Lembar 068

Music On

Sinar Matahari yang mulai menghangat, Changkyun menghentikan langkahnya tepat di bawah tangga yang menuju pintu Paviliun Putra Mahkota. Dia menyerah dan memutuskan untuk melaksanakan perintah terakhir dari Taehyung sebelum meninggalkan nya, dengan langkah yang terlihat begitu lemah dia menaiki satu persatu anak tangga tersebut dan berharap bahwa ia bisa menemukan Taehyung berada di sana.

Dia menyusuri lorong yang akan membawanya ke tempat di mana Putra Mahkota Joseon berada dan sempat membuat para Dayang yang berjajar di sepanjang lorong tepat di sebelah pintu terkejut dengan kehadiran nya di sana, terlebih lagi dengan wajah yang begitu pucat, namun tatapan nya yang begitu dingin melebihi sebelumnya membuat siapapun yang melihatnya akan bergidik.

Changkyun menggeser pintu kamar Jungkook begitu saja dan membuat ketiga orang yang berada di dalam ruangan tampak begitu terkejut, tak jauh berbeda dengan raut wajah para Dayang yang berdiri di luar ruangan, namun diantara semua orang, Jungkook lah yang paling terlihat terkejut di bandingkan semua orang yang melihat kedatangan Changkyun.

Dengan segera ia berdiri dan menghampiri Changkyun dengan langkah yang terburu buru bahkan di saat Changkyun sendiri tengah berjalan ke arah nya.

"Changkyun-a Bagaimana keadaan mu? Kenapa kau bisa berada di sini, apa kau baik baik saja?"

Pertanyaan beruntun yang bahkan tak mampu masuk ke dalam kepala Changkyun di saat dia hanya mendiamkan semua pertanyaan dari Jungkook dan membuat Jungkook tertegun melihat nya.

"Ada apa? Jawablah pertanyaan ku!"

"Hamba, hanya datang sebagai utusan."

"A-apa, apa yang kau katakan?, apa Hyeongnim yang menyuruh mu datang kemari?"

Tanpa sepatah katapun Changkyun mengambil surat yang terlipat tidak rapi dan menyodorkannya pada Jungkook yang kemudian menerimanya dengan wajah yang penuh dengan tanda tanya.

"Apa ini?"

"Naeuri mengatakan bahwa hanya Putra Mahkota lah yang berhak menerima nya."

"Apa Hyeongnim yang menulisnya sendiri?"

"Tugas hamba sudah selesai."

Dengan kepala yang sedikit menunduk Changkyun kemudian berbalik dan meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah kepergian Changkyun, Jungkook yang sudah tak sabar untuk membuka surat dari Taehyung, segera membukanya dengan terburu buru dan membaca nya.

Untuk Adik ku, Lee Jungkook.
Ini aku Kakak mu, Lee Taehyung.
Aku ingin memiliki waktu lebih banyak lagi untuk bisa membicarakan hal yang menyenangkan dengan mu, tapi sepertinya akan sangat sulit bagi ku untuk kembali mendengarkan ceritamu seperti dulu.
Kau adalah anak yang baik, kau juga sangat baik dalam mempelajari sesuatu.
Kau bertindak bodoh karna kau masih kecil, aku memahami hal itu.
Ada banyak hal yang ingin ku bagikan dengan mu sebagai seorang Kakak, namun kau tahu, aku tidak bisa mengungkapkan nya pada mu.
Lee Jungkook, bolehkah Hyeongnim mu ini meminta sesuatu dari mu.
Kim Changkyun adalah anak yang sangat pandai, dia juga sangat penurut namun dia sedikit pemarah.
Dia tidak banyak bicara namun dia selalu menjadi pendengar yang baik, dia suka membaca buku jadi, berikan dia sebuah buku agar dia tidak lupa bagaimana cara untuk membaca.
Dan tolong rawat dia karna punggung nya sedang terluka.
Aku tidak tahu apa lagi yang harus aku katakan pada mu.
Tapi keinginan ku ini, bisakah kau mengabulkan nya?.
Jadilah seorang Putra Mahkota yang bijaksana.
Aku menitipkan anak itu padamu, keinginan Hyeongnim adalah agar kau menjaga Changkyun baik baik.
Apa kau mengerti.
Hyeongnim pergi sekarang.

