Lembar 137
Fajar menyingsing, mengangkat matahari ke tempat yang lebih tinggi, membiarkan cahayanya berpedar menyinari seluruh Joseon dan menghangatkan pagi itu. Di mana aktivitas mulai terlihat di setiap sudut Negeri.
Kala itu, Hwagoon terlihat berada di halaman rumah dan tengah bercengkrama dengan beberapa bocah. Dan saat itu pula Taehyung keluar dari kamarnya dengan sebilah pedang yang sudah bertengger di tangan kirinya.
Dari arah samping, Hoseok datang menghampirinya di saat ia mencoba untuk menutup pintu kamarnya.
"Ketua ingin pergi?"
Seulas senyum sebagai pembuka kalimat sebelum ia bersuara. "Aku akan mengunjungi Hwaseung Hyeongnim bersama dengan Agassi."
Hoseok sempat terdiam mendengar kabar kepergian Taehyung, namun dia dengan cepat berusaha untuk merespon Taehyung.
"Kalau begitu, harap berhati-hati di jalan."
"Kami akan kembali sebelum matahari terbenam."
"Ye, berhati-hatilah." Hoseok sekilas menundukkan kepalanya, mengantarkan kepergian Taehyung yang kemudian berjalan meninggalkannya.
Langkah Taehyung berjalan lurus ke arah Hwagoon yang tengah melambai kepada beberapa bocah yang telah pergi meninggalkannya, namun gadis muda itu tersentak ketika tanpa permisi, Taehyung tiba-tiba mengandeng tangannya.
"Naeuri?" tampak sebuah protes terlihat dalam sorot mata wanita muda itu.
"Agassi pikir siapa yang akan meraih tangan Agassi seperti ini?"
Hwagoon membalas senyum lebar Taehyung dengan tatapan sinis.
"Ayo, jangan sampai kita pulang terlambat." Taehyung lantas menarik lembut tangan Hwagoon untuk mengikuti langkahnya.
"Kemana Naeuri akan membawaku?"
"Mengunjungi seorang teman."
"Teman?" Hwagoon terheran, teman mana yang di maksud oleh Taehyung? Dan sejak kapan Taehyung memiliki teman yang tidak ia kenal?
"Siapa yang Naeuri maksud?"
"Seseorang, kau juga akan segera mengetahuinya." senyum simpul, Taehyung berikan kepada gadisnya yang tak menerimanya dengan baik karna dia telah berhasil membuat gadisnya itu penasaran.
"Tunggu sebentar, aku meninggalkan pedangku."
"Seorang gadis muda tidak di izinkan untuk membawa pedang. Jika ada seseorang yang menyakiti Agassi, biarlah pedangku yang menghunus ke arah mereka."
Hwagoon tertunduk malu dengan pipi yang memerah, namun Taehyung berpura-pura tidak mengetahui hal tersebut demi menjaga agar sang gadis tidak lebih malu lagi.
Keduanya pun berjalan bergandengan tangan meninggalkan pemukiman, di mana seorang pemuda yang hanya mampu melihat kepergian mereka di tempatnya berdiri, hingga waktu yang tak ingin berhenti bahkan sedetikpun yang kemudian membawa langkahnya untuk beranjak dari tempatnya. Membawa raut wajah dengan ekspresi yang tak menunjukkan perasaan apapun selain hanya kesedihan yang terpancar dalam sorot matanya yang begitu tajam.
Saat hampir tengah hari, di mana sinar matahari mencapai waktu terpanasnya. Taehyung membawa Hwagoon menyusuri jalanan di sekitar perumahan yang tampak begitu asing, baik bagi Hwagoon maupun bagi dirinya sendiri.
"Naeuri."
Langkah Taehyung terhenti ketika teguran itu berasal dari Hwagoon yang sedari tadi berjalan di belakangnya. Dengan kedua tangan yang masih berada di belakang tubuhnya, dia pun berbalik dan berhadapan dengan sang gadis.
