayahnya membencinya. Saat Ayahnya pulang nanti, Celine harus bersiap-siap namanya akan dicoret dari daftar keluarga.

Meskipun malaikat keseimbangan terus saja mengatakan bahwa Celine tidak bersalah, tapi tetap saja Celine harus mendapat hukuman.

Tapi...tetap saja...,

"Aku—ingin kesana untuk terakhir kalinya..."

Charlos mengelus rambutnya dan tersenyum tipis. "Kamu tidak akan sanggup, Celine. Aku juga sering mengatakan itu saat biasanya kamu pulang setengah tahun. Tapi apa? Aku bahkan berencana menginap di rumahmu. Konyol, ya?"

Celine termenung untuk sejenak. Mungkin yang dikatakan Dyne seminggu yang lalu memang benar adanya.

Dia terlalu bodoh.

Padahal, Charlos juga—baik sekali.

Tapi mengapa hatinya hanya bisa diisi oleh manusia itu?

"Yasudah, aku akan meralat." Celine menunduk dalam. "...Aku ingin mengunjungi dunia manusia."

"Nah, hari ini kita bersenang-senang ya." Charlos sudah lebih dulu membuat pintu dimensi—yang membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menjadi sempurna dan dapat dimasuki.

*

"Karena aku jarang menyamar menjadi manusia..., izinkan Celine yang sudah profesional untuk mengajariku."

Celine sontak tertawa mendengar permintaan Charlos. "Oke, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menyembunyikan sayapmu, dan mengeluarkan wujudmu. Biasanya sulit untuk malaikat yang baru mencoba, tapi untuk malaikat unggul, kurasa itu mudah."

Dan benar saja, Charlos langsung bisa melakukannya dengan sukses, tanpa ada sebelah sayap yang keluar ataupun menjadi manusia setengah transparan.

"Tunggu. Sepertinya kamu sudah bisa." Celine memincingkan matanya saat mengingat Charlos pernah mengunjunginya sebagai manusia hari itu. "Buat apa kamu minta diajari? Hanya ingin membuatku besar kepala karena mengajari malaikat unggul?"

"Tidak, sama sekali tidak." Balas Charlos kalem. Diam-diam dia tersenyum dalam hati begitu melihat Celine sudah ceria kembali. "Nah, makanan apa yang paling lezat di sini?" Charlos mencium bau dari arah jalan. Dengan cepat dia menarik Celine. "Ini baunya enak, Cel...Apa ini enak?"

Celine merinding begitu mencium baunya. "Charlos, itu bahan dasarnya dari ayam."

Charlos pun menarik Celine menjauh dari sana dengan buru-buru. "Hampir, hampir saja." Gumamnya penuh selidik ke arah penjual yang menjual rendang ayam itu. "Huah, dunia manusia itu berbahaya sekali."

"Tidak berbahaya kalau kamu waspada. Ayo kita cari makan yang lain, masih ada banyak makanan yang bisa kita makan, kok."

Celine tergelak melihat bagaimana Charlos memekik kegirangan hanya karena memakan sebuah es krim. "Ini dingin sekali! Jenius sekali! Mereka menggunakan bahan dasar si dingin ini untuk membuatnya bisa dimakan?!"

"Kecilkan suaramu, Charlos." Gumam Celine saat melihat sekeliling manusia menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda. Para kaum hawa yang menatap Charlos dengan tatapan lapar ingin menelannya bulat-bulat dan para kaum adam yang menatapnya takjub dan memuja. Sepertinya karena mereka melupakan keberadaan mereka sebagai malaikat.

"Mereka cocok, ya. Tampan dan cantik."

Samar-samar Celine mendengar seseorang berbisik. Sebenarnya Charlos juga mendengarkannya, tapi dia memutuskan untuk menikmatinya saja. Kapan lagi orang-orang akan menganggapnya pantas bersanding dengan gadis disebelahnya? Di dunia malaikat, rata-ratanya mengecam Celine yang tak pantas dan beberapa kali itu membuat konflik baru disana.

"Celine, ayo kita ke sana!" Charlos menarik pergelangan Celine dengan antusias ke arah stan gulali, namun sebelum mendekat, dia bertanya terlebih dahulu. "Kita boleh makan itu?"

"Boleh," Balas Celine yang makin kebingungan saat Charlos mendatangi stan itu dengan ekspresi berbunga-bunga. "Dua ya, Mas."

Wajah Charlos berubah masam. "Jangan dilihatin kayak gitu, Mas." Charlos menyembunyikan Celine di belakangnya, Celine benar-benar hanya bisa geleng-geleng dengan sikap Charlos yang terlalu over itu. "Tunggu, Cel, aku buat mantra agar kamu tidak terlalu mencolok dulu."

Celine hanya bisa memakan gulalinya sambil memutar bola matanya kesal. Buat apa coba dihilangin lagi daya tariknya? Toh mereka hanya sebentar di sini. Charlos yang berlebihan, padahal daya tariknya saja bisa dirasakan oleh anak-anak kecil.

