Lembar 134

    Perjalanan Kelompok Pedagang masih terus berlanjut dan telah mendekati Hanyang, begitupun dengan si Rubah yang justru berjalan semakin menjauhi Hanyang. Dan saat itu pula salah satu utusan Lee Jeon kembali menghadap untuk menyampaikan informasi yang ia dapat selama mengintai Kelompok Pedagang.

    Dan tentunya Lee Jeon semakin memantapkan hatinya untuk memboyong putri Ketua Park tersebut ke dalam Istananya sebagai pendamping Lee Jungkook karna cepat atau lambat, pihak Klan Heo pasti akan mengajukan gadis dari Klan mereka sebagai pendamping Jungkook. Dan sebelum itu terjadi, dia harus lebih dulu mengumumkan Park Hwagoon sebagai calon Putri Mahkota Joseon yang akan mendampingi Jungkook. Terlepas dari ketidak tahuannya tentang kematian Ketua Park.

    Di sisi lain, di Paviliun Selir Youngbin. Youngbin terlihat tengah bersiap-siap untuk meninggalkan Paviliunnya untuk bertemu dengan Lee Jeon setelah mendapatkan surat dari Junhoo yang menyuruhnya untuk mendesak agar pernikahan Putra Mahkota segera di laksanakan, dan tentunya Klan mereka telah menentukan gadis mana yang akan mendampingi Jungkook.

    Youngbin menuruni teras Paviliunnya dan segera berjalan menyusuri halaman untuk meninggalkan Paviliunnya bersama beberapa Dayang yang mengikut di belakangnya. Dalam perjalanan, rombongan Youngbin sempat terhenti ketika akan berpapasan dengan Guru Heojoon.

    "Lama tidak melihat Nyonya, aku berharap Nyonya selalu di berikan kesehatan." ujar Guru Heojoon yang sempat membungkukkan badannya.

    Senyum tipis Youngbin perlahan mengembang dan lantas ia berujar, "berkat kebaikan Dewa yang mengasihiku, aku masih di berikan kesehatan. Terima kasih karna sudah mengkhawatirkanku."

    "Syukurlah kalau begitu, aku turut bergembira mendengar kabar tersebut."

    "Jangan sekarang!" celetuk Youngbin dengan senyum yang terlihat mencurigakan bagi Guru Heojoon.

    "Apa maksud Nyonya?"

    "Aku akan membawa kabar baiknya nanti, jadi simpan dulu kegembiraan Guru Heojoon itu... Aku permisi."

    Youngbin lantas meninggalkan Guru Heojoon begitu saja dan seperginya Youngbin, Guru Heojoon memandang rombongan tersebut dengan tatapan khawatir. Dia tahu bahwa arah yang di tuju oleh Youngbin adalah Paviliun Baginda Raja, dan entah kenapa pikirannya begitu buruk ketika mendengar perkataan Youngbin sebelumnya.

    Guru Heojoon kemudian mengarahkan pandangannya ke langit yang terbentang di atasnya dan berucap, "Dewa yang menaungi alam semesta. Jika itu adalah sesuatu yang mendatangkan petaka, tolong hentikan sampai di sini."

    Sebuah permohonan yang ia ucapkan dengan kesungguhan hati, dia pun kembali menjatuhkan pandangannya pada rombongan Youngbin yang semakin menjauh sebelum akhirnya ia yang kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju tujuan awalnya.

    Kasim Hong membuka pintu ruangan di mana Lee Jeon yang tengah di sibukkan oleh beberapa gulungan petisi di atas mejanya, namun hal itu tak cukup untuk menarik perhatiannya hingga pria tua itu berdiri di samping mejanya dan menegurnya.

    "Yang Mulia."

    Lee Jeon memandang Kasim Hong lalu berucap, "ada apa?"

    "Selir Youngbin datang kemari untuk menghadap, Yang Mulia."

    Lee Jeon terdiam, keduanya saling bertukar pandangan yang hanya bisa di mengerti oleh keduanya yang tampaknya memiliki jalan pikiran yang sama. Kasim Hong pun kembali berucap dengan nada bicara yang lebih di pelankan, seakan tak membiarkan siapapun mencuri dengar apa yang akan ia ucapkan.