"Sebenarnya, Naeuri ingin pergi kemana?"
"Aku juga ragu, tapi sepertinya kita berada di tempat yang benar."
"Jika Naeuri tidak benar-benar tahu tempatnya, kenapa Naeuri memaksakan diri untuk tetap pergi?"
Senyum tipis Taehyung perlahan mengembang. "Karna ini merupakan sebuah janji antara seorang pria."
Mata Hwagoon memicing, entah kenapa ucapan Taehyung barusan sangat-sangat mencurigakan.
"Apa itu? Dengan siapa Naeuri membuat janji?" selidik gadis muda tersebut.
"Seseorang."
"Sejak dari rumah hingga sekarang, Naeuri selalu menyebutkan 'Seseorang'... Tidak bisakah Naeuri menyebutkan namanya?" Hwagoon tersulut emosi, entah kenapa sejak meninggalkan Pulau Jeju, gadis itu sedikit emosional.
"Apa aku telah membuat Agassi lelah?"
"Ye?" Hwagoon tercengang akan pertanyaan Taehyung.
"Jika Agassi berkenan, aku bisa membawa Agassi di punggungku."
Mata Hwagoon membulat, dia lantas menggeleng dengan cepat. "Tidak, tidak... Bukan seperti itu maksudku... Aku hanya merasa penasaran tentang siapa yang ingin Naeuri kunjungi."
Taehyung berniat merespon Hwagoon, namun perhatiannya teralihkan oleh beberapa penduduk lokal yang melewati mereka. Dia pun memutuskan untuk menghentikan mereka dan bertanya arah.
"Permisi." teguran ramah yang membuat dua orang paruh baya berhenti.
"Ye? Adakah yang bisa ku bantu, Tuan Muda?"
"Aku hanya ingin sekedar menanyakan arah jika Tuan tidak keberatan."
"Tidak, tidak. Aku sama sekali tidak keberatan, Tuan Muda bisa menanyakannya padaku."
"Aku sedang mencari rumah Bangsawan Shin, dia memiliki putri bernama Shin Hwajung."
Mendengar hal itu, mata Hwagoon sempat melebar. Jadi inikah alasan Taehyung membawanya pergi sejauh ini.
"Ah... Bangsawan Shin?"
"Ye, di manakah tempatnya?"
"Tidak terlalu jauh dari sini, Tuan Muda hanya perlu-"
"Ketua..."
Perkataan si pria paruh baya terhenti ketika sebuah suara lantang menyapa pendengaran mereka yang kemudian serempak menoleh ke sumber suara, dan dari sanalah Hwaseung datang dengan membawa senyum lebarnya.
"Ah, itu Tuan Muda Kim. Sepertinya Tuan Muda tidak memerlukan bantuan kami lagi... Kalau begitu kami mohon undur diri." ujar si pria paruh baya.
"Terima kasih atas waktunya."
Keempatnya sekilas saling menundukkan kepala masing-masing sebagai ucapan perpisahan dan tepat setelah itu, Hwaseung sampai di tempat keduanya.
"Kalian berada di sini?"
"Ye, sesuai janji sebelum kita berpisah."
Senyum lebar Hwaseung bertahan cukup lama. "Kapan kalian sampai?"
"Kami sampai kemarin siang?" Hwagoon menyahuti dan membuat Hwaseung menatap tak percaya ke arah Taehyung.
"Secapat ini dan kalian sudah sampai di sini?"
"Hanya sebuah kunjungan untuk memperkuat tali persaudaraan. Aku pikir lebih cepat akan lebih baik sebelum kita membuat rencana pada esok hari."
"Ah... Perkataan mu ada benarnya... Kalau begitu, mari, aku akan membawa kalian bertemu dengan Hwajung... Kebetulan sekali aku juga ingin berkunjung ke sana."
