Lembar 081
Taehyung keluar dari salah satu kamar yang berada di kediaman Ketua Park yang telah menjadi keluarga barunya selama dua tahun terakhir ini, dia menghentikan langkahnya tepat di atas tangga yang terhubung dengan halaman.
Seperti kebiasaan yang selalu ia lakukan hampir setiap waktu, dengan kedua tangan yang saling bertahutan di balik tubuh nya, dia mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru. Melihat setiap aktivitas di sekitarnya dengan tatapan hangat dan juga seulas senyum yang melukis wajah tenang nya dengan begitu sempurna.
Tampak tak ada yang berubah dari dirinya sedikit pun, atau dia yang memang tidak bisa membuang kesan Putra Mahkota dalam dirinya. Dia kemudian hendak menuruni tangga, namun langkahnya terhenti di udara ketika ia mendapat sebuah teguran dari arah belakang.
"Ya! Kim Taehyung."
Taehyung kemudian memutar kakinya dan berbalik, namun tepat saat ia telah berbalik sebuah pedang yang masih terbungkus sarung hampir menghantam wajah nya dari samping jika saja ia tidak cekatan dan memblokir pedang tersebut menggunakan punggung tangan kirinya.
Dan tatapan yang sempat menajam untuk beberapa detik tersebut seketika kembali melembut saat ia kembali di hadapkan dengan sang ayah angkat yang bukan hanya sekali ini melakukan hal yang membahayakan bagi Taehyung, bahkan satu tahun yang lalu Namgil sempat membuat Taehyung berguling di lereng gunung sejauh sepuluh meter ketika mengajari nya berpedang, dan setelah satu tahun berlalu sepertinya naluri Taehyung terhadap bahaya yang mendekatinya semakin kuat.
"Berhenti melakukan nya, Abeoji sudah mengenai wajah ku kemarin lusa."
Namgil menghembuskan napas berat nya, merasa frustasi karna cara berbicara Taehyung yang begitu lembut. Meski setiap hari dia selalu mengajari Taehyung bagaimana caranya berbicara yang benar menurut nya dan tentu saja hal itu terlalu kasar bagi Taehyung yang pada dasarnya adalah seorang Putra Mahkota yang pernah di agung agungkan dengan kebijaksanaan nya.
Namgil kemudian menarik kembali pedang nya namun dengan cepat dia memukul puncak kepala Taehyung dan membuatnya mengernyit sembari memegangi puncak kepalanya, ketika Namgil benar benar menarik kembali pedang nya.
"Harus berapa kali ku katakan padamu? Berhenti menjadi orang baik! Kau kira dengan menjadi orang baik hal itu bisa menyambung nyawa mu?."
Taehyung kemudian menurunkan kembali tangan nya dan mengembalikannya ke belakang tubuh nya, mendengarkan nasehat yang menuntutnya untuk menjadi orang yang kejam menurut nya. Dan hampir setiap waktu ia mendengarkan hal hal semacam itu dari mulut Namgil.
"Harus berapa kali ku bilang padamu, berhenti menaruh tangan mu di belakang, berhenti tersenyum seperti itu dan satu lagi. Kenapa kau selalu menatap seseorang seperti kau yang akan memberikan hati mu pada mereka, eoh...? Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak tersenyum jika berada di luar. Kenapa kau susah sekali di peringat kan?."
Ucapan bernada kesal yang selalu sama setiap waktu, sebuah larangan bagi Taehyung untuk tersenyum di depan umum dan bahkan terkadang Taehyung tidak memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari seseorang karna Namgil lebih dulu menjawab nya, dan jika sudah seperti ini. Taehyung akan benar benar melunturkan senyumnya untuk sesaat meski tatapan hangat itu tidak pernah bisa ia hilangkan dari sorot mata nya.
"Kau mengerti tidak...?."
"Aku selalu berusaha memahami apa yang Abeoji inginkan, tapi apa yang di kehendaki oleh Abeoji. merupakan hal yang sangat sulit untuk di lakukan."
Namgil menggaruk bagian belakang telinga nya dengan tak sabaran ketika kembali mendengarkan perkataan yang terdengar begitu bijaksana tersebut, bahkan seribu kali pun dia mengajari Taehyung agar menjadi bangsawan yang normal. Sepertinya akan percuma karna dia di didik sebagai Putra Mahkota Joseon yang taat pada peraturan Istana.
Jika sudah seperti ini, ingin rasanya Namgil mengumpati Taehyung atau memiting leher nya. Namgil benar benar merutuki sifat Taehyung yang terlalu lembut meski dia sudah hilang ingatan sekalipun.
"Sudahlah, lupakan. Berbicara dengan mu hanya membuat kepala ku menjadi pusing."
Baru Namgil memutuskan untuk mengakiri topik pembicaraan sebelumnya dan ia sudah kembali mendapati senyuman itu di wajah Taehyung yang membuat nya tersenyum getir.
"Ya! Berapa wanita yang ingin kau nikahi, eoh?."
Perlahan senyum itu melebar dan tergantikan oleh kekehan ringan dari Taehyung. "Apa yang Abeoji maksud sebenarnya?."
"Kau kira berapa gadis yang rela bersujud di bawah kaki mu agar bisa kau nikahi jika kau terus saja memberi harapan palsu kepada mereka." Sinis Namgil.
Perlahan senyum lebar itu memudar dan menyisakan seulas senyum tipis di sudut bibir nya. "Aku hanya menginginkan satu, dan itu sudah lebih dari cukup bagi ku."
