Lembar 146
Meninggalkan Paviliun Baginda Raja, Hoseok melangkahkan kakinya menyusuri kegelapan Istana Gyeongbok yang begitu luas untuk kembali menemui Hwagoon. Dan setelah berjalan cukup jauh dari tempat sebelumnya, pandangan Hoseok menangkap sosok Hwagoon yang berjalan bersama dengan para Dayang dan tengah menuju ke arahnya.
"Orabeoni?" Hwagoon yang melihat kehadiran Hoseok pun segera berlari menghampiri Hoseok.
"Agassi..." tegur Dayang Utama yang bertugas untuk menemani Hwagoon. Tampak kecemasan di wajah wanita paruh baya tersebut ketika melihat Hwagoon berlari, dan setelahnya mereka pun menyusul Hwagoon dengan langkah cepat.
"Orabeoni."
Hoseok sekilas menundukkan kepalanya. "Apa yang Agassi lalukan di sini?"
"Aku baru saja bertemu dengan Mama, kapan Orabeoni kembali?"
"Agassi... Mohon jangan berlari seperti itu." tegur Dayang Utama yang mengambil alih waktu berbicara Hoseok.
Pandangan si Dayang kemudian terjatuh pada Hoseok. Dengan raut wajah yang bertanya-tanya, ia menundukkan kepalanya.
"Kalian bisa kembali terlebih dulu, aku akan kembali bersama Hoseok Orabeoni."
Perkataan yang tentunya membuat semua orang terkejut dan mengharuskan Dayang Utama untuk segera meluruskan masalah yang ada, "mohon maaf sebelumnya, Agassi. Tapi pergi bersama pria asing bukanlah sesuatu yang di perbolehkan."
"Aku mengerti akan hal itu, tapi Hoseok Orabeoni bukanlah orang lain... Dia datang bersamaku dan hanya dia satu-satunya keluarga yang ku miliki di dalam Istana."
Dayang Utama sempat ragu, namun jika itu berasal dari Kelompok Pedagang, sepertinya tidak masalah untuk meninggalkan Hwagoon.
"Baiklah jika itu sudah nenjadi keputusan Agassi. Tapi ku harap, Agassi segera kembali ke Paviliun."
"Ye, terima kasih."
Dayang Utama sekilas menundukkan kepalanya dan meninggalkan keduanya bersama dengan para Dayang lainnya. Saat itu pula Hwagoon menjatuhkan pandangannya kembali pada Hoseok.
"Kapan Orabeoni tiba?"
"Beberapa waktu yang lalu."
Terlihat keragu-raguan di wajah Hwagoon sebelum ia mengungkapkan isi pikirannya dengan pembawaan yang begitu berhati-hati, "apa... Orabeoni datang sendirian? Apa Naeuri tidak ikut kemari?"
"Ketua menolak undangan dari Yang Mulia."
Hwagoon berpaling, terdapat kekecewaan di wajah cantik gadis muda itu ketika sedikit harapan kecilnya tak terwujud dan Hoseok melihat hal itu.
"Tapi Ketua menitipkan sesuatu untuk Agassi."
Dengan cepat Hwagoon mengembalikan pandangannya pada Hoseok. "Apa itu?"
Hoseok mengeluarkan sepucuk surat dari balik bajunya yang kemudian ia serahkan kepada Hwagoon, dan tak menunggu waktu lama, gadis muda itu segera membuka surat dari Taehyung tepat di hadapan Hoseok.
Hwagoon membuka lipatan kertas tersebut dengan terburu-buru dan pergerakannya terhenti begitu ia mendapati satu baris kalimat yang berada di kertas tersebut.
"Pastikan kau selalu berada dalam keadaan yang sehat."
Hwagoon menghela napas beratnya seiring dengan tangannya yang terjatuh, merasa bodoh karna terlalu berharap banyak kepada pria berharga diri tinggi seperti Taehyung. Dia berpikir dia bisa mendapatkan kalimat yang lebih panjang dari itu, namun nyatanya yang ia dapatkan hanyalah sebaris kalimat yang tidak benar-benar ia harapkan.
Hwagoon lantas berbalik dan hendak berjalan meninggalkan Hoseok, namun seketika langkahnya terhenti ketika Hoseok mendapatkan lengannya.
