[-19]. Arville dan Sticknote Caramel

R.I.P My Happiness

-

Sudah tiga bulan Celine tidak datang ke lantai tiga. Bulan ini adalah bulan dimana mereka akan melaksanakan ujian. Bulan terakhir dikelas delapan mereka.

Meskipun Celine sudah absen tiga bulan untuk tidak datang di lantai tiga, terkadang Arville masih datang, mengharapkan kedatangan Celine yang bisa mempertemukan mereka—seperti saat pertama kali mereka berjumpa dulu. Dengan ketidakhadiran Celine selama tiga bulan ini, semua pemikiran Arville terjawab.

Sejak kejadian terakhir saat Arville membawanya pulang tiga bulan yang lalu, tidak ada lagi interaksi diantara mereka. Tidak lagi ada sapaan di antara mereka. Celine menghindar setiap bertemu dengan Arville, dan Arville tetap mencari kesempatan untuk berbicara dengan Celine meskipun itu mustahil.

Sampai sekarang Arville tidak tahu kesalahannya. Yang Arville tahu, Celine menghindarinya, Celine marah padanya.

Celine—membencinya.

Arville sudah pernah meminta maaf padanya hari itu, namun Celine tak mengiyakan permintaan maafnya. Celine tidak mau memaafkannya, Celine tidak sudi memaafkannya, Celine tidak mau lagi berteman dengannya.

Arville yang baik hati itu menjadi pemurung dalam sekejap.

Ayu menyadari adanya perubahan yang aneh terhadap Celine. Celine yang biasanya menghilang di jam istirahat selalu tampak di kelas atau terkadang ikut mereka ke kantin. Ayu sempat berpikir dia dan Arville bertengkar. Bahkan saat meminta Diana memata-matai Arville, Diana sadar bahwa Arville juga berubah.

Keduanya berubah.

Meskipun begitu, Arville tak pernah mau membiarkan siapapun melihat perubahannya. Segalanya akan ditutupinya dengan senyuman dan kata 'baik-baik saja'. Tentu saja Diana baru dapat menyadarinya setelah seminggu penuh memata-matai Arville.

Arville dan Celine terlalu rumit; keduanya rumit.

Celine yang memang terlihat berubah dengan jelas, namun tak pernah mau mengakuinya, dan Arville yang menutupi segalanya dengan sifatnya.

Ayu sedikit merasa bahwa keduanya memiliki sifat yang sama.

Meskipun begitu, tidak ada seorangpun diantara Ayu dan Diana yang mempertanyakan perihal tentang berhentinya Celine mengunjungi lantai tiga. Keduanya berharap suatu hari nanti Celine bersedia menceritakannya dengan terbuka.

*

Celine menderita selama tiga bulan terakhir.

Celine menderita tak berbicara dengan Arville, saking menderitanya sampai terkadang dia tak bisa menahan dirinya untuk tidak melihatnya dari kejauhan.

Celine tidak bisa, ini terlalu sulit, tak semudah yang dipikirkannya.

Kebiasaan Arville untuk datang ke lantai tiga pun mulai—hilang begitu saja. Celine menyadari hal itu saat melihat Arville lebih sering menghabiskan waktunya dilapangan sepak bola bersama Kakak-adik kelas di team futsalnya. Arville bahkan tidak datang ke perpustakaan meskipun Celine berharap bisa melihatnya.

Yang Celine lakukan belakangan ini adalah—melihatnya dari jauh. Terkadang Celine tak bisa menahan dirinya sampai akhirnya Celine memutuskan untuk menghampirinya, meskipun dibalik kekuatan transparantnya, dan itu tidak bisa berlangsung lama, sebab Celine masih saja belum bisa mengendalikan kekuatannya. Sejauh ini, dia hanya bisa menatapnya tanpa jeda selama semenit, setelah itu dia harus pergi, karena dia tidak tahu sampai kapan kekuatannya bisa bertahan.

Celine bahkan berpikir, dia bisa gila jika dia tidak melihat Arville sehari saja.

Lelaki itu terlalu—hebat menyakitinya.

Lelaki itu terlalu kuat, terlalu kuat sampai Celine tak bisa mengalahkannya. Sampai Celine membiarkan lelaki itu melukai dirinya.

Meskipun lelaki itu sama sekali tidak pernah menyentuhnya untuk melukainya.

Saat Celine merasa sudah mencapai batasnya, Celine akan pergi dengan cepat bersama sayapnya, Celine akan memunculkan wujudnya lagi di WC. Karena dia tidak akan pernah memunculkan dirinya di depan Arville.