Tanpa sadar tatapan nya bergetar, ketika membaca kalimat terakhir dalam surat yang di tulis oleh Taehyung untuk nya, dia tidak tahu ada apa dengan tubuhnya, hanya saja semuanya begitu tidak nyata baginya, rasanya seperti dia yang telah mati rasa dan bahkan air mata yang berjatuhan dengan begitu mudah nya telah membuat kedua Kasim yang berdiri mengapitnya tampak begitu khawatir.

"Tidak mungkin." Gumam nya tak percaya dan tanpa sadar bahwa tangan nya telah mencengkram surat tersebut.

"Putra Mahkota... Apa yang terjadi?, mohon katakan sesuatu."

"H-hyeong...nim." Suara lirih yang semakin memperbanyak butiran yang berhasil lolos dari matanya.

"Putra Mahkota...."

Jungkook menggelengkan kepala nya kuat kuat. "Tidak, tidak, Hyeongnim tidak boleh pergi, dia tidak boleh meninggalkan ku seperti ini, tidak boleh." Racau nya yang semakin membuat kedua Kasim di samping menjadi panik.

Jungkook kemudian melangkahkan kakinya yang sedikit gemetar. "Hyeongnim."

"Putra Mahkota... Anda ingin pergi kemana?"

Tanpa memperdulikan apapun, Jungkook segera berlari keluar sembari menangis dan meneriakkan kata Hyeongnim di setiap langkahnya dan berhasil menarik perhatian dari seluruh orang yang berada di Paviliun nya.

"Kau tidak berhak melakukan hal seperti ini padaku.... Aku tidak akan memaafkan mu." Suara lirih yang mengiringi langkahnya meninggakkan Paviliun nya sendirian ketika kedua Kasim di belakang nya tak mampu menyusul nya.

"Hyeongnim...." Teriakan putus asa yang kemudian memanggil si Rubah.

Changkyun yang saat itu belum jauh dari Paviliun Putra Mahkota, sejenak menghentikan langkah nya dan berbalik setelah merasakan sesuatu yang sangat mengganggu hatinya dan tak beberapa lama kemudian, dia mendapati hal apa yang membuat nya begitu terganggu.

Dengan raut wajah yang masih sama seperti sebelumnya, dia mengarahkan pandangannya pada Jungkook yang berjalan dengan terburu buru ke arah nya sembari menangis dan Changkyun, sudah memperkirakan hal itu sejak awal bahwa anak itu tidak akan bisa menerima keputusan Taehyung begitu saja, namun apa yang bisa di dapatkan oleh Jungkook yang kini mengenakan jubah kebesaran Putra Mahkota, semua orang pasti akan bersujud padanya, namun bisakah dia menemukan Taehyung?. Bahkan Changkyun sendiri telah menyerah, lalu apa yang bisa di lakukan oleh seorang Lee Jungkook.

Ketika Jungkook hampir melewatinya, Changkyun tiba tiba menahan lengan Jungkook dan membuatnya menghentikan langkahnya dan mempertemukan pandangannya keduanya.

"Kembalilah!"

"Lepaskan aku! Dia tidak bisa melakukan hal ini padaku."

"Beliau, telah meninggalkan Bukchon."

"Kenapa...? Kenapa kau tidak menahan nya dan malah pergi kesini...." Suara lirih yang kemudian berubah menjadi sebuah bentakan.

"Jika di izinkan, hamba juga tidak ingin melangkahkan kaki hamba untuk kembali kemari."

"Lepaskan aku!"

Jungkook mencoba untuk menarik tangan nya, namun Changkyun tetap bersikukuh tak mau melepasnya.

"Changkyun-a..."

"Kembali-"

Bugh!

Sebelum mampu menyelesaikan perkataan nya, Changkyun lebih dulu tersungkur di atas tanah karna pukulan dari Jungkook, sebenarnya pukulan itu tidak ada apa apa nya bagi seorang Kim Changkyun, namun sayang nya dia terjatuh karna tubuhnya yang benar benar telah mencapai batasan nya, bahkan dia menggunakan terlalu banyak kekuatan untuk bisa menahan Jungkook sebelumnya.

