Lembar 077 [Seongsucheong, Pangeran Tersembunyi Joseon]
Tanah yang mengering, daun yang mengering. Gugur dan membeku, mencair dan bersemi kembali. Memutar waktu, membawa langkah menuju perbedaan. Memecah udara dingin yang membekukan tanah.
Langkah kecil Rubah Kecil yang semakin terlihat dewasa seiring dengan bertambah nya usia, wajah dingin yang semakin bertambah rupawan. Langkah kecil yang berubah menjadi langkah lebar, dia menapakkan kembali kakinya di Istana Gyeongbok setelah kepergian nya di awal musim semi.
Langkah yang terlihat begitu tenang sempat membuat nya hampir terhenti setelah mendapati Kasim Seo yang tengah berdiri di depan gerbang menuju Paviliun Putra Mahkota dan hal itu selalu terjadi setiap kali Changkyun kembali ke Istana, dengan wajah khawatir yang selalu ia lihat di wajah Kasim Seo yang semakin menua.
Changkyun menghentikan langkahnya beberapa langkah di hadapan Kasim Seo yang sempat terkejut akan kedatangan nya, sebelum akhirnya dengan cepat menghampirinya.
"Tuan Muda, anda sudah sampai?"
Ujar Kasim Seo dengan kepala yang sedikit menunduk untuk sepersekian detik lalu kemudian mempertemukan pandangan keduanya.
"Mungkinkah...?"
Sebuah gelengan ringan yang mematahkan harapan Kasim Seo melalui pertanyaan menganggantung nya, dia kemudian menunduk dengan wajah yang penuh dengan penyesalan. Sekian lama Changkyun mencari keberadaan Taehyung dan hingga kini belum menemukan kabar tentang dimana keberadaan Taehyung kini.
"Bagaimana dengan Putra Mahkota?"
Sebuah pertanyaan yang membuat Kasim Seo kembali mengangkat pandangannya.
"Baginda Raja, menginginkan agar Putra Mahkota pergi ke Sungkyungkwan untuk menghadiri upacara kelulusan para pelajar Konfusius. Dan Kasim Cha sedang mencoba untuk membujuk beliau."
Tanpa sepatah katapun yang terucap lagi dari mulut nya, dia kembali melangkahkan kaki nya dengan Kasim Seo yang berjalan tepat di belakang nya.
Dan tepat setelah keduanya menjangkau halaman Paviliun Putra Mahkota, pemandangan yang kerap mereka lihat kembali terjadi. Di saat pintu Paviliun tiba tiba terbuka dari dalam dan setelah nya Kasim Cha yang terlempar keluar, berguling di tangga dan tersungkur di bawah tangga dengan begitu mengenaskan tanpa ada seseorang pun yang bersedia membantu nya.
Kasim Seo yang melihat nya pun segera menghampiri Kasim Cha dan membantu nya untuk berdiri.
"Aigoo... Kali ini apa lagi yang lakukan kepada Putra Mahkota? Apa kau tidak lelah di tendang keluar setiap waktu?"
"Apa yang ku lakukan? Kau kira apa yang ku lakukan kepada nya? Aku hanya menyampaikan pesan Baginda Raja, dan dia malah menendang ku. Aduh, pinggang ku."
"Jaga bicaramu!" Gertak Kasim Seo dengan suara yang pelan dan setelah nya Kasim Cha bungkam ketika menyadari kehadiran Changkyun yang sekilas melihat ke arah nya dan bergegas menaiki tangga, masih dengan mulut yang terkatup rapat.
Kedua Kasim tersebut segera menyusul Changkyun dan sempat terjadi adegan saling dorong mendorong antara keduanya.
"Kapan, Tuan Muda kembali?"
"Dia baru saja sampai."
"Kenapa kau tidak mengatakan jika dia sudah datang?" Protes Kasim Cha yang sudah terpergok memaki Jungkook sebelumnya.
"Salahkan mulut mu yang tidak bisa berhenti berbicara."
Kesal Kasim Seo yang kemudian mempercepat langkahnya dan meninggalkan Kasim Cha di belakang nya.