"Cih, hari ini kau bilang satu dan besok kau menginginkan satu. Jika seperti itu apa bedanya?."
"Aku bisa memberikan senyum ini kepada banyak wanita dalam waktu yang bersamaan, tapi aku tidak bisa mencintai beberapa gadis dalam waktu yang sama."
Bukannya mendapatkan pencerahan oleh perkataan Taehyung, Namgil justru menatapnya dengan tatapan yang terlihat begitu malas seakan ia tengah meremehkan perkataan Taehyung sebelumnya.
"Kau ingin pergi kemana?."
Tanyanya setelah benar benar lelah berbicara dengan Taehyung.
"Aku hanya ingin berkeliling desa."
"Mencari gadis cantik yang bisa kau tipu dengan wajah mu itu?."
Sinis Namgil yang berbalas seulas senyum yang justru membuatnya mengucek matanya di saat matanya dalam keadaan baik baik saja.
"Untuk apa aku mencari jika dia sendiri yang datang pada ku."
Namgil memicingkan matanya, menatap penuh selidik ke arah Taehyung. "Apa maksud mu dengan berbicara seperti itu?."
"Aku tidak harus menjelaskan nya, karna sekalipun aku menjelaskan nya Abeoji menolak untuk mengerti."
Dari pada bertambah semakin pusing dengan bahasa yang di gunakan oleh putra angkat nya tersebut, Namgil lebih memilih untuk segera mengusirnya karna dia pun juga hendak pergi ke tempat yang jauh. Dia kemudian menyodorkan pedang yang sebelumnya ia gunakan untuk memukul kepala Taehyung pada nya.
"Sudah, pergi sana. Dan pastikan kau tahu arah jalan untuk kembali."
Taehyung menerima pedang tersebut dengan seulas senyum yang betah berlama lama di sudut bibir nya.
"Aku pergi sekarang."
"Sudah sudah, pergi sana!."
Taehyung berbalik dan menuruni tangga menuju halaman dan berjalan meninggalkan halaman kediaman Menteri Park dengan kedua tangan yang memegang pedang dan berada di belakang tubuh nya.
"Singkirkan tangan mu dari sana!." Seru Namgil
Taehyung sekilas berbalik hanya untuk memperlihatkan seulas senyumnya dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa berniat menuruti perkataan dari Namgil yang kemudian membuat sang ayah angkat tersebut berdecak kesal, namun tersirat kekhawatiran di balik ekspresi wajah yang terlihat begitu tak perduli tersebut.
"Berapa lama lagi kau akan menyiksa anak itu?."
Sebuah teguran dari arah samping yang kemudian mengalihkan perhatian nya, pandangan nya mendapati Ketua Park berjalan ke arah nya dan berhenti tepat di samping nya.
"Jika dia merasa tersiksa, dia bisa pergi dari sini." Acuh Namgil.
"Melarang nya tersenyum, bukankah itu terlalu berlebihan?."
"Apa gunanya aku melarang nya, seribu kalipun aku melarang nya. Apa pernah anak itu menurutinya?." Kesal Namgil.
"Jujur saja, kau takut jika banyak gadis yang akan terpikat ketika melihat senyum nya."
Ujar Ketua Park yang terdengar seperti tengah menggoda Namgil yang justru semakin memperburuk suasana hati si pencuri dermawan tersebut.
"Jika iya memang nya kenapa? Bukankah keuntungan akan jatuh pada putri mu."
Sebelah alis Ketua Park terangkat ke atas tepat setelah mendengar perkataan Namgil, namun sebelum ia mendapatkan penjelasan lebih dari Namgil. Orang itu telah melangkahkan kakinya terlebih dulu sembari menggerutu.
"Menyebalkan, pagi pagi kenapa sudah membuat orang kesal. Masih untung aku bersedia mengakuinya, kenapa dia tidak pernah menurut pada ku."
Ketua Park mengulas senyum nya mendengar gerutuan yang mengiringi langkah Namgil meninggalkan kediamannya, meski dia selalu bersikap kasar pada Taehyung. Tapi, baik Taehyung maupun Namgil. Keduanya berusaha untuk melindungi satu sama lain dan hal itu yang membuat Ketua Park berpikir.
Mungkinkah itu kekuatan ikatan batin yang mereka miliki, Namgil yang pernah menyerukan pemberontakan kepada ayah dari Taehyung justru bersedia mengakui nya sebagai putra angkat nya dengan percuma.
Tapi benarkah Namgil melakukan nya secara cuma cuma di saat dendam nya yang begitu dalam tak mampu ia hilangkan, benarkah dia dengan tulus menyayangi Taehyung yang telah berjasa karna merawat putra nya dulu. Ataukah dia memiliki rencana yang lebih besar dari ini, mungkinkah ia akan memanfaat kan Taehyung yang ia ketahui telah kehilangan ingatan nya sebagai alat untuk membalaskan dendam nya.
Akankah pada akhirnya ia akan melakukan kudeta sekali lagi, dengan menggunakan putra angkat nya sebagai senjata utama dalam pembalasan dendam nya kali ini. Tidak ada yang tahu apa yang di sembunyikan oleh si pencuri dermawan yang juga seorang Ungeom yang hampir membunuh Raja nya sendiri, di balik wajah yang begitu datar namun penuh dengan misteri.
"Bahkan meski air yang menetap tak mampu menghanyutkan sesuatu, tapi ketahuilah bahwa air yang menetap mampu menenggelamkan apapun. Tanpa di sadari oleh siapapun."
Selesai di tulis : 28.04.2019
Di publikasikan : 28.04.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top