[-29]. Celine dan Kejadian Tak Terduga
"Kamu tidak makan siang lagi hari ini?"
Suara itulah yang pertama kali menyambut kedatangan Celine saat dia baru menaiki lantai tiga. Bukannya Celine selalu tidak makan siang, kadang Celine membawa kotak bekalnya, tapi dia memakannya langsung di kelas. Makanan di kantin sama sekali tidak cocok dengan lidahnya, karena itulah dia jarang ke kantin untuk makan siang. Beberapa kali dia akan ke kantin untuk memberi manisan atau minuman saja.
"Kamu sendiri juga," Cibir Celine, dibalas cengiran oleh Arville.
Celine melangkah mendekat, Arville bersandar di dinding balkon. "Aku dan kamu beda,"
Sejenak, ada rasa sesak yang dirasakan oleh Celine begitu mendengar pernyataan itu.
"Kamu kurus," Arville memperhatikan pergelangan tangan Celine. "Mengapa tidak membawa bekal hari ini?"
Arville tahu dia tidak membawa bekal karena Celine naik ke lantai tiga lebih cepat dari biasanya. Arville juga tahu kalau Celine tidak sreg dengan makanan di kantin. Celine menghela nafas, sebenarnya dia membawa bekal hanya pada saat Ibunya sedang tidak bertugas dan tidak sibuk saja, dan itu jarang terjadi. Celine juga tahu kalau pekerjaan Ibunya sebagai malaikat pelindung tidaklah mudah.
"Ibuku sibuk," Balasnya pendek.
Arville mengangguk kecil. "Apa kamu mau aku buatkan be-"
"Tidak perlu." Potong Celine cepat, tanpa jeda. "Tidak perlu repot-repot. Aku tahu kalau para pengagum setiamu itu selalu menyetor kotak makan padamu tiap pagi, jadi kamu tidak perlu menyombongkan diri."
Arville menaikan sebelah alisnya, "Darimana kamu tahu?" Celine gelagapan. Dia tak menyangka bahwa dugaannya akan seakurat itu. Padahal Celine hanya pernah menyaksikan sekali saat seorang perempuan memasukan kotak bekal ke laci mejanya. Itupun hanya sekilas, saat Celine hendak lewat di kelas 7-2 dulu.
"Aku hanya menebak," potong Celine tegas. "Ngomong-ngomong, seisi kelasku tadi semuanya membicarakanmu."
"Oh ya? Apa yang mereka bicarakan?"
Celine melirik lapangan bola di bawah sana. "Katanya ..., akhir-akhir ini ada adik kelas yang dekat sama kamu."
"Ah, maksudmu Alea?"
"Mana kutahu." Balas Celine cuek. "Aku hanya tak sengaja mendengar, bukannya ingin tahu tentang itu. Nggak apa-apa kalau kamu datang kemari?"
Arville mengelus tengkuknya, tiba-tiba merasa canggung. "Tidak apa, Alea itu sebenarnya-"
"Sudah kubilang, aku tak sengaja mendengar!" Celine memotong dengan nadanya yang naik seoktaf tanpa disadarinya, sedetik kemudian dia merasa konyol. Celine ingat persis dialah yang membawa topik tentang adik kelas yang bernama Alea itu, lalu mengapa sekarang Celine yang bertindak seolah-olah Arville yang memaksanya mendengarkannya?
Celine—bodoh.
"Iya, iya." Arville nampak mencoba menenangkan Celine dengan insyarat di tangannya. "Ayo jangan membahas soal itu lagi."
Seharusnya sekarang Arville memakinya saja, sebab Celine kini merasa bersalah padanya. Arville terlalu baik. Terlalu baik sampai Celine benar-benar ingin memarahinya.
"Kamu tetap akan menjadi pengurus kebun atau mencari club lain?" Tanya Arville mengubah topik, raut wajahnya sedikit cemas. Entahlah, Celine bahkan menyadari bahwa Arville selalu khawatir saat membahas soal tugas Celine sebagai pengurus kebun.