Jungkook sekilas mengarahkan pandangannya pada Changkyun, merasa menyesal harus melakukan hal tersebut namun jika tidak begitu Changkyun tidak akan melepaskan nya, dia kemudian berbalik dan hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun tiba tiba saja dia terjatuh setelah merasakan sesuatu menahan kakinya.
Dia menoleh ke belakang dan mendapati bahwa Changkyun lah yang telah menahan kakinya.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau benar benar tidak waras.....!"

Jungkook menarik kakinya, namun bukannya terlepas Changkyun malah memeluk kakinya seakan itu adalah cara terbaik untuk manahan Jungkook.

"Changkyun-a... Sebenarnya apa yang ada di pikiran mu? Biarkan aku pergi, aku harus membawa Hyeongnim kembali!!!"

Changkyun tak merespon, bahkan suara tangis dari Jungkook pun tak mampu membuatnya merasa iba.

"Lepaskan aku, aku harus menysul Hyeongnim. Biarkan aku pergi, Changkyun-a............"

"Apa yang sedang kalian lakukan?!"

Suara teguran yang terdengar begitu tegas, membuat Jungkook bungkam dan keduanya serempak mendongakkan kepala mereka untuk melihat seseorang yang baru saja menegur mereka.

"Apa yang sedang terjadi di sini?" Lee Jeon berbicara dengan suara yang begitu dingin setelah mendapati kedua anak yang berada di bawah nya.

"Ayahanda..... Mohon, mohon biarkan aku pergi.... Aku harus menyusul Hyeongnim..."

Rengekan Jungkook membuat semua orang terkejut, terlebih dengan Lee Jeon.

"Apa yang sebenarnya kau katakan?"

"Hyeongnim... Hyeongnim sudah pergi..." Jungkook mengulurkan surat di tangan nya yang kemudian di terima oleh Lee Jeon, yang membulatkan matanya setelah melihat kalimat terakhir dalam surat yang ia ketahui sebagai tulisan tangan dari Taehyung.

"Apa ini?"

Lee Jeon menatap surat tersebut tak percaya dan mengalihkan pandangannya pada Jungkook yang masih menangis.

"Biarkan aku pergi.... Dia tidak bisa meninggalkan ku seperti ini.... Changkyun-a.... Lepaskan aku.... Hyeongnim...."

"Bawa dia kembali ke Paviliun!"

Perintah Lee Jeon kepada dua Prajurit yang kemudian berjalan ke arah Jungkook dan meraih bahunya, membuatnya berdiri dan membuat pegangan Changkyun pada kakinya terlepas.

"Tidak, jangan lakukan ini padaku, Ayahanda.... Biarkan aku pergi, aku harus menyusul Hyeongnim.... Ayahanda...."

"Bawa dia pergi!"

Kedua Prajurit tersebut kemudian menuruti perintah Lee Jeon dan membawa pergi Jungkook yang menangis histeris.

"Lepaskan aku, kalian tidak bisa melakukan ini pada ku... Lepaskan aku.... Hyeongnim......."

Lee Jeon kemudian menjatuhkan pandangannya pada Changkyun, tampak tak memiliki sesuatu untuk di ucapkan, Lee Jeon kemudian berjalan pergi dengan langkah yang tampak terburu buru, dan ketika Lee Jeon berlalu dari hadapan nya dan juga suara Jungkook yang semakin samar, Changkyun menjatuhkan keningnya pada tanah dengan suara napas yang terdengar putus asa, membiarkan angin menyapu nya dengan sentuhan lembut yang kemudian menghancurkan hati nya.

Penantian Panjang Gyeongbok-gung

Tumbuhan yang semakin menunduk, hewan hewan ternak yang mulai kembali ke kandang, hewan hewan liar yang kembali ke sarang nya menandakan Matahari yang telah bersiap untuk meninggalka Joseon dan membiarkan Joseon tertidur dalam rengkuhan kegelapan malam.
Semilir angin sore, menyapu wajah sang Rubah kecil yang memucat di kala dia duduk bersimpuh di depan makam sang Ibu seperti sebelumnya, namun kali ini bukanlah seikat bunga liar yang ia bawa, melainkan luka yang kembali menghampiri nya dan mungkin lebih sakit dari pada sebelumnya.

