Lembar 076
Malam dingin yang bergulir, melukai sang rembulan yang berada di balik awan hitam. Dua siluet hitam yang saling bertemu pandang di ruang gelap, manik mata yang begitu gelap dan mengerikan.
"Sudah berakhir, kau menang. Daegam."
Dan sekalinya suara serak perempuan tua itu keluar, terdengarlah tawa yang begitu mengerikan yang di lontarkan oleh Kakek tua yang berdiri tidak jauh di hadapan nya.
Tawa yang seakan ingin membelah malam Joseon dan membuat fajar datang lebih cepat sebelum waktunya, sebuah tawa yang menunjukkan sebuah kemenangan di saat Putra Mahkota Joseon yang terduduk di tangga paviliun nya sembari mengarahkan padangan nya ke langit.
Namun seiring udara dingin yang baru saja menerpa wajahnya meninggalkan nya, matanya memicing. Melihat keanehan pada obyek yang telah menjadi pusat perhatian nya, dia tiba tiba membulatkan matanya dan beranjak berdiri. membuat kedua Kasim yang berada di belakang nya ikut berdiri.
"Putra Mahkota-"
Jungkook berbalik dengan wajah yang terlihat gelisah. "Kalian, tunggulah di sini dan jangan mengikuti ku!"
Jungkook menuruni tangga dengan terburu buru setelah mengucapkan kalimat perintah nya yang mutlak dan berlari meninggalkan halaman dengan kepanikan yang tiba tiba melukis wajah nya dengan begitu sempurna.
"Tidak mungkin, aku pasti hanya salah lihat. Hyeongnim..."
Suara hati yang tanpa sadar membuat langkah kakinya semakin cepat, menembus kegelapan malam dengan perasaan yang buruk.
Dan di sudut lain di dalam Istana, Guru Besar Heojoon menghadap Lee Jeon dengan raut wajah yang sulit di tebak dan membuat kekhawtiran tersendiri di wajah Lee Jeon ketika Guru Heojoon menemuinya lewat tengah malam seperti ini.
"Apa yang membuat mu sehingga datang selarut ini?"
"Mohon ampun Yang Mulia, tapi hamba rasa hal ini perlu Yang Mulia ketahui secepatnya."
"Katakan!"
"Bintang Pangeran menghilang dari langit."
Mata Lee Jeon membulat dengan sempurna seiring dengan kedua tangan nya yang mengepal kuat. "Apa yang baru saja kau katakan? Jangan mengada ngada!"
"Yang Mulia bisa melihat nya sendiri jika berpikir bahwa hamba telah mengada ngada."
"Tidak mungkin."
Ujar Lee Jeon tak percaya di sertai dengan hembusan napas putus asa nya, tangan nya terangkat untuk mengusap wajah nya di saat matanya yang tiba tiba memanas.
"Apa yang sedang terjadi pada mu?"
Suara hati yang kemudian membimbing langkahnya untuk bergegas keluar dengan langkah yang lebar.
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Langkah Jungkook sampai di area paviliun selatan Gwansanggam, tanpa berniat menghentikan langkahnya barang sedikit pun dia langsung menaiki tangga yang terhubung dengan Paviliun Guru Dong il. Membuka pintu seakan hendak mendobraknya dan menaiki tangga kayu dengan tergesa gesa hingga langkahnnya terhenti tepat di ujung tangga dengan napas yang sedikit terputus putus, dan berhasil menarik perhatian dari kedua Guru Besar yang saling berdiri berhadapan di rooftop dan serempak melihat ke arah nya yang seakan tengah menyampaikan pertanyaan dengan sorot matanya.
Gelengan kecil dari guru Dong Il yang kemudian melemahkan pijakan Jungkook, perlahan tubuhnya terjatuh dengan tangan yang berpegangan pada pembatas tangga. Lututnya jatuh menyentuh lantai, begitupun dengan pandangan nya yang terjatuh dengan tatapan tak percaya dan napas yang memberat.