Sebenarnya sudah sejak dua bulan sebelum ujian hari itu, Celine sudah menyelesaikan penelitiannya tentang perkembangan tanaman. Hasilnya sama seperti yang di tulis dalam ilmu yang dibuat oleh manusia di ilmu biologi. Hasilnya juga sama dengan apa yang ditulis di buku kehidupan.
Sepertinya misinya telah selesai. Tapi, Celine tidak tahu dia harus masuk club mana kali ini.
"Aku belum tahu,"
Celine mungkin akan masuk di club yang akan membantunya mencapai tujuannya. Club atau hal yang bisa menguntungkannya seperti menjadi pengurus kebun.
"Kusarankan kamu memilih club yang berada di ruangan tertutup." Arville menunjuk Celine. "Lihat rambut dan kulitmu."
Celine meratapi kedua tangannya, kemudian menyentuh rambutnya dengan penuh tanda tanya. Keningnya mengernyit, seperti meminta penjelasan dari Arville. "Kenapa memangnya rambut dan kulitku?"
Arville menghela nafasnya, lalu meratapi rambut Celine. "Kulitmu sedikit gelap dan rambutmu menjadi sedikit kering. Aku dengar-dengar, para perempuan mempermasalahkan itu, kan?"
"Hanya sedikit?" Tanya Celine menaikan alisnya, dia bahkan ragu dengan perkataan Arville. Dirinya saja tidak merasakan perubahan yang signifikan semacam itu.
"Iya, hanya sedikit." Arville merekatkan jari jempol dan telunjuknya dengan sedikit jarak. "Jadi kamu tak perlu mengkhawatirkannya."
Sebenarnya Celine tidak peduli, sampai Arville menyampaikannya langsung ke Celine. Bukan, bukan itu. Celine mungkin tak peduli jika yang mengatakan hal itu padanya adalah Ayu, Diana, atau orang lain sekalipun. Tapi mengapa saat Arville yang melakukannya, semuanya berdampak terhadapnya?
"Baiklah, aku terima saranmu."
Arville sendiri dapat melihat sedikit kepanikan dari Celine, tapi dia mengira bahwa itu adalah hal yang wajar bagi perempuan untuk mengkhawatirkan fisik mereka. Apalagi Celine yang sudah dikenalnya setahun itu tidak pernah membicarakannya kepada Arville.
"Tapi tenang. Meskipun kamu kurus dengan sifat yang judes, kamu tetap cantik kok."
"Kamu mencoba menghiburku dengan gombalan recehmu itu?" Tanya Celine tak senang.
Sebenarnya bukan pertama kalinya ada yang mengagumi kecantikan Celine. Yah, Celine memang punya wajah yang menawan. Tapi entah sejak kapan tidak ada manusia yang mengatakan bahwa Celine memiliki wajah yang cantik. Celine sendiri sebenarnya tidak ambil pusing dengan itu.
Tapi setelah sekian lama, ada yang mengatakannya cantik? Dan itu dari mulut Arville di depannya langsung?
"Aku tidak sedang menggodamu!" Balas Arville mengerutkan keningnya. "Niat pun tidak, sumpah." Arville memperlihatkan angka dua di tangannya.
Celine berdecak tidak senang, meski dia dapat melihat kesungguhan yang ada di wajah polos Arville. Selama mengenalnya setahun ini, Arville jarang berbohong. Dia jujur dan apa adanya. Tapi sifatnya itu kadang membuat Celine ingin memukulinya tanpa ampun. Tapi Celine masih sadar diri, kalau dia melakukannya, tubuh Arville bisa saja lebam dan meninggalkan bekas kebiruan.
"Yasudah, aku makan." Ucap Celine pada akhirnya.