Setelah beberapa waktu hanya berdiam diri, pada akhirnya Changkyun menggerakkan tangan nya untuk merogoh surat yang telah di tinggalkan Taehyung untuk nya yang sebelumnya ia simpan bersama surat milik Jungkook.
Seakan tak ingin terburu buru, dia membuka surat itu dengan pelan, dan membacanya sebelum penglihatan nya tertutupi oleh langit yang mulai menggelap.

'Maafkan aku'

Sebuah kata pengantar yang begitu pendek namun segera masuk ke dalam inti, Changkyun kembali membaca surat tersebut yang bahkan tidak terlalu panjang jika di bandingkan dengan isi surat yang di berikannya pada Jungkook.

'Teruslah membaca buku, meski aku tidak lagi di samping mu, kau tahu aku sangat menyayangi mu. Aku telah melukai mu terlalu banyak, namun aku tidak ingin kau terluka.
Apa kau sekarang sedang mencari ku?.
Aku tahu itu, tapi aku sudah pergi terlalu jauh.
Berhenti mencariku dan kembalilah pada Jungkook.
Hiduplah dengan baik.
Jika Hyeongnim masih hidup, Hyeongnim akan menemui mu suatu saat nanti.
Kembalilah, Rubah Kecil ku dan pegang janji ku.
Dari orang yang akan selalu mengingat mu, Hyeongnim mu.
Lee Taehyung'

Air mata yang begitu dingin, kembali membasahi pipinya namun sayang nya dia terlalu penakut untuk menghadapi perpisahan, hingga perlahan bahu itu kembali berguncang pelan ketika tubuhnya merapat ke tanah dengan tangan yang tergelatak lemah di pangkuan nya, tangis pelan yang tersapu udara mengiringi langit Joseon yang tertutup oleh kegelapan.

"Kenapa seperti ini.... Abeoji...."

Suara yang begitu lirih, hingga kegelapan menyapanya yang kembali dengan wajah dingin nya dan menghadapkan nya kembali pada Jungkook.
Setelah menyadari kehadiran Changkyun, Jungkook yang sudah bisa menguasai diri nya pun segera menghampiri Changkyun yang berjalan dengan gontai, tepat setelah Jungkook menjangkau tempat Changkyun, dia segera memegang kedua bahu Changkyun dan menatap nya khawatir setelah teringat akan surat dari Taehyung yang mengatakan bahwa Changkyun tengah terluka.

"Kemana saja kau?"

"Aku, ingin pulang."

Tepat setelah Changkyun menyelesaikan perkataan nya, tubuhnya tiba tiba limbung dan menyadar pada tubuh Jungkook.

"Changkyun-a..."

Penantian Panjang Gyeongbok-gung

Di sisi lain di luar Bukchon, meninggalkan orang orang yang terluka akan kepergiannya. Taehyung, masih tetap melangkahkan kakinya menjelajahi hutan belantara dengan hanya cahaya bulan yang menerangi langkahnya.
Namun, seberapa jauh pun ia melangkah, rasa sakit itu akan kembali padanya ketika malam kembali dan menidurkan Joseon hingga Matahari kembali pada esok hari.

Langkah yang sebelumnya pelan kini terlihat tertatih di saat suara napasnya mulai memberat dan rasa sakit itu kembali, namun keinginan nya untuk pergi menjauh sama sekali belum menghilang dan meski harus berpegangan pada pohon dia tetap melanjutkan langkahnya dengan satu tangan mencengkram dadanya.

"Uhukk..."

Dia kembali terbatuk pelan, namun dia sudah tahu akan berlanjut kemana semua itu dan di detik berikutnya, dia benar benar terbatuk dengan cukup keras seakan hendak merobek tenggorokan nya sendiri dan perlahan kedua kakinya yang tak mampu bertahan lagi, kemudian mengatarkan lututnya bertemu dengan tanah.

Seperti malam malam sebelumnya, seakan malam yang tak memiliki cara lain untuk membunuh nya, dia terbatuk dan mengeluarkan darah dari dalam mulut nya, sesuatu yang lebih menyakitkan di bandingkan dengan sayatan pedang sekaligus, dan suara batuk yang ia hasilkan berhasil mengusik seseorang yang saat itu tengah berbaring di atas pohon tepat di pohon yang kini berada di sampingnya.