"Itu bukanlah arah untuk kembali ke Paviliun."
"Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar."
Hoseok kemudian melepaskan tangan Hwagoon, membiarkan gadis itu mendapatkan sedikit kebebasan meski ia berjalan tepat di belakangnya. Keduanya berjalan menyurusi pinggir danau buatan yang tampak gelap, namun meski begitu, suara gemericik air masih bisa di dengar oleh keduanya. Hingga beberapa waktu berlalu dengan keheningan, Hwagoon pun menghentikan langkahnya dan duduk di batu yang tidak begitu besar tepat mengarah pada danau buatan di hadapannya.
"Orabeoni."
"Ye."
"Jika aku menikah dengan Putra Mahkota, apa yang akan terjadi setelahnya?"
Hoseok tak langsung menjawab, dia sejenak memperhatikan wajah Hwagoon dari samping dan berhasil menangkap kesedihan dalam sorot mata gadis muda tersebut.
"Jika Agassi menikah dengan Putra Mahkota, maka Agassi akan menemani beliau untuk memimpin Joseon selanjutnya."
Sudut bibir Hwagoon terangkat meski ia tidak bermaksud untuk tersenyum, melainkan mengasihani diri sendiri.
"Kapan Orabeoni akan menikah?"
"Aku tidak memikirkan hal itu."
"Tapi Orabeoni harus melakukannya."
"Agassi tidak perlu melakukan hal ini jika memang ini memberatkan Agassi."
Sudut bibir Hwagoon kembali terangkat dengan begitu lembut. "Ini adalah jalanku, aku sudah memilih untuk berada di jalan ini... Jikapun pernikahanku di batalkan, aku akan tetap berada di jalan ini."
"Jika pernikahan Agassi di batalkan, maka Agassi tidak di izinkan untuk menikah seumur hidup Agassi."
"Itu lebih baik." jawaban sederhana yang terdengar begitu mudah untuk di ucapkan.
Hoseok memalingkan wajahnya, tak tahan dengan sikap Hwagoon. Namun saat itu pula pandangannya menemukan sosok Jungkook yang juga berdiri di tepi danau seorang diri dan sama-sama tampak terkejut.
Hoseok pun lantas segera memberi salam, "terimalah hormat hamba, Putra Mahkota."
Hwagoon yang mendengar hal itu pun segera mengarahkan pandangannya pada Hoseok sebelum akhirnya terjatuh pada Jungkook yang belum berkutik dari tempatnya, tampaknya pemuda itu juga terkejut melihat dua orang asing di sana.
Hwagoon pun segera berdiri, namun karna terburu-buru dia justru tidak sengaja menginjak ujung roknya sendiri dan hampir terjatuh jika saja Hoseok tidak segera menahannya. Namun hal itu sempat membuat Jungkook kaget dan menghampiri keduanya dengan panik.
"Kau tidak apa-apa?"
Hwagoon bertemu pandang dengan Jungkook dan memberikan gelengan ringan di saat ia kembali berdiri dengan benar.
"Terimalah hormat hamba, Putra Mahkota." ujar Hwagoon kemudian, dengan kepala yang menunduk.
Jungkook sekilas memperhatikan kedua wajah asing di hadapannya tersebut dan setelah melihat pakaian yang di kenakan oleh Hwagoon, dia tahu bahwa Hwagoon bukanlah seorang Dayang.
"Jika boleh tahu, siapa kalian? Kenapa aku tidak pernah melihat kalian sebelumnya?"
"Kami dari Kelompok Pedagang."
Kedua netra Jungkook seketika membulat saat Hoseok memberitahu identitas mereka, dan pandangan Jungkook pun langsung terjatuh pada Hwagoon.
"Kelompok Pedagang?"
"Ye, itu benar." Hoseok kembali menyahuti.
"Jadi... Apa kau Park Hwagoon? Putri dari Ketua Park itu?" tanya Jungkook dengan hati-hati.
"Ye... Itu benar, Putra Mahkota." jawab Hwagoon.
