[-16]. Celine dan Angka Enam
Celine menerjap tak percaya saat dia melihat nomor yang dicabutnya berdekatan dengan nomor yang dipegang Arville. Nomor yang dipegangnya adalah 6 dan nomor yang dipegang Arville adalah 7. Yang mana halnya, pembagian tempat duduk kali ini membuatnya akan duduk dekat dengan Arville.
Celine sedaritadi tak percaya bahwa tuhan mengabulkan keinginannya—sekelas dengan Arville.
Celine merasa serba salah. Dia mencoba menjauhkan diri dari Arville, dan apa yang didapatnya? Bahkan takdir pun seperti melarangnya melakukan itu. Celine benar-benar tidak diberi pilihan.
Dan dugaannya benar, tempat duduknya berada dibelakang Arville.
Celine tidak yakin dia bisa menghindari Arville, sekali lagi. Dan lagipula, dia sudah berjanji. Berjanji bahwa dia tidak akan menyesalinya.
Perkataan memang tidak pernah semudah perbuatan.
Celine melangkah ke mejanya. Arville sudah ada di belakangnya, menatapnya dengan senyuman hangat. Celine heran, apa Arville tidak sadar kalau Celine menghindarinya?
"Kita sekelas, Cel." Arville masih tersenyum saat Celine menarik kursinya dan duduk di depannya. "Jangan menghindar lagi, ya."
Tidak pantas!, pekik Celine dalam hati. Celine tidak pantas mendapat senyuman hangat itu dari Arville, sangat tidak pantas. Arville tahu bahwa Celine menghindarinya selama ini.
Tapi, janji tetaplah janji.
Celine membalikan setengah kepalanya, menatap Arville yang masih tersenyum lewat ekor matanya.
"Ya?" Arville memajukan kepalanya, mengulangi pertanyaan ke Celine. Suaranya yang biasanya terdengar jelas, semakin jelas.
Dan kepala Celine pun mengangguk pelan.
.
.
.
Arville tidak bisa menahan senyumnya sejak melihat nama Celine terpampang di kelas yang sama dengannya. Hari ini adalah hari yang sangat bersahabat. Dia sekelas dengan Celine, Celine merespon perkataannya tadi dan tempat duduk mereka sangat dekat—hanya depan-belakang saja.
Apakah Arville sudah pernah mengakuinya? Bahwa tidak perlu sampai wajah dan senyumannya, dia sudah cukup nyaman hanya dengan melihat rambut dan punggung gadis itu?
Dia tahu dia akan bahagia hanya menatap gadis itu dari belakang, setidaknya dia tahu bahwa gadis itu masih berada disana.
Bahkan sekarang, Celine duduk posisi menyamping, dan wajahnya menatap Arville dengan datar.
"Gimana kabarmu?"
Celine menjawab tak acuh, "Baik, seperti yang kamu lihat. Kamu sendiri?"
Arville tersenyum masam. "Aku nggak baik. Akhir-akhir ini aku nggak mood makan. Pulang sekolah nanti kita nyari tempat makan, yuk."
Mata Celine terbelalak tak percaya, selain jujur, lelaki ini terlalu to the point. "Hari ini?"
"Iya, hari ini. Bisa tidak?"
Celine kira hari ini saatnya untuk meminta maaf ke Arville atas kelakuannya beberapa bulan ini. Tapi masih ada Ayu dan Diana yang sebenarnya daritadi memperhatikan mereka berdua dari pojokan. Mungkin Celine memang harus menerima tawaran itu hari ini.
"Baiklah, ayo."
*
Charlos menahan nafas saat dilihatnya Celine—pujaan hatinya berbicara dengan seorang manusia! Terlebih lagi, manusia itu adalah laki-laki!
Charlos tahu bahwa lelaki itu tak mencoba menyesatkan Celine, sebab dia punya aura yang sangat putih. Tapi dia tidak bisa menahan diri saat melihat Celine berbicara dengan lelaki itu, apalagi lelaki itu tersenyum lebar saat berbicara dengan Celine. Mata Celine nampak gugup—hal yang tak pernah dilihat oleh Charlos sebelumnya saat Celine berbicara dengannya.
