[-11]. Celine dan Alasan

Celine melongo tak percaya saat melihat kerumunan dekat kelasnya yang membuat dahinya dipenuhi keringat dingin. Sebelum orang itu melihatnya dan menghampirinya, Celine lebih memilih untuk bersembunyi dan mencari jalan untuk menjauh dari lelaki itu.

Tapi sepertinya Celine terlambat, sebab belum lagi dia berhasil berbelok ke lorong lain, lelaki itu sudah meneriakkan namanya keras-keras.

"Celinee!"

Dan Celine tidak bisa melangkah kemana-mana lagi selain berbalik menatap lelaki yang memanggilnya itu.

Saat lelaki itu keluar dan membelah kerumunan kaum hawa itu, semua pandangan tertuju ke Celine, yang tentu saja membuat Celine malu setengah mati.

"Huft, untung saja aku bisa mencium baumu."

Celine terbelalak, lalu menatap tajam lelaki itu. "Buat apa kamu datang kemari, Charlos?"

Charlos tersenyum tipis, dia menepuk kepala Celine pelan lalu mengacak rambutnya sambil terkekeh. "Aku rindu denganmu, Cel. Wajar kalau aku datang."

Celine nampak terganggu dengan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh, maka dia langsung menarik tangan Charlos menjauh dari koridor sekolah. Charlos tentu saja senang, gadis yang disukainya itu menyentuhnya. Celine benar-benar geram dengan Charlos yang bisa seenaknya meskipun dia sudah mendapatkan posisi, bahkan saking geramnya dia tidak sadar bahwa Arville melihatnya menarik Charlos dari kejauhan.

Charlos tentu saja memancing perhatian murid-murid di sekolahnya. Charlos punya wajah yang sangat rupawan. Aura malaikatnya bisa dirasakan dengan jelas oleh Celine. Celine tidak ingin menarik perhatian lagi. Celine buru-buru menariknya ke taman belakang, yang selalu sepi saat pagi-pagi.

"Aku tanya sekali lagi, Charlos. Buat apa kamu datang kemari?"

Dan Charlos lagi-lagi memberikan jawaban yang sama. "Aku rindu denganmu, Celine."

Celine menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Charlos yang kukenal, bisa menahan diri untuk tidak datang ke dunia manusia. Aku tahu kamu pasti punya alasan lain. Cepat, beritahu aku!"

Charlos tersenyum tipis, diam-diam merasa senang karena Celine memperhatikannya. Lalu, Charlos menepuk pelan kepala Celine. "Aku ..., hanya ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja, Celine."

Celine menoleh ke arah lain, tak mau membalas tatapan Charlos yang terlihat sedih itu. "Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir."

"Aku ingin bertemu Arville."

Sontak ucapannya membuat Celine membulatkan matanya, menatapnya tak percaya. "D-Darimana kamu ..., mengenal Arville?!"

"Aku heran, mengapa manusia itu mau berbicara denganmu? Padahal aku-"

"Kamu sudah membuat daya tarikku hilang? Memanipulasi pandangan manusia terhadapku?" Potong Celine yang membuat Charlos tersentak, tak menyangka bahwa gadis pujaannya itu rupanya mengetahui apa yang diperbuat olehnya terhadapnya. "Ya, aku tahu. Tapi sayangnya sihirmu tidak akan ampuh untuk Arville. Karena Arville tidak berteman denganku karena melihat daya tarik di rupaku."

"Sadarlah, Celine." Charlos meremas kuat kedua pundak Celine. "Apa kamu tahu kalau dia adalah kesalahanmu, Celine?"

Celine memalingkan muka. "Aku tahu dan aku melanggarnya, kenapa? Arville itu manusia yang baik. Dia baiiiik sekali. Dia punya aura yang sangat putih, dia tidak akan membuatku celaka. Aku berani jamin."

"Tapi, Cel." Charlos menahan nafas. "Dia memang tidak akan membuatmu celaka. Tapi dia adalah manusia yang akan menjadi kesalahanmu. Memang, bukan dia yang salah, tapi kamu sendiri. Menjauhlah darinya, Celine, kumohon. Ini demi dirimu juga."