    "Jika Yang Mulia menolak, hamba akan menyuruh beliau untuk pergi."

    "Tidak perlu, suruh saja dia masuk."

    "Ye, Yang Mulia."

    Kasim Hong membungkukkan badannya dan berjalan menuju pintu, dia kemudian membukakan pintu untuk Youngbin yang sudah menunggu di depan pintu seorang diri.

    "Yang Mulia sudah menunggu kedatangan Nyonya." Kasim Hong menunduk dalam sebagai perhormatannya terhadap wanita Rajanya.

    Youngbin kemudian berjalan masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun, sangat berbeda dengan Young In yang lebih dulu mengucapkan terima kasih sebelum benar-benar berlalu. Kasim Hong pun beranjak keluar dan menutup pintu dari luar sebelum dirinya yang berdiri di samping pintu.

    Youngbin menghampiri Lee Jeon dan berdiri di hadapan Lee Jeon untuk mengucapkan salam, "hamba Heo Youngbin, memberi salam pada Yang Mulia."

    "Duduklah!" ujar Lee Jeon dengan seulas senyum tipisnya.

    Youngbin pun kemudian duduk di kursi yang berseberangan dengan tempat duduk Lee Jeon, tak lupa dengan senyum tipis yang bertahan di kedua sudut bibirnya.

    "Bagaimana keadaan, Yang Mulia?"

    "Sedikit kurang baik." Lee Jeon menutupi mulutnya menggunakan punggung tangannya yang terkepal dan kemudian pura-pura terbatuk, seakan ingin menegaskan pada Youngbin bahwa dia berada dalam kondisi yang kurang sehat meski pada kenyataannya, kesehetannya baik-baik saja.

    "Yang Mulia harus menyisihkan waktu untuk beristirahat, beberapa tahun belakangan ini, Yang Mulia sering sekali sakit."

    "Aku sudah melakukan apa yang kau sarankan, tapi sepertinya itu saja belum cukup."

    Youngbin sekilas melebarkan senyumnya dan berucap, "mungkin Yang Mulia membutuhkan udara segar untuk mendinginkan kepala, Yang Mulia."

    "Aku juga berpikir begitu, tapi... Hal apakah yang membawamu datang kemari?"

    "Yang Mulia sudah jarang berkunjung ke tempat hamba, hamba merasa khawatir akan kesehatan Yang Mulia. Dan untuk itulah hamba datang kemari."

    "Tidak ada yang perlu kau cemaskan, aku baik-baik saja." Lee Jeon kembali terbatuk dan lagi hal itu ia lakukan dengan sengaja karna dia sudah mengetahui tujuan Youngbin yang sebenarnya.

    "Jika Yang Mulia kurang sehat, kenapa tidak memanggil orang dari Departemen Kesehatan saja?"

    "Aku tidak apa-apa. Jika kau memiliki keinginan, katakan saja."

    Youngbin tersenyum canggung sebelum kembali berucap, "hamba tidak memiliki keinginan lain selain kejelasan dari nasib putra hamba."

    "Kejelasan seperti yang kau maksud itu?"

    "Putra Mahkota saat ini sudah menginjak usia 19 tahun, bukankah dia sudah pantas untuk memiliki seorang pendamping? Hamba mengerti bahwa selama beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan Yang Mulia tidak begitu baik. Tapi, Yang Mulia tidak bisa mengabaikan tugas Yang Mulia sebagai seorang Ayah dari Putra Mahkota."

    Lee Jeon mengalihkan pandangannya dan berucap, "sebenarnya, aku juga sudah memikirkannya jauh-jauh hari."

    Sebelah alis Youngbin sekilas terangkat. "Maksud, Yang Mulia?"

    Lee Jeon mengembalikan pandangannya pada Youngbin. "Aku tahu bahwa aku masih memiliki tanggung jawab untuk mencarikan pendamping bagi Putra Mahkota, dan aku selalu memikirkan hal itu. Wanita mana yang kiranya pantas untuk menjadi pendamping Putra Mahkota?"

    "Ee... Jika tidak keberatan, sebenarnya... Hamba telah mendapatkan gadis yang sesuai untuk menjadi pendamping Putra Mahkota."