Charlos masih ingat bagaimana dia memberikan sihir ke Celine agar Celine tak tampak begitu menarik di hadapan manusia. Manusia yang berbicara dengan Celine itu tampak tersenyum hangat, Charlos tak dapat menebak apakah itu senyuman hangat yang dikhususkan ke Celine atau memang ke semua orang.
Tapi tak seharusnya laki-laki itu ..., lebih dekat dengan Celine dibanding dirinya.
Gratte tahu, dia tak seharusnya membiarkan Charlos melihat itu. Sudah lama Gratte mengawasi Celine—yang tentu saja diperintahkan Bu Florence agar bencana besar itu tidak memecah dua dunia. Gratte tidak menyangka hari ini bisa begitu sekebetulan ini. Celine berbicara kembali dengan manusia itu setelah sekian lama tepat saat Charlos tengah melihatnya. Entahlah tuhan memang sudah merencanakan semua ini atau tidak.
"...Siapa lelaki itu?"
Gratte tak berani menjawab, hanya terbungkam saat menatap mata Charlos yang memperlihatkan kemarahan yang masih dikendalikannya. Gratte tidak tahu, apakah dia punya hak untuk menceritakannya ke Charlos?
"Gratte ...,"
"Namanya Arville." Gratte menengak ludahnya tertahan. "Manusia yang diramalkan dapat membuat Celine melakukan kesalahan besar."
Charlos terdiam cukup lama. "Mengapa tidak ada yang mencegah Celine?"
"Bu Florence sudah pernah mengingatkan langsung ke Celine dan selama beberapa bulan mereka tidak berkomunikasi. Tapi hari ini ..., mereka bicara lagi?"
"Mengapa tidak ada yang memberitahuku?" Tanya Charlos tak terima.
"Sesuai aturan, tidak ada kesalahan yang boleh diumumkan sebelum kesalahan itu terjadi. Kita tidak mungkin mengumumkannya terlebih dahulu sebelum kejadiannya terjadi. Itu akan membuat seorang malaikat dikucilkan di dunianya sendiri meskipun dia tidak bersalah." Terang Gratte dengan cepat. "Kesalahan itu hanyalah ramalan belaka, belum dan tidak dipastikan bisa terjadi."
"Kalau begitu, demi mencegah itu tidak terjadi, aku ingin malaikat keseimbangan membuat kebijakan untuk melarang malaikat yang ingin tinggal di dunia manusia!" Ucapnya tegas.
Gratte membantah. "Itu sama saja kau membatasi hak mereka!"
"Aku tidak peduli! Kalau kita melakukan kebijakan itu, tidak akan ada lagi malaikat yang membuat kesalahan."
Gratte membentaknya, "Charlos, sadarlah dengan apa yang kau bicarakan barusan!"
Charlos nampak menahan geramannya. "Baiklah, aku minta maaf. Sekarang, bawa aku ke tempat mereka, aku ingin menghadap tiga malaikat keseimbangan."
Gratte terbelalak, "Mengapa?"
"Aku ingin berdiskusi dengan mereka, agar ramalan buruk itu tidak terjadi. Aku tidak ingin Celine berbuat kesalahan, pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mencegah itu." Tutur Charlos dengan yakin. "Aku tidak ingin Celine bernasib sama seperti malaikat-malaikat yang dikucilkan setelah mereka berbuat salah. Seharusnya disaat mereka dalam keadaan seperti itu, harus ada yang menopang dan menyemangatinya! Mengapa aturannya seperti ini?"
"Kau tidak bisa seperti ini, Charlos!"
"Bisa! Selama aturan itu tidak diganti." Balasnya lantang. "Aku ingin menghadap tiga malaikat keseimbangan—Ibu Florence, Ibu Wrestene dan Bapak Glanord."
Charlos belum pernah menentang aturan. Tapi jika itu menyangkut Celine, aturan apapun akan dipatahkannya demi gadis itu.
***TBC***
20 Agustus 2016, Sabtu
A.N
-
c i n d y a n a
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top