Arville mengangguk, saat Celine hendak melangkah turun, Arville menambahkan. "Makan yang banyak, yah."
Celine tersenyum kecil, lalu melanjutkan langkahnya. Hatinya sedikit risih—atas kebohongan yang dilakukannya. Karena Celine tidak mungkin—memakan makanan kantin.
*
Kayla sudah tahu sejak lama, bahwa Celine selalu datang ke lantai tiga setiap istirahat pertama dan kedua. Selama ini Kayla sudah memata-matainya, sampai akhirnya kemarin sore Kayla melihat jelas Celine dari tribun lapangan. Karena itulah, keputusan final Kayla hari ini adalah menemui Celine. Kayla ingin menemui Celine langsung dan mengoloknya sepedas mungkin hari ini, sebab Kayla nyaris tak pernah mendapat respon dari Celine disetiap usahanya membalas Celine. Terakhir, Celine meladeninya saat dia menindas Diana kelas tujuh, tahun lalu.
Kayla sebenarnya bukan membenci Celine. Ada sedikit rasa penasaran terhadap gadis itu. Gadis itu terlalu tenang, tidak pernah membalas ucapannya, tidak pernah membalas sumpah serapahnya.
Kayla ingin sesekali membuat Celine kesal padanya. Dan mendengar gosip tentang Celine dari orang-orang, Celine hampir tak pernah menunjukan emosinya kepada siapapun—kecuali Ayu dan Diana yang tak bisa diajak kompromi untuk kooperasi sejenak.
Kayla membulatkan tekadnya. Gadis yang masuk di club Cheerleader itu memutuskan untuk naik ke lantai tiga dan berbicara langsung dengan Celine.
Pokoknya akan kubuat Celine itu marah hari ini, Kayla bertekad dalam hati.
Kayla menaiki lantai tiga—sendirian. Dia tak peduli soal rumor-rumor yang mengatakan bahwa ada penunggu disana, atau apalah gosip aneh lainnya. Karena Kayla sudah bertekad mencari Celine.
Disaat Celine merasa kesal dengannya nanti, itu artinya Kayla menang. Dan Kayla sangat ingin menang.
Sudah seminggu sejak masuk kelas delapan, Kayla menahan dirinya agar tidak langsung datang ke lantai tiga. Ada banyak hal yang sempat menjadi faktor penghambat. Ayolah, rumor-rumor bodoh itu dan juga kepercayaan dirinya yang kadang merosot turun.
Pokoknya hari ini dia harus bisa!
Sementara itu, Celine meratapi lapangan dari lantai tiga. Ada banyak manusia-manusia berukuran mini karena jarak. Arville ada di salah satu kerumunan kecil itu, dan Celine sudah menemukannya. Tidak cukup sulit untuk mencari Arville bagi Celine, mungkin karena Celine sudah terbiasa melihat Arville.
Kemarin, Arville mengatakan bahwa dia akan mengikuti pertandingan futsal antar sekolah. Jadi, untuk seharian ini, Arville tidak akan muncul di lantai tiga atau di area manapun di sekolah.
Arville dan kelompoknya kini tengah baris-baris dan mendengar pengarahan dari pelatih, Celine hanya bisa menatap keadaan mereka dari atas.
Celine berbalik, melihat kekosongan yang terasa sangat tajam. Beberapa saat kemudian Celine tersenyum, menyadari hal yang bisa dilakukannya jika ia bosan.
Saat melihat kembali ke lapangan, mereka sudah menuruni lapangan yang tempatnya dekat dengan tangga dekat parkiran sekolah, dan mereka masuk ke bus sekolah satu persatu.
Celine menghela nafasnya, lalu berjalan masuk ke dalam, menghindari sinar matahari dan penglihatan orang-orang yang mungkin melihatnya dari bawah.
Arville sudah pergi, Celine bisa melakukan hal yang biasa dilakukannya dulu jika Arville tidak ada.
Menari.