"Aigoo... Apa aku sedang berhalusinasi?, orang sekarat mana yang pergi ke hutan tengah malam begini?"

Keluh Kim Namgil, si Pencuri dermawan yang merasa terganggu akan suara batuk Taehyung yang begitu dekat dengan tempat nya.

"Jika ingin mati, mati saja! Kenapa harus menderita dulu baru mati?"

Keluhmya lagi setelah suara batuk tersebut semakin parah, namun dia tertegun setelah suara batuk tersebut tiba tiba menghilang, dia segera menganggkat kepalanya yang sebelumnya bersadar pada pohon.

"Apa sudah mati? Secepat itu?"

Mengakhiri monolog nya, dia bergegas turun dan mendekati Taehyung yang telah tak sadarkan diri dengan tubuh meringkuk dan juga Topi tradiosnal yang berantakan.
Kim Namgil berjalan mendekat dan berhenti tepat di samping nya dan bukannya segera melihat keadaan nya, dia justru menggunakan kakinya untuk membangunkan Taehyung.

"Ya! Kau sudah mati?"

Tak ada jawaban, bahkan tubuh Taehyung tak lagi bergerak. Namgil sejenak memiringkan kepalanya dan berjongkok di samping Taehyung, di tariknya Topi tradisonal yang menutupi wajah Taehyung dan seketika mata Namgil membulat sempurna saat ia mengenali wajah Taehyung.

"K-kau.."

Dengan wajah yang tiba tiba menjadi panik, Namgil menggulingkan tubuh Taehyung dan menyangga kepalanya.

"Taehyung-a... Bangun lah, kenapa kau bisa ada di sini?"

Namgil sekilas menepuk pelan pipi Taehyung namun di lihat dari keadaan nya sepertinya kebenaran Taehyung yang sakit parah memanglah benar adanya, tak ingin membuang waktu lagi Namgil segera menaruh Taehyung di atas punggung nya dan membawanya berlari untuk meminta pertolongan.
Dan setelah berlari cukup jauh, Namgil memasuki halaman Rumah Ketua Park dan berteriak dengan panik.

"Hyeongnim...... Hyeongnim......"

Teriakan yang cukup kencang tersebut pada akhirnya mengundang perhatian seluruh penghuni di dalam Kediaman Ketua Park, yang kemudian keluar dengan terburu buru dan langsung turun ke halaman untuk menghampiri Namgil yang terlihat begitu panik.

"Ada apa?, kenapa kau berteriak malam malam begini?"

"Panggilkan seorang Tabib, kau harus segera menolong nya."

Sekilas Ketua Park emmperhatikan wajah Taehyung yang menunduk lemah di bahu Namgil dan setelah berhasil mengenali wajah tersebut, raut wajah Ketua Park tak jauh berbeda dengan wajah Namgil sebelumnya.

"Dari mana kau mendapatkan anak ini?"

"Dari manapun itu, kita urus nanti. Aku mohon selamatkan anak ini."

"Bawalah dia kedalam, aku akan segera memanggil Tabib."

Namgil segera membawa Taehyung masuk ke dalam Rumah Ketua Park yang kemudian berbicara dengan serius kepada salah satu pekerja nya dan karna keributan tersebut pada akhirnya Hwagoon menampakkan diri dan menghampiri Ayah nya.

"Abeoji."

"Oh! Kau di sini, kenapa keluar?. Kembalilah ke kamar mu!"

"Aku mendengar suara Ahjussi berteriak teriak memanggil Abeoji, apa terjadi sesuatu?"

"Ahjussi membawa seseorang yang terluka, sebaiknya kau tidur sekarang, Abeoji akan menemui ahjussi mu."

Hwagoon menggangguk mengerti dan setelah nya Ketua Park meninggalkan nya di halaman. Setelah kepergian Ayah nya, Hwagoon sekilas mengarahkan pandangannya ke langit yang begitu gelap dan mengulas senyum tipis sebelum akhirnya menjatuhkan pandangannya kepada pintu ruangan di mana sebelumnya ia melihat Ayah nya menghilang.

"Siapa orang yang di bawa oleh Ahjussi?"

THE DYNASTY : CHAPTER 1
[THE LITTLE PRINCE]
25.03.2019




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top