Celine menggeleng pelan. "Aku sudah coba, Charlos. Tapi aku tidak bisa."

"Kamu tidak jatuh cinta dengannya kan?" Tanya Charlos dengan alis menekuk. "Kan? Kan? Jawab 'tidak', Cel."

Celine menunduk. "Maaf, Charlos. Kukira sebaiknya kamu tidak ikut campur, aku sudah melakukan kesalahan sejak dulu, dan aku tidak bisa berhenti melangkah sampai akhirnya aku menerima hukumanku nanti. Aku tidak bisa melibatkanmu, Charlos."

"Celine," Tangan Charlos beralih di kedua tangan Celine. "Celine, kamu tidak boleh jatuh cinta dengan manusia. Kamu tidak boleh."

"Aku sudah terlanjur!" Jerit Celine sambil menepis kedua tangan Charlos yang mengenggam tangannya. "Aku tahu itu tidak diperbolehkan, aku sudah tahu sejak awal. Kamu ..., tidak perlu menikamku dengan kata-kata yang sama berulang kali, karena tanpa perlu kamu bilang pun, aku sudah tahu."

Charlos terdiam cukup lama. Tubuhnya tiba-tiba merasa membeku saat mendengar penolakan dari Celine. Bahkan saat Celine sudah meninggalkannya sendiri di taman belakang setelah mendengar bel masuk berbunyi, Charlos tetap saja masih membeku ditempatnya.

Celine—berubah.

*

"Tadi aku melihatmu membawa laki-laki," Kata Arville sambil menopang kedua pipinya, menatap Celine penasaran. "Siapa dia? Dia ganteng."

Kamu juga ganteng kok, bisik Celine dalam hati. "Anaknya teman Ibuku,"

"Sepertinya kalian cukup dekat, ya." Arville memincingkan matanya. "Sampai sudah gandengan."

Arville cemburu?, pikir Celine. "Kami sudah saling mengenal selama sembilan tahun. Aku hanya menganggapnya sebagai sosok Kakak."

Arville memutar bola matanya sambil tersenyum geli. "Jangan malu-malu, lah. Tatapannya kepadamu enggak kayak tatapan kepada seorang adik." Ucapnya sambil melipat kedua tangannya di atas meja. "Kamu harus lebih peka, Cel."

Kamu juga harus lebih peka, Ville!, seru Celine dalam hati. "Tidak perlu peka, dia sudah duluan bilang ke aku."

"Hah?"

"Dia sudah bilang ke aku." Ulang Celine dengan kesal. "Sudahlah, jangan membahas dia lagi. Ada yang ingin kutanyakan padamu."

"Apa?"

"Apa yang membuatmu ingin berteman denganku?" Tanya Celine nampak ingin tahu.

Arville nampak berpikir keras. "Hm, aku suka sifat pedulimu. Kamu juga baik banget."

Celine pikir, para penggemarnya Arville juga pasti peduli dengannya, dan mereka juga pastinya akan baik ke Arville. Celine sempat berpikir bahwa Arville menyamakannya dengan para penggemarnya.

"Kamu sayang hewan, aku suka orang kayak gitu. Kalau kamu sendiri apa yang membuatmu masih bertahan menjadi temanku meskipun aku selalu menyusahkanmu?"

"Yah, kamu memang menyusahkan." Gumam Celine sambil terkekeh kecil saat melihat wajah Arville yang menekuk cemberut. "Tapi kamu orangnya jujur dan apa adanya. Kamu juga baik."

Arville tersenyum tipis. "Kita saling menguntungkan, berarti? Kalau kita bisa bersama terus, pasti bagus."

"Ya, pasti bagus." Balas Celine mengiyakan. Itu pun kalau dia bisa, tambahnya dalam hati.

Celine berjanji, apapun yang terjadi ke depannya, dia tidak akan menyesal dengan apa yang diperbuatnya.

***TBC***

26 September 2016, Senin.

A.N

Woahh, minus sudah hampir mencapai 0, dan tebak apa? Berarti The Lost Memories sudah dekat dengan endingnya~

Prefer the happy ending or sad ending?


CINDYANA

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top