Dengan sayap terbuka.
Menari dengan keadaan sayap terbuka adalah ritual yang dilakukan oleh para malaikat. Jika diumpamakan dengan rasa yang bisa dijelaskan dalam teori manusia, menari ibarat penyegaran diri dan membuka sayap ibarat melepaskan sesak. Rasanya hampir mirip dengan keadaan seorang manusia saat sudah sesak berada di dalam air yang segar karena kekurangan oksigen, tapi kemudian ia keluar dari air dan merasakan oksigen.
Rasa yang begitu sempurna.
Celine menari, terus menari. Tanpa menyadari bahwa sepasang mata kini telah menatapnya dengan wajah pucat dan mata terbelalak.
Kayla—melihatnya.
"Celine?"
Putaran tubuh Celine terhenti seketika. Tubuhnya membatu. Sejenak, Celine dapat merasakan seluruh nadinya dilewati oleh darah dingin.
Kayla berjalan mendekati Celine, menatap lekat-lekat sayap putih yang ada di belakang Celine.
"Indah sekali," Gumamnya. "Tak tampak seperti sayap buatan."
Celine tak mampu berkata apa-apa, bahkan saat Kayla menyentuh sayap itu dan ada sedikit gerakan menarik dari dayanya yang membuat Celine meringis tanpa disadarinya.
"Tidak mau lepas." Wajah Kayla makin memucat, dia melangkah mundur dan kakinya tercekal oleh balok kayu tanpa disengajakannya. Namun dia tetap meringsut mundur. Peluh di pelipisnya menintik turun, matanya menerjap tak percaya. "I-itu sayap asli?"
"Dengarkan a-"
"Kau itu apa?" Tanyanya dengan nada suara bergetar. "A-apa kau ..., bukan manusia? Apa kau jelmaan angsa? Siluman?!"
Celine sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Ini pertama kalinya dalam hidupnya—statusnya diketahui oleh manusia. Ini pertama kalinya.
Apa yang harus dilakukannya? Bukankah ini mengancam keseimbangan dalam semesta?
Apa yang telah dilakukannya? Tak seharusnya dirinya lengah dan membiarkan manusia melihat sosok aslinya. Tak seharusnya ini terjadi.
"A-apa kau ini bidadari? Malaikat?"
Langit yang cerah tadi tiba-tiba menjadi gelap. Petir menyambar tepat saat Kayla mengucapkan kata 'malaikat'. Kayla mengetahuinya, semuanya berakhir sudah. Celine yakin, setelah ini dia tidak akan diizinkan untuk tinggal di bumi lagi.
"Celine Margaretha!" Suara terdengar kuat, menggema-gema di pendengaran Celine. "Kau sudah berbuat kesalahan, kau akan dihukum."
Celine bahkan tak sempat terkaget-kaget. Tubuh Kayla tiba-tiba terangkat ke atas, lalu muncullah seorang malaikat yang dikenal Celine sebagai malaikat ingatan.
"Kenangan adalah hal yang terindah bagi manusia. Tapi maaf, aku harus mencabut ingatannya demi keseimbangan dunia ini."
Semuanya terjadi dengan cepat. Saat Celine mengedipkan matanya sekali, semuanya kembali normal. Langit sudah kembali cerah, tidak ada siapapun disana kecuali dia dan Kayla.
Oh, tidak.
"Uh," Kayla membuka matanya perlahan. Celine menatapnya gugup, perlahan Celine melangkah mendekatinya.
"Kamu ..., baik-baik saja?"
Pandangannya sayu, seperti baru saja bangun tidur. Setengah berbisik parau, Kayla bertanya. "Kau—siapa?"
Dan detak jantung Celine, terasa berhenti detik itu juga.
***TBC***
16 Juli 2016, Sabtu.
A.N
YEAH, KONFLIK DIMULAI!
How is it? Hm?
#79 Fantasy
CINDYANA H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top