◇ Bab 29: Penangkapan Count

Rencana telah disiapkan sempurna. Sesuai undangan hari ini, Asher telah tiba di kediaman Count Bernard, pamannya.

Asher menoleh ke arah penjaga. "Kalian masuk saat kuberi sinyal. Aku membawa batu kecil, akan dilemparkan ke jendela. Bila mendengar suara itu, bergegaslah ke ruangan itu," jelas Asher.

Penjaga yang beranggotakan empat orang menyamar, setuju akan rencana Asher.

"Akan tetapi, jangan langsung membuka pintu ruangan tersebut. Aku akan berteriak. Saat itulah kalian membuka pintu."

Asher memantapkan niatnya bahwa hari ini dia akan menang dan kembali ke sisi Ivy serta keluarganya sebelum berjalan masuk. Para penjaga bersiaga di luar.

Pemandangan yang Asher lihat adalah kediaman yang cukup kosong. Padahal Jam yang tertulis di surat undangan adalah petang.

Sore harusnya waktu para pelayan berlalu-lalang mempersiapkan makan malam. Akan tetapi, keadaan mansion Count Bernard benar-benar sepi. Seakan tidak ada satu pelayan pun di sini.

"Paman sepertinya sudah bulat akan keputusannya hari ini sesuai dugaan," gumam Asher kecil.

"Selamat datang, Tuan." Asher tersentak saat mendengar suara seorang pelayan. Pelayan itu keluar dari sisi lain lorong.

"Saya kepala pelayan yang melayani Count Bernard. Count sudah menunggu. Mari saya antarkan," ucap pelayan tersebut membungkukkan badan.

Asher mengangguk. Pelayan itu menaiki tangga. Tampaknya ruangan berada di lantai dua. Asher hanya mengikuti tanpa banyak bicara lagi. Tidak terasa mereka berhenti di depan sebuah pintu tempat Count berada.

"Hanya sampai di sini saya bisa menemani. Silakan masuk ke dalam, Tuan," salam pelayan tersebut sebelum pergi.

Asher meneguk ludah. Dia mengecek bahwa batu dan belati berada di balik jasnya. Kemudian gagang pintu pun dipegang olehnya.

Asher mengetuk pintu terlebih dahulu. "Paman, ini aku. Asher."

"Masuklah," sahut suara dari balik pintu.

Yang pertama kali Asher lihat adalah pamannya sedang duduk di kursi persis mengarah pintu menatapnya dalam-dalam.

"Terima kasih sudah datang ke sini keponakanku," ucap paman dengan wajah tersenyum. Asher bahkan tidak tahu jenis senyum apa itu.

Asher membalas senyumannya dan duduk di hadapan paman. "Tumben sekali paman memanggilku ke sini."

"Ada suatu hal yang ingin kubicarakan."

"Apa itu, paman?"

"Kau tahu …." Paman Asher memutus kata selanjutnya yang akan dia katakan. Tangan sang paman perlahan merogoh suatu benda dari balik rompinya.

Asher yang mempunyai daya tangkap cepat lantas melemparkan batu dengan kencang ke arah jendela. Ada bunyi kaca retak dan menyisakan bulatan kecil yang akan tampak jelas dari luar.

"Apakah otakmu sudah menghilang!" umpat pamannya itu memperlihatkan benda yang diambilnya dari balik rompi. Sebuah belati dengan ujung yang mengkilap. Sekali lihat, Asher tahu.

Belati itu pasti dapat menggores permukaan kulitnya walau terkena hanya sedikit saja.

"Semoga saja para penjaga langsung bergegas ke sini dengan sinyal yang ku berikan," batin Asher.

"Paman mengatakan itu padaku meskipun tidak perbuatan paman yang lebih gila?" sarkas Asher balik kepada paman yang mengumpatnya. Asher juga mengeluarkan belati miliknya.

Paman Asher menyeringai. "Oh, berani juga kau?"

"Tentu saja, paman. Paman pikir aku takut?" Asher tertawa.

Paman menguatkan pegangan pada belatinya.
"Seharusnya hari itu kamu mati!" ucapnya menerjang Asher.

"Wah, apakah paman baru saja mengakui bahwa paman pernah melakukan percobaan pembunuhan?" Asher menahan serangan pamannya.

"Aku tidak peduli. Yang kuinginkan sekarang kematianmu, bukankah begitu, keponakan tersayangku?"

"Rasanya sangat hina mendengar perkataan itu dari mulutmu paman." Asher mementalkan belati milik sang paman.

Asher mendengar suara langkah kaki dari lorong-lorong mulai mendekat. Asher perlu memprovokasi paman untuk menyerangnya.