Ketiganya pun kembali melanjutkan perjalanan dengan perbincangan ringan dan sesekali terdengar tawa ringan Hwaseung di sela langkah mereka untuk menuju rumah Bangsawan Shin.
Dan keadaan tersebut membuat Hwagoon melupakan niatnya untuk mendebat Taehyung yang tidak mengatakan sejak awal bahwa mereka akan mengunjugi Hwaseung dan Hwajung karna perasaan kesalnya tiba-tiba menghilang ketika ia bertemu lagi dengan Hwajung.
Matahari yang terus bergerak dan dengan cepat jatuh ke bawah, membawa garis kemerahan tampak di langit bagian barat. Menandakan bahwa kegelapan akan kembali mengambil alih tanah Joseon.
Di saat itu, suara ketukan pintu pada kamarnya berhasil menarik perhatian Hoseok. Pemuda itu lantas berdiri sembari meraih pedangnya dan bergegas membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" ucapnya kepada salah satu pekerja yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.
"Anu... Itu..." ucap si pria paruh baya berbadan kurus tersebut yang tampak kesulitan untuk memilah kata.
"Katakan dengan jelas!"
"Seorang utusan dari Istana ingin bertemu dengan Ketua."
Netra Hoseok semakin menajam ketika mendengar kabar tersebut. Teringat kembali olehnya tentang keberadaan Taehyung saat ini.
"Apa Ketua belum kembali?"
Si pria paruh baya menggeleng. "Sejak pagi tadi, aku tidak melihat beliau."
"Di mana utusan itu sekarang?"
"Di halaman."
Hoseok lantas menjatuhkan pandangannya pada halaman dan baru menyadari bahwa ada beberapa orang yang telah berkumpul di halaman dengan mengelilingi satu orang. Melihat hal itupun, tanpa pikir panjang dia segera keluar dari kamarnya dan bergegas turun ke halaman setelah sebelumnya menutup pintu kamarnya.
Dia berjalan mendekati seseorang yang di katakan sebagai utusan dari Istana tersebut dan lantas bertanya, "apa yang membuatmu datang kemari?"
Si utusan sejenak menundukkan kepalanya sebelum berucap, "hamba datang kemari di utus langsung oleh Baginda Raja untuk menyampaikan pesan kepada Ketua Kelompok Pedagang."
"Ketua kami sedang tidak berada di tempat. Jika hal itu bukanlah sesuatu yang harus di rahasiakan, kau bisa menyampaikannya pada kami."
Si utusan mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mengabsen setiap orang yang berada di sana sebelum akhirnya dengan yakin mengembalikan pandangannya pada Hoseok.
"Baginda Raja berniat mempersunting putri dari Ketua Park untuk menjadikannya sebagai pendamping Putra Mahkota."
Bagaikan bencana yang datang di daerah yang begitu tenang, kabar itu begitu mengejutkan bagi siapapun yang mendengarnya. Terlebih Hoseok sendiri, dan perlahan suara gemuruh menguasai pendengaran Hoseok di saat para anggota Kelompok Pedagang sibuk mendebatkan masalah itu.
Si utusan mengeluarkan sebuah surat dari balik bajunya yang kemudian ia serahkan ke hadapan Hoseok menggunakan kedua tangannya.
"Jika Ketua kembali, mohon berikan ini kepada beliau."
Hoseok menerima surat tersebut dan lantas si utusan pun bergegas meninggalkan pemukiman, menyisakan keributan yang berubah menjadi sorak sorai kebahagiaan di saat Baginda Raja yang ingin mengangkat derajat Kelompok Pedagang dengan menjadikan Hwagoon sebagai menantu Kerajaan.
Namun bagaimana dengan Hwagoon? Bagaimana dengan rencana pernikahan yang telah ia rencanakan bersama Taehyung? Bagaimana Taehyung akan menyikapi hal ini?
Selesai di tulis : 21.11.2019
Di publikasikan : 23.11.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top