Jika manusia tidak bisa membunuh Malaikat, maka satu-satunya manusia yang bisa membunuhnya hanyalah Arville.

Arville sendiri, sering memperhatikan Celine mengerjakan tugasnya dari lantai tiga di sisi balkon kebun belakang belakangan ini. Arville tidak punya pilihan lain selain melihat keadaan gadis itu dari kejauhan. Karena Celine sudah terang-terangan menjauhinya untuk mengkhawatirkannya.

Sampai saat ini Arville belum mengetahui kesalahannya.

Namun setelah mengenal Celine selama hampir dua tahun ini, Arville tahu bahwa Celine pastilah mempunyai alasan. Apalagi Celine berbeda dengan teman-temannya kebanyakan. Kalau diistilahkan dalam bahasa Inggris, Celine itu orangnya reasonable, segala hal yang dilakukannya punya alasan.

Tapi yang dipikirkan Arville tidak salah total juga. Celine memang selalu punya alasan setiap melakukan sesuatu.

Misalnya saja—alasan Celine masuk sebagai pengurus kebun belakang. Alasan terdekatnya karena Celine ingin meneliti tumbuhan yang tumbuh, atau lebih tepatnya Celine ingin melihat perkembangan dan pertumbuhan sebuah tanaman langsung, bukan dari buku yang ditulis oleh manusia atau sumber dari malaikat kehidupan. Walau apa yang ditulis dan diceritakan malaikat kehidupan dan yang ditulis oleh manusia tidak sepenuhnya salah.

Soal Celine yang katanya tertarik di bidang sosial—itu juga tidak bohong. Celine memang tertarik di bidang kesehatan dan proses-prosesnya, namun dia lebih tertarik lagi pada sifat manusia yang entah bagaimana bisa dikategorikan di bidang sosial.

Masa dimana perjuangan para murid yang mati-matian menghadapi ujian itu biasanya memberikan sebuah hasil yang indah, yaitu liburan. Liburan berada di depan mata begitu mereka berhasil melawan ujian hingga tuntas.

Akhirnya libur telah datang setelah selesai ujian. Selama waktu ujian, Celine menyibukkan diri dengan belajar. Celine ingin melupakan masalahnya tentang Arville, tentang perkataan Ibu Florence yang masih menggenang dikepalanya, dan tentang segala hal yang tiba-tiba bisa dipikirkannya.

Celine selalu mengisi liburan dengan berkunjung ke dunia malaikat dan membantu Ibunya mengurus pekerjaan Ibunya selama liburan. Celine yakin, jika dia melakukannya sekali lagi, dia tidak akan teringat dengan masalahnya di bumi.

Dyne yang sudah dikirim ke dunia malaikat dua hari lebih cepat, nampak lebih giat bekerja disana. Mungkin benar kata Ibunya, malaikat selalu bisa menyesuaikan diri mereka dimanapun mereka berada. Buktinya Dyne yang malas bisa berubah menjadi rajin seperti itu.

"Apa aku semalas itu sampai kamu pun melihatku seperti itu?" Tanya Dyne dengan agak malas. "Biasa sajalah. Aku begini karena adaptasi, tubuhku memang selalu bisa mengingat kebiasaan apapun dengan cepat."

Yah, dipikir-pikir Dyne memang benar. Kemampuan mengingatnya memang hebat dan tak diperkirakan, dia bisa langsung mengingat dalam sekali tengok. Berbeda dengan Celine yang lebih unggul di bagian menghitung dan penalaran.

"Dyne, kamu bisa kangen nggak sih, sama teman-temanmu di Bumi?" Tanya Celine refleks yang membuat Dyne memandang kakaknya dengan tatapan heran.

"Hee? Kamu nanya pendapatku? Aku menjawab, 'Tidak'. Tubuhku selalu mengingat kebiasaan. Saat aku berada disini, hal yang kupikirkan hanyalah disini, dan kalau aku berada di bumi, hal yang kuingat hanyalah di bumi. Bukankah semua malaikat punya tipikal seperti itu?"

Celine bingung juga hendak menjawab adiknya, sebab Celine merasa bahwa dia adalah satu-satunya malaikat yang jalan pikirannya terus saja berbeda dengan malaikat yang lain.

"Jangan bilang ragamu disini, tapi kamu malah memikirkan hal yang ada di bumi?" Tanya Dyne dengan tatapan curiga.

Celine membantah tegas dengan gelengan kuat dan cepat. "Enggak kok. Cuman nanya."

Dyne hanya bisa termanggut-manggut, meskipun tatapannya masih terlihat curiga. "Ya, yah. Hanya kamu yang tahu itu."