"Apakah kemampuanmu hanya sebatas ini paman?" Asher berdiri tegap. Lirikan matanya seakan-akan merendahkan si paman.

"K-Kau …!" Pamannya berlari membabi buta menerjang Asher dengan tangan kosong.

Belati Asher terpental jauh karena ia sengaja melepaskannya seiringan dengan posisi jatuh paman yang berada di atas tubuhnya.

Paman menaruh tangan di leher Asher.
"Matilah, Matilah! MATILAH KAU ANAK SIALAN!" Paman Asher mengeraskan cengkramannya pada leher Asher.

Sesaat sebelum paman Asher mengencangkan cengkramannya, Asher berteriak masuklah dari dalam ruangan.

Gedoran pintu yang tadinya pelan sekarang makin kencang. Paman Asher setidaknya harus membunuh Asher apabila dirinya akan tertangkap.

Napas Asher mulai terengah-engah. Dia berusaha keras menjaga kesadarannya.

"Sebentar lagi. Semua akan menjadi milikku!" Paman tertawa keras.

Untungnya pintu terbuka, menyisakan pemandangan Asher dicekik oleh Count Bernard. Salah satu penjaga langsung mendorong paman menjauh dari Asher.

"Ukh!" ucap Paman Asher setelah tersungkur di lantai. Dalam posisi tengkurap, kedua tangan paman Asher diarahkan ke belakang.

Penjaga yang lain sigap mengeluarkan tali dan mengikat tangan sang paman.

Paman Asher memberontak. "Lepaskan saya! Kalian tidak tahu saya akan menjadi seorang bangsawan ternama?"

"Simpan saja untuk nanti," ujar penjaga yang berada di atas paman Asher.

"Anda ditangkap atas penyerangan kepada anak Marquis Rognvaldr, Asher Evrard Rognvaldr. Anda akan dibawa dan ditahan."

"Tidak. Apa yang kau katakan? Aku hanya mengembalikan seperti semula apa yang menjadi hak ku," kelak Paman Asher.

"Anda tetap akan ikut dengan saya." Penjaga itu membawa paman Asher pergi.

"Apakah Anda tidak apa-apa, Tuan?" tanya penjaga lain kepada Asher yang baru saja bangun dari posisi berbaringnya.

Bekas warna biru keunguan muncul jelas di sekeliling leher Asher.

"Aku tidak apa-apa. Lebih dari itu, tolong cari Count Lay. Saya juga punya bukti bahwa dia juga terlibat dalam rencana Count Bernard sebelum-sebelumnya," suruh Asher sambil memegangi lehernya. Rasa nyeri masih tertinggal jelas di sana. Setidaknya cara ini bisa membuat Count Bernard tertangkap.

***

Tidak lama setelah hari itu kabar tentang percobaan pembunuhan Count Bernard, saudara Marquis Rognvaldr tersebar luas.

Count Lay yang selama ini sulit sekali dicari akhirnya bisa tertangkap di tengah pelarian dirinya setelah mendengar kabar Count Bernard.

Asher juga sudah menyerahkan segala macam bukti transaksi mencurigakan milik Count Lay. Pria itu juga akan dihukum setimpal.

Sebentar lagi akan dilakukan pengadilan Count Bernard dan Count Lay yang bersekongkol menjalankan rencananya dengan motif menjatuhkan keluarga Rognvaldr.

Asher pasti akan membongkar semua yang dialaminya.

Daripada itu, kilas balik keadaan Asher kembali ke kediaman Rognvaldr cukup menggemparkan Marquis dan Marchioness.

Keadaan Asher yang lemah sehingga harus dibantu oleh penjaga untuk membopong. Berita untuk Marquis bahwa adiknya melakukan hal keji kepada keluarganya cukup membuat Marquis lemas.

Ivy juga hadir di sana. Asher menguatkan dirinya untuk berdiri. Gadis itu langsung memeluk Asher.
"Kenapa kamu bisa jadi begini! Kamu harusnya lebih memperhatikan keselamatan dirimu," omel gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

"S-Sh. Tidak apa-apa, Ivy. Akhirnya aku bisa membongkar kejahatan, pamanku."

"Lihatlah Asher! Ibu dan Marquis juga sama khawatirnya denganku. Lain kali kamu tidak boleh begitu ya?"

Asher memandang wajah kedua orang tuanya yang berubah jadi pucat pasti sesudah kepulangannya. Perasaan tidak enak muncul dalam diri Asher.

"Maafkan, aku."

Marchioness dan Marquis memeluk Asher. Kini keluarganya bisa perlahan-lahan pulih dari masa lalu yang menghantui. Asher menunggu saat ia bisa datang di pengadilan nanti.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top