Changkyun membuka pintu kamar Jungkook dan membuat sang pemilik kamar membulatkan matanya saat melihat kedatangan nya, dengan antusias pun Jungkook segera bangkit dan menghampiri Changkyun yang tengah dalam perjalanan menuju tempatnya setelah menutup pintu sebelumnya. Meninggalkan kedua Kasim di luar pintu.
"Changkyun-a. Kau baru datang?"
"Ye, Putra Mahkota."
Jungkook segera meraih kedua tangan Changkyun dengan tak sabaran nya untuk segera mendengar kabar yang di bawa oleh Changkyun.
"Bagaimana? Apa kau mendapatkan sesuatu?"
Sebuah gelengan ringan yang membuat genggaman Jungkook terlepas begitu saja dengan raut wajah yang terlihat begitu kecewa, dia kemudian kembali ke tempat sebelum nya. Duduk di balik meja kecil nya dan di susul oleh Changkyun yang kemudian duduk berhadapan nya dengan nya.
Changkyun mengarahkan pandangan nya pada wajah Jungkook yang terlihat begitu putus asa, dan itu bukan untuk pertama kali nya ia melihat hal seperti itu. Karna sejak dua tahun yang lalu, Changkyun tidak pernah melihat Jungkook tertawa. Jungkook hanya sesekali mengulas senyum saat bersama dengan nya, namun itu pun tak mampu mengubur kesedihan nya akibat insiden dua tahun yang lalu. Dan hidup dalam penyesalan adalah pilihan Jungkook saat ini.
"Sudah dua tahun, tapi hasilnya tetap sama saja."
Jungkook menghela napas berat nya dengan pandangan yang terarah ke lantai, dia kemudian mengangkat wajah nya dan mengarahkan pandangan nya pada Changkyun. "Haruskah kita menyerah sekarang? Kau pasti sangat kesulitan karna harus sering sering meninggalkan Istana."
"Jika Putra Mahkota mengizinkan, hamba ingin pergi lebih lama lagi."
Jungkook menggeleng, menolak keras atas permintaan Changkyun. "Tidak-tidak, aku tidak ingin kau jauh jauh dari ku terlalu lama. Aku pernah membiarkan Hyeongnim meninggalkan ku, dan aku tidak akan membiarkan mu juga meninggalkan ku. Kau tetap di sini bersama ku." Tandas Jungkook.
"Apa Putra Mahkota menyerah?"
Pertanyaan yang membuat Jungkook sempat terdiam dan membuatnya bertanya pada dirinya sendiri, benarkah dia sudah menyerah? Benarkah dia telah merelakan kepergian Taehyung? Di saat hati Jungkook yang penuh dengan kebimbangan, di saat itu hati Changkyun justru menemukan pendirian nya. Setidaknya meski langit di atas Istana Gyeongbok kosong, namun di luar Istana dia masih bisa melihat bintang dari Tuan nya. Meski sangat kecil dan kerap menghilang karna hembusan angin, tapi penglihatan nya masih bisa menjangkaunya.
Begitupun perasaan nya yang masih meyakini bahwa Tuan nya masih berada di dunia ini, meski dia tidak tahu seberapa jauh jarak yang terpaut antara mereka.
"Menyerah atau tidak, aku tidak bisa membiarkan mu pergi terlalu jauh dari ku. Di bandingkan dengan melepas mu lebih lama lagi, aku lebih memilih untuk mengekang mu dan mempercayai apa yang telah di katakan oleh Hyeongnim dalam surat yang ia tinggalkan untuk mu. Bahwa jika dia masih hidup, suatu saat nanti dia pasti akan menemui mu. oleh karena itu, kembalilah ke sisi ku sekarang."
Seulas senyum yang kemudian melukis wajah sendu Jungkook dan tetap tak mampu mengambil hati sang Rubah meski telah di tinggalkan oleh Tuan nya dalam waktu yang cukup lama, hati yang semakin membeku atau bahkan telah membatu.
Si Rubah kecil yang tak mampu lagi menerima orang baru dalam hati nya yang kini hanya di penuhi oleh lubang lubang dengan ribuan duri yang bersarang di dalam nya, sangat dingin dan begitu gelap.
"Putra Mahkota harus pergi ke Sungkyungkwan minggu ini."
Seketika tatapan sedih nya berubah menjadi tatapan malas, jika Changkyun sudah meminta nya tidak mungkin dia menolak nya. Meski pada kenyataan nya dia sangat malas untuk pergi ke tempat tersebut, atau lebih tepatnya dia yang sekarang sangat membenci keramaian dan lebih memilih tinggal di Paviliun nya setiap waktu jika di izinkan. Namun sayang nya, kehidupan Putra Mahkota tidak sesederhana itu.
"Aku akan pergi, hanya jika kau pergi bersama ku."
Pangeran Tersembunyi Joseon
Musim dingin yang berlalu, sinar hangat matahari yang perlahan melelehkan salju yang merengkuh Joseon. Namun itupun masih belum cukup untuk menghancurkan bongkahan es yang telah membatu di sudut hati sang Rubah yang kembali melangkah kan kakinya menjauhi Paviliun Putra Mahkota, wajah tenang nya, tatapan dingin nya. Bahkan tak lagi tersentuh oleh seulas senyum atau bahkan air mata, dia mati dengan raga yang masih hidup. Dia melangkah, dengan pijakan yang telah hancur. Dia bertahan, dengan harapan yang melebur.
Langkah tenang yang membawanya kembali ke tempat kecil yang berada di bagian Istana Gyeongbok, dan di sinilah langkah kakinya terhenti. Seongsucheong, bagian kecil dari Gyeongbok yang telah menyegel hati nya dalam waktu yang lama.
Berdiri di tengah halaman dan menatap ke arah pintu, seakan berharap bahwa seseorang akan membuka pintu tersebut. seperti harapan nya yang lalu dan masih sama hingga detik ini.
Angin musim semi yang berhembus, mengusak dedaunan yang terlihat begitu segar. membuat embun yang berasal dari lelehan salju terbawa angin dan kemudian mengenai wajah dingin sang Rubah yang mencoba menutupi ribuan luka dengan kekejaman yang terlukis di garis wajah nya dengan begitu sempurna.
Meninggalkan harapan nya, Changkyun berbalik dan hendak berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun sayang nya, langkah itu kembali terhenti tepat setelah ia membalikkan tubuh nya.
angin musim semi yang lagi lagi menerpa wajah nya, menerbangkan ujung kain yang mengikat kepalanya berserta beberapa helaian rambut serta ujung pakaian nya.
Tatapan dingin nya yang mengarah pada sesosok Gadis Muda yang kini berdiri beberapa langkah di hadapan nya, sosok yang sempat mengunci pandangan nya untuk epersekian detik. Yeon, nama Gadis muda dengan pembawaan yang begitu tenang dan juga tatapan nya yang begitu sendu seakan tengah menunjukkan kesedihan yang di rasakan oleh hati nya.
Changkyun kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dan seiring dengan langkah Changkyun yang mendekati Yeon, perlahan tangan Gadis muda itu tergegenggam di depan tubuhnya dan ketika Changkyun benar benar melewati nya. Kepala Gadis tersebut sedikit menunduk dengan kedua tangan nya yang tergenggam ia taruh di dadanya, sebuah perasaan aneh yang membuat jantung nya terasa berhenti untuk sepersekian detik hingga langkah Changkyun benar benar melewatinya.
Perlahan dia memutar kakinya, berbalik untuk melihat punggung si Rubah yang berjalan menjauh dengan sikap dingin nya. Tatapan sendu yang penuh dengan ribuan harapan, dia meremas tangan nya sendiri seperti orang yang ingin mengendalikan rasa gugup nya. Hingga si Rubah benar benar menghilang dari pandangan nya dan angin musim semi yang kembali menyapu wajah nya.
Selesai di tulis : 16.04.2019
Di publikasikan :16.04.2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top