Dan saat itu, Celine merasa hampir tertangkap basah. Diam-diam dia menghela nafas lega.

*

Besok adalah hari dimana Arville akan berangkat keluar kota untuk liburan. Ayah dan Ibunya sudah mempersiapkan segalanya. Mereka sudah berkemas-kemas sejak tadi malam dan sekarang Ayah dan Ibunya sedang keluar membeli persiapan-persiapan lainnya.

Tidak seharusnya Arville membiarkan kamarnya berantakan, karena itu yang membuat Ayah dan Ibunya membatalkan niat mereka untuk membawa anak semata wayangnya ke Departement Store.

Arville yang selama tiga bulan ini merasa bingung dengan tindakan Celine pun mencoba memulai hobi baru dengan mencoba mendengarkan alunan musik klasik yang sudah dibeli Ibunya sejak dia masuk SD. Namun, sudah mencoba mendengarkan satu persatu, dia tidak tertarik. Saat dia beralih ke kegiatan lain, kaset dan CDnya menumpuk begitu saja di lantai.

Karena itulah Arville dikurung di kamarnya hari ini, sampai dia selesai membereskan kamarnya.

Arville menyusun terlebih dahulu buku-buku dan kaset-kaset musik klasik ke lemari. Lalu membereskan tempat tidurnya dan mulai membereskan barang-barang di nakas. Setelah itu, Arville harus berhadapan dengan meja belajarnya yang sudah hancur tak terbentuk.

Meja belajarnya berantakan lebih parah dari meja seorang komikus atau penggambar peta, sungguh, Arville sampai berpikir meja itu hampir tak pernah diurusnya selama beberapa tahun.

Saat membereskan mejanya, beberapa kali Arville meringis saat menemukan buku-buku yang ingin dibacanya beberapa bulan lalu namun dia tidak jadi membacanya karena buku itu hilang. Rupanya buku itu ada di atas meja belajarnya?

Menemukan sebuah buku yang disenanginya di meja belajar membuat Arville bersemangat dan berniat membereskan mejanya. Disusunnya buku dan dipisahkannya buku pelajaran dan buku paket. Selanjutnya dia mengutip satu-satu kertas yang ada di atas meja, mengeceknya terlebih dahulu sebelum membuangnya.

Arville pernah sekali asal membuang kertas sampai-sampai tidak menyadari bahwa dia telah membuang kertas kuitansi tanda pembayaran uang sekolahnya, tentu saja itu membuatnya kerepotan setengah mati saat dia berdebat dengan admin sekolah yang bersikeras menyatakan bahwa Arville belum membayar (Iya, itu Pak Aditya). Tapi masalah itu sudah selesai saat admin itu menemukan kuitansi salinan di lacinya.

Arville yang jera pun menjadikan pengecekan sebagai tradisi dan hal yang wajib dilakukannya sampai kapanpun.

Dan beginilah Arville, yang kini duduk di depan meja belajarnya sambil memeriksa kertas. Saat menemukan kertas berwarna jingga tua, warna yang hampir sama dengan warna meja belajarnya, hampir saja Arville tidak melihatnya.

Kertas berwarna jingga tua itu diyakininya sebagai sticknote. Saat dia membuka kertas yang diremuk itu, ada aroma khas caramel yang menyengat hidungnya. Saat itulah, dia membaca isi sticknote yang ternyata berisi jadwal pelajaran sementaranya hari itu.

Dan Arville kebingungan di sana.

Apa ini salah satu kertas yang diberikan Vino? Tapi ..., Arville yakin sekali, menuliskannya dalam sticknote itu benar-benar bukan tipikal Vino. Apalagi Vino sudah membawa selembar fotokopi-an jadwal hari itu langsung. Apalagi, tulisan tangan Vino tidak mungkin serapi ini.

Matanya terus menelusuri kertas itu, berharap siapapun meninggalkan jejak berupa inisial atau nama sebagai petunjuk, namun yang diharapkannya tidak ada. Maka akhirnya, Arville menajamkan ingatannya, mencoba mengingat apa yang ada disana, agar suatu hari Arville bisa menemukan orang yang mengirimkannya dan berterimakasih padanya.

Arville akan mengingat tulisan yang tercoret di sana. Juga bau caramel yang masih tercium jelas meski sudah termakan waktu.

***TBC***

4 Agustus 2016, Kamis.

A.N

Kayaknya saya musti ganti sinopsis ya, wkwk, aneh banget sinopsisnya setelah diliat-liat.


CINDYANA

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top