Lembar 066

Bulan yang tengah berada di ujung langit Joseon di bagian barat, bersiap untuk sebuah perpisahan saat fajar menyingsing.
Mata yang tertutup itu kembali terbuka tepat saat fajar kembali menyingsing tanah Joseon, sekilas terpejam kembali, berusaha membiasakan diri dengan rasa sakit di punggung nya.
Gerakan kecil jemari nya, seakan berusaha meregangkan otot nya yang begitu kaku seolah telah tertidur ribuan tahun lamanya, hembusan napas berat nya yang menyapu lantai, dia masih mencoba untuk mengumpulkan sisa sisa dari kesadaran nya.

"Naeuri..."

Gumaman kecil sebagai penanda bahwa dia benar benar sadar sepenuh nya, namun apa daya tubuh nya yang terasa begitu lemah bahkan untuk mengangkat kepalanya atau pun menggerakkan tangan nya sekalipun, hingga mata itu tertutup kembali dan menelan kesadaran yang telah coba ia dapatkan, dan membuat nya tidak mampu melihat sang Tuan yang masih meringkuk di sudut ruangan.


THE LITTLE PRINCE


Istana Gyeongbok

Paviliun Putra Mahkota.

Untuk pertama kali nya, Jungkook keluar dengan tenang setelah kenaikan tahtanya sebagai Putra Mahkota Joseon, dengan langkah yang terlihat begitu tenang, Jungkook mengambil langkah pertama nya dan seketika angin pagi menerpa wajah nya.
Udara segar di pagi hari yang harusnya memberi ketenangan untuk nya justru sebaliknya, malah membuat hatinya terusik dan hampir menghancurkan beteng yang dia buat untuk pertahanan nya sendiri.

Langkah Jungkook yang meninggalkan Paviliun nya, di ikuti oleh dua Kasim dan juga beberapa Dayang yang berjalan dengan kepala tertunduk tepat di belakang nya. Sungguh, Jungkook tidak ingin melihat mereka, bukan karna dia yang membenci mereka, melainkan dia yang tidak bisa menerima kenyataan, karna orang orang yang saat ini berjalan di belakang nya adalah orang orang yang pernah berjalan mengikuti langkah Taehyung.
Sungguh, sampai detik ini dia belum bisa menerima tahta Putra Mahkota sebagai milik nya, mengingat bahwa tahta itu telah menyakiti orang orang yang di sayangi nya, seandainya dia boleh memilih, dia akan lebih memilih menjadi Changkyun di bandingkan harus menjadi seorang Pangeran yang kemudian merebut tahta sang Kakak.

Jungkook menapakkan kakinya di area danau, tempat di mana biasanya Taehyung akan menghabiskan waktu luang nya.

"Kalian tunggu di sini!"

Pembawaan yang begitu tenang, bukan untuk mengimbangi kebijaksanan sang Kakak, melainkan sebuah kesedihan yang tak bisa ia ungkapkan lah yang membuat nya bersikap begitu tenang seperti tak terjadi apapun. Tapi sungguh, Kasim Cha yang selalu berada di sampingnya setiap waktu, merasa sangat sedih karna telah kehilangan sifat ceria Jungkook yang selalu ingin tahu terhadap semua hal.

Jungkook melangkahkan kakinya dan berhenti di tepat pinggir danau, melihat daun bunga teratai yang membentang di atas air dan mulai menguning.
Dia menghela napas beratnya seakan ingin membuang semua perasaan yang menghimpit dadanya, bahu yang seperti tak ingin di angkat, ketika pakaian yang di kenakan nya terasa begitu berat.

"Aku akan menunggunya." Sebuah gumaman yang menjadi akhir dari keputusasaan nya, dan dengan terpaksa menarik sudut bibir nya.

"Aku akan menunggu sampai Hyeongnim menepati janji Hyeongnim."

THE LITTLE PRINCE

Taehyung membuka matanya yang terlihat begitu lelah dan seperti tak ingin membukanya, perasaan yang terasa begitu ringan seperti kejadian semalam hanyalah sebuah mimpi baginya dan yang dia tahu sekarang dia telah berbaring di tempat tidurnya setelah merasa bahwa dirinya telah menuju kematian semalam.

Sesuatu yang sedikit di sesalkan namun juga di syukuri oleh Taehyung, bahwa dia masih bisa membuka matanya dan melihat siapa yang saat ini tengah terduduk di sampingnya.
Siluet hitam yang selalu membuatnya khawatir dan sekarang semakin membuat nya lebih khawatir.

"Kau terluka, kenapa duduk seperti itu? Berbaringlah!"

"Hamba baik baik saja."

Changkyun bersuara, tidak ada lagi sorot mata dingin dalam tatapan matanya, hanya tatapan sendu lah yang saat ini tertuju pada Taehyung.

"Kenapa kau tak membiarkan nya?"

Changkyun terdiam, tak memiliki satu jawaban dan tak ingin bertanya ketika ia tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh Taehyung.

"Jika kau membiarkan aku mati-"

"Bunuhlah hamba terlebih dulu!"

Mulut Taehyung terkatup kembali sebelum ia bisa menyelesiakan perkataan nya karna sanggahan yang di berikan oleh Changkyun.

"Apapun yang telah dan akan terjadi, mohon jangan hilangkan hati nurani Naeuri."

"Aku adalah orang yang jahat."

"Jika memang seperti itu kenyataan, bisakah Naeuri membunuh hamba?"

Taehyung menarik sudut bibir nya. "Aku ingin kau tetap hidup, kenapa aku harus membunuh mu?"

Taehyung kemudian bangkit dan merubah posisi nya menjadi duduk, melihat wajah Changkyun yang memucat dari jarak yang lebih dekat.

"Sanggupkah, kau berjalan sedikit jauh?"

Tidak ada jawaban dan itu berarti Taehyung harus memberikan penjelasan lain agar Rubah nya mau berbicara.

"Pergilah ke Istana Gyeongbok!"

"Hamba tidak memiliki keperluan sampai harus datang ke sana." Sebuah penolakan terucap secara halus, ketika ia memalingkan wajah nya dari Taehyung yang kemudian mengulas senyum tipis nya.

"Kau akan baik baik saja jika pergi ke sana, Shin bukanlah orang dari Istana. Ku pastikan tidak ada satupun orang yang tahu tentang insiden kemarin."

Changkyun kembali mengarahkan pandangannya pada Taehyung, apakah Taehyung berpikir bahwa dia takut untuk pergi ke Istana dan menghadapi kemungkinan bahwa Baginda Raja akan menghabisi nyawanya? Tidak, bukan itu yang dia takutkan, dia hanya tidak ingin meninggalkan Taehyung apapun alasan nya.

"Ada hal yang ingin ku katakan pada Jungkook, aku ingin kau menyampaikan nya kepadanya. Tapi jika memang kau masih belum