"Celine! Apa itu coklat?!" Charlos menunjuk heboh sebuah bangunan kecil yang seluruhnya terbuat dari coklat. Ngomong-ngomong, Charlos pernah mencobanya sekali saat Ayah Celine memberikan oleh-oleh dari dunia manusia kepadanya. Dan Charlos sangat menyukainya. "Boleh kita kesana? Boleh kita memakannya?"

"Gulali-mu saja belum habis." Gumam Celine. "Setahuku itu hanya pajangan saja, tidak boleh dimakan." Ucap Celine sambil ikut memperhatikan isi bangunan itu.

Celine benar-benar mengakui keunikannya, atap yang terbuat dari waffle raksasa bersiramkan coklat, gagang pintu dari donat, Sofa yang dibentuk sedemikian rupa dari cupcakes, ada manisan yang disediakan dengan rasa madu. Celine saja takjub, apalagi Charlos. Dia sudah heboh dan berkali-kali mengendus bau coklat yang mendominasi.

"Celine, ayo kita beli coklat yang benar-benar boleh dimakan..."

Celine hanya menghela nafas dan mengiyakan. Lagipula ini juga sekalian untuk menghabiskan uang yang sudah ditabungnya entah sejak kapan. Jumlah uangnya juga masih lumayan banyak untuk ukuran anak remaja seperti Celine.

"Ini apa?" Tanya Charlos takjub saat melihat supermarket. "Padat sekali!"

"Cokelatnya ada di dalam, kamu bawa ke mbak-mbak itu, terus bayar." Celine menunjuk ke dalam dengan dagunya. Saat Charlos masuk ke dalam sana dan Celine menunggu diluar, tiba-tiba saja Celine mendengar sebuah suara familiar yang menyebut namanya.

"Kak Celinee?!"

Celine sempat tersentak sejenak, sebelum akhirnya menghela nafas saat melihat Alea berlari ke arahnya dengan antusias. Barulah Celine ingat bahwa Alea tidak melihat peristiwa itu hari itu—karena Alea tidak seangkatan dengannya dan kegiatan ajar-mengajar diliburkan saat itu.

Sedangkan Charlos yang saat itu sudah masuk ke dalam supermarket, tiba-tiba saja mencium sebuah aroma dari kejauhan. Aroma yang membuatnya memutuskan untuk kembali. Tapi Charlos kini kebingungan mencari jalan keluar.

Ada makhluk lain disini?, batinnya sambil mulai melangkah lebar-lebar, mempercepat langkahnya untuk kembali.

"Kak Celine datang sendiri?" Tanya Alea sambil memperhatikan sekitar Celine. Celine sampai takut jika Alea mempertanyakan soal Arville padanya.

"Ada teman di dalam." Balas Celine sambil menunjuk ke dalam supermarket. "Kamu datang sendiri?"

"...Enggak, kak. Aku datang bareng-"

Belum lagi ucapan Alea selesai, seseorang mengintrupsi. "Sudah selesai?"

Dan pemilik suara itu...adalah orang yang paling tidak ingin Celine lihat saat ini.

Celine buru-buru memalingkan wajahnya ke arah supermarket, dia yakin bahwa orang itu adalah Arville. Celine tidak ingin melihatnya. Celine berharap Charlos cepat-cepat keluar dari supermarket dan mereka akan segera pulang.

"Ada teman?" Arville membuka suara, membuat jantung Celine berdetak kencang.

Alea nampak kebingungan sejenak. "Itu kan kak Cel-"

"Celine..." Panggil Charlos yang secara tidak sadar memotong pembicaraan Alea. Charlos dengan sengajanya menabrakkan Celine dengan dada bidangnya dan merangkul bahunya. "Ayo, pulang." Diraihnya tangan Celine dan segera melangkah menghadap Alea dan Arville.

"Temannya Celine?" Tanya Charlos ke Alea. Alea hanya bisa mengangguk kaku, apalagi Charlos dengan daya tarik yang memikat itu tengah berbicara dengannya. Meskipun begitu, Celine tahu kalau Alea tidak akan berpaling semudah itu dari Arville. "Aku Charlos. Salam kenal."

"Aleana." Alea ikut mengenalkan diri, lalu melirik Arville yang menatap mereka berdua dengan tatapan datar.

"Arville,"

Lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Charlos. Charlos tentu saja membalas uluran tangannya. Lalu, tangannya beralih ke arah Celine, yang membuat Alea kebingungan. Sedangkan Celine memperhatikan tangan Arville yang terulur padanya dengan seksama.

Tangan yang terulur itu, tanda bahwa semua kenangan yang ada diingatan Arville sudah menghilang.

"Arville," Sahut Arville, menatap Celine dengan tatapan yang sulit di artikan.

Ini mimpi buruk, pikir Celine frustasi.

***TBC***

21 November 2016, Senin.

A.N

The Lost Memories endingnya di chapter 11 ya, setelah -1, akan lanjut ke chapter 4 dan kembali ke waktu sebelum Flashback dimulai. Bingung ya? Wkwk.

Besok update kilat -2, oke? Berhubung saya gatau mau ngapain besok.

Lol, kutak tau banyak yang kangen Celine Arville. Maafkan daku.

Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top