Jungkook seketika terlihat gugup, dia sekilas memalingkan wajahnya, merasa tak tahu harus berbuat apa ketika untuk pertama kali baginya melihat wajah calon istrinya. Seketika suasana berubah menjadi canggung.
"K-kalau begitu, ku ucapkan selamat datang si Istana kami... Semoga kau, merasa nyaman tinggal di sini." ujar Jungkook dengan gugup.
"Karna kebaikan Putra Mahkota dan seluruh Keluarga Kerajaan, hamba pasti akan betah tinggal di sini." pernyataan yang berkebalikan dengan suara hatinya.
"Kalau begitu, hamba permisi." Hwagoon berinisiatif untuk segera meninggalkan Jungkook, namun sayangnya hal itu bertolak belakang dengan keinginan Jungkook.
"Tunggu sebentar." dengan ragu Jungkook menghalangi gadis muda di hadapannya, "jika kau tidak keberatan... Bersediakah kau menemaniku sebentar di sini?"
Hwagoon bertukar pandang dengan Hoseok seakan meminta pendapat bagaimana terbaiknya, dan Hoseok yang tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan kecil dari Jungkook pun hanya memberikan sebuah anggukan ringan. Hoseok lantas menundukkan kepalanya ke arah Jungkook dan berjalan meninggalkan keduanya. Tak benar-benar meninggalkan keduanya, Hoseok hanya memberi jarak di antara mereka.
Dan seketika kecanggungan menyelimuti kedua orang asing yang sebentar lagi akan terikat oleh sebuah hubungan pernikahan.
"Senang bisa melihatmu sampai di sini dalam keadaan yang baik." Jungkook memulai pembicaraan dengan canggung.
"Berkat kemurahan hati Baginda Raja, hamba bisa melihat wajah Putra Mahkota malam ini... Hamba berdoa agar Putra Mahkota selalu di berikan kesehatan."
Jungkook tersenyum canggung. "Kau tidak perlu secanggung itu denganku... Ini untuk pertama kalinya bagiku, jadi aku merasa benar-benar canggung."
Tersenyum bodoh, itulah yang di lakukan oleh Jungkook saat ini ketika secara tidak sadar ia tengah di hadapkan dengan wanita milik kakaknya sendiri. Namun kepemilikan itu akan segera berpindah ke tangannya dalam waktu dekat, dan sekali lagi, tanpa ia sadari bahwa ia telah melukai kakak yang selalu ia harapkan.
"Aku... Tidak tahu apa-apa tentangmu, aku juga tidak tahu seperti apa Kelompok Pedagang itu... Jadi... Mulai malam ini, bantulah aku mengenal siapa dirimu dan bagaimana kehidupanmu sebelumnya."
"Tidak ada yang bisa hamba ceritakan dari kehidupan hamba sebelumnya kepada Putra Mahkota... Terlepas dari seperti apa kehidupan hamba di masa lalu, di sinilah kehidupan baru hamba."
"Tapi tetap saja... Aku ingin mendengarkan kisahmu. Tidak sekarang, aku ingin mengenalmu sedikit demi sedikit... Begitupun denganmu, cobalah untuk menerimaku sedikit demi sedikit. Dan... Aku harap, tidak ada pria lain yang kau tinggalkan di luar sana."
Batin Hwagoon tersentak, perkataan Jungkook seakan tengah mengingatkannya bagaimana keadaannya saat ini. Namun tidak masalah, dia datang bukan untuk sebuah pernikahan, dia datang untuk sebuah keadilan. Itulah yang ia yakini sekarang, dan apapun yang ia lakukan di sini. Tidak akan pernah ada pernikahan di antara keduanya, itulah yang ia yakini hingga detik ini. Namun entah besok.
Dan malam itu, Jungkook di berikan sedikit kesempatan untuk mengenal gadis seperti apa yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan tanpa ia sadari, malam itu ia kembali ke Paviliunnya dengan seulas senyum yang tersembunyi di balik kekesalannya ketika Kasim Cha terus mengoceh di samping telinganya karna ia yang pergi diam-diam.
"Park Hwagoon... Jika seandainya kau ada di sini, aku akan memperkenalkan gadis itu padamu, Hyeongnim."
Selesai di tulis : 21.12.2019
Di publikasikan : 30.12.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top