"Tidak mungkin."
Gumaman yang berhasil mendorong air matanya yang berjatuhan dengan tidak sabaran nya di saat dia yang tak mampu mengendalikan tangan nya yang tiba tiba gemetar. Kesedihan yang menyebar dengan begitu cepat dalam senyap udara malam telah membuat sang Rubah bangkit dari tidur nya, mengingkari dahinya yang mengernyit ketika ia bangkit.
Changkyun kembali memakai pakaian hitam yang menjadi lambang kebanggaan nya, dan setelah mampu berpakaian dengan rapi. Dia mendekat ke arah meja, meraih sepucuk surat di atas meja dan memasukkan nya ke balik bajunya, tak lupa meraih pedang nya dan berjalan keluar dari ruangan yang sempat menyembunyikan keberadaan nya selama beberapa waktu terakhir.
Lorong yang kosong. Itulah yang di jumpai oleh Changkyun ketika ia membuka pintu, dia kemudian berjalan menyusuri lorong dan menghentikan langkah nya tepat di depan kamar jungkook. Dan seakan tak membiarkan sedikit pun waktu terbuang, Changkyun membuka pintu dengan pelan dan berhasil mendapatkan perhatian dari kedua Kasim yang terduduk di dalam ruangan tanpa Jungkook. Itulah yang meneajdi perhatian Changkyun saat ini, kemanakah Jungkook pergi?.
"Dimana, Putra Mahkota?"
Suara berat yang mengalun untuk pertama kalinya membuat kedua Kasim tersebut segera berdiri dan berjalan menghampiri nya dengan kepala yang sedikit tertunduk.
"Putra Mahkota telah meninggalkan Paviliun beberapa waktu yang lalu dan melarang kami untuk mengikutinya."
Kasim Seo memberi penjelasan dan sepertinya Jungkook benar benar telah menakuti kedua Kasim tersebut sehingga mereka benar benar menuruti kemauan nya.
Tanpa sepatah katapun, Changkyun berbalik meninggalkan keduanya yang kemudian saling melempar tatapan cemas mereka..
Changkyun menghentikan langkahnya ketika ia hendak menuruni tangga, dia mendongakkan kepalanya menatap langit dan menemukan sang rembulan yang di selimuti oleh awan hitam. Terlintas sebuah pertanyaan dalam pikiran nya, kemanakah Jungkook pergi lewat tengah malam begini? Namun di balik pertanyaan tersebut justru rasa khawatirlah yang menguasai sudut hatinya.
Dia kemudian menjatuhkan pandangan nya dan kembali melanjutkan langkah nya, menuruni halaman dan berjalan meninggalkan Paviliun Putra Mahkota tanpa ada tujuan yang jelas. Hingga sepi udara yang menuntun langkahnya dan menemukan Jungkook yang berdiri menatapnya tidak jauh dari tempatnya kini berdiri.
Dia melihat Jungkook yang perlahan melangkahkan kakinya mendekat ke arah nya ketika tiba tiba saja langkahnya sendiri terhenti dan seperti ada sesuatu yang menahan kaki nya di bawah sana, dia membiarkan Jungkook yang menghampirinya.
Namun ada hal yang berbeda dengan Jungkook malam itu, awan yang menghilang membuat cahaya bulan menerangi penglihatan Changkyun untuk menyadari seberapa tenang nya wajah Jungkook saat itu meski matanya terlihat berair.
Jungkook menghentikan langkahnya tepat di hadapan Changkyun yang sama sekali tak beranjak dari tempat nya. "Apa yang kau lakukan di luar lewat tengah malam begini?"
Nada bicara yang benar benar berbeda dengan Jungkook yang biasanya, semakin memperlebar kegelisahan Changkyun di balik wajah tenang nya.
"Harus nya hamba yang mengatakan hal itu."