    Lee Jeon sejenak terdiam, pada akhirnya tebakannya akan tujuan Youngbin datang ke sana benarlah adanya. Dan itu berarti dia harus mengambil langkah lebih awal untuk menghentikan tindakan Klan Heo yang ingin memperluas basis kekuatan mereka.

    "Siapakah gadis yang kau maksud itu?"

    "Hwang Yeji, putri dari Menteri Hwang Minhyun."

    "Menteri Hwang Minhyun, kah?"

    "Ye. Dia memiliki seorang putri yang sangat cantik dan berbudi pekerti yang baik, hamba rasa gadis itu pantas untuk mendampingi Putra Mahkota." ujar Youngbin dengan binar mata yang penuh harap.

    Sudut bibir Lee Jeon tertarik sedikit lebih lebar dan hal itu membuat keheranan terlihat di garis wajah Youngbin.

    "Hamba juga sudah bertemu dengan gadis ini, dan dia benar-benar gadis yang sangat berpendidikan." ujar Youngbin kemudian, mengutarakan sedikit kebohongan karna pada kenyataannya dia sendiri tidak tahu bagaimana rupa gadis bernama Hwang Yeji tersebut.

    "Bagaimana aku harus mengatakannya padamu? Sepertinya aku akan kembali berselisih jalan dengan Ayahmu." ujar Lee Jeon dengan penuh ketenangan.

    "A-apa maksud Yang Mulia sebenarnya?"

    "Aku, sudah menentukan gadis mana yang akan menjadi pendamping Putra Mahkota dari jauh-jauh hari sebelum kau datang kemari."

    Terkejut, itulah yang di tunjukkan oleh wajah Youngbin. Namun dengan cepat dia berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya dengan seulas senyum yang terlihat begitu canggung seakan ia yang tak benar-benar ingin melakukan.

    "Begitukah? Ah... Kenapa Yang Mulia tidak pernah mengatakannya kepada hamba?" ujar Youngbin dengan tawa ringannya yang dengan mudahnya memudar.

    "Aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak menjatuhkan pilihanku pada gadis yang salah."

    "Tapi... Siapakah gadis itu?"

    "Untuk itu, aku tidak bisa memberi kepastian sebelum dia benar-benar berada di dalam Istana. Dia gadis yang istimewa dan untuk itu, aku akan berusaha untuk memperlakukannya secara istimewa pula."

    "Ye?" Youngbin hanya mampu mengulas senyum pahitnya di saat hatinya yang telah mengucapkan ribuan sumpah serapahnya.

    "Jika itu sudah menjadi keputusan dari Yang Mulia, hamba tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tapi, sebagai seorang ibu, hamba berharap bahwa gadis yang akan mendampingi Putra Mahkota adalah gadis yang benar-benar baik untuknya."

    "Kau tidak perlu khawatir karna hal itu, yang ku khawatirkan justru Ayahmu. Aku tidak bermaksud untuk menentangnya, tapi bagaimanapun juga aku sudah membuat keputusan ini sejak jauh-jauh hari."

    "Yang Mulia tidak perlu khawatir, biarkan hamba yang berbicara pada Ayah hamba bahwa Yang Mulia telah memiliki calon sendiri... Kalau begitu, hamba permisi. Mohon jaga kesehatan Yang Mulia baik-baik."

    Pagi itu, Youngbin meninggalkan Paviliun Baginda Raja dengan raut wajah yang benar-benar terlihat menahan amarah. Rasa tidak terima karna telah di hina oleh Lee Jeon semakin menambah kebenciannya pada Raja Joseon tersebut.

    "Ku pastikan kau akan membayar sakit hati ini, Lee Jeon." batin Youngbin seiring dengan langkah kakinya yang meninggalkan area Paviliun Baginda Raja dan kembali ke Paviliunnya sendiri guna meredam kemarahan yang ia tahan setelah mendengar keputusan Lee Jeon. Dan mungkin saja, kemarahan Junhoo akan lebih besar lagi dari kemarahannya sendiri.

Selesai di tulis : 10.11.2019
Di publikasikan : 23.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top