Jungkook tersenyum tipis dan mengarahkan pandangan nya ke langit gelap yang merengkuh Joseon, melihat tempat kosong yang baru saja kehilangan satu bintang yang paling bersinar di langit Joseon dan kemudian menuntun sang Rubah turut mengarahkan pandangan nya pada langit. Namun sayang nya apa yang ia lihat berbeda dengan apa yang di lihat oleh Jungkook.
"Aku tahu ini sangat kejam, tapi bisakah kau tak merindukan nya lagi?"
Sebuah pertanyaan yang menuntun pandangan nya jatuh pada Changkyun dan begitupun sebalik nya.
"Bisakah kau membiarkan yang pergi, menghilang tanpa merindukan nya?"
"Mungkinkah telah terjadi sesuatu, ketika putra Mahkota pergi?"
Sebuah pertanyaan balik yang tak mampu di jawab oleh Jungkook ketika air matanya yang dengan cepat menuruni pipinya, terdapat penyesalan dalam sorot matanya dan Changkyun mampu melihatnya dengan begitu jelas.
Jungkook menjatuhkan pandangan nya, kemudian menggerakkan tangan nya dan meraih telapak tangan Changkyun. Dia mengenggam tangan dingin itu dan kembali mengangkat wajah nya dengan tangis yang ia tahan karna sungguh sulit baginya untuk menahan nya.
"Berjanjilah, kau tidak akan pernah meninggalkan ku!"
Changkyun terdiam seiring dengan detak jantung nya yang sempat terhenti, kenapa Jungkook mengatakan hal semacam itu? Dan hal itu pula yang semakin menguatkan dugaan Changkyun bahwa telah terjadi sesuatu.
"Hyeongnim, telah menyerahkan mu pada ku. Jadi, biarkan aku memiliki mu mulai detik ini."
Changkyun menjatuhkan pandangan nya ke samping, entah kenapa perkataan Jungkook seperti memiliki artian lain. Namun seperti yang di tuliskan Taehyung pada surat nya, inilah yang di harapkan oleh Taehyung. Tapi kenapa? Kenapa Jungkook harus menangis.
Dengan perasaan yang di penuhi oleh kebimbangan, Changkyun mengantarkan satu lutut nya pada tanah yang dingin dengan membiarkan satu tangan nya yang tetap di genggam oleh tangan Jungkook. Dia berlutut, memberi hormat kepada Tuan nya yang baru.
"Hamba bersumpah tidak akan pernah meninggalkan Yang Mulia Putra Mahkota, terkecuali kematian menghampiri hamba."
Sumpah setia yang di saksikan oleh rembulan yang bersinar dengan bentuk nya yang tak lagi sempurna, membawa tiupan angin malam menerpa wajah keduanya. Mengusik dedaunan yang telah tertidur, menggerakkan air danau dan membuat bayangan di permukaan danau bergoyang.
Malam tak bertuan yang meninggalkan seribu luka yang tersembunyi, tubuh dingin dari Tuan sang Rubah yang berada dalam rengkuhan Kim Namgil. Suasana hening yang merambah semakin lebar, menyisakan Ayah sang Rubah dengan segala penyesalan yang berbaur dengan kemarahan di saat rengkuhan nya pada tubuh dingin itu tak lepas sedikit pun.
Dengan kebencian yang kembali menguasai akal sehat nya, malam tak bertuan menjadi saksi akan sumpah nya atas kepergian satu jiwa dalam rengkuhan nya. Dan dengan wajah tenang nya dan juga tatapan tajam nya, sumpah itu terucap layaknya sebuah kutukan.
"Akan ku habisi kalian semua. Lee Jungkook!"
THE DYNASTY : CHAPTER 1
[THE LITTLE PRINCE]
13.04.2019
THE END!
Sampai bertemu di series selanjut nya. Mohon maaf karna cerita ini tidak tamat di episode yang ke seratus, mohon maaf jika sudah mengecewakan kalian dan sampai bertemu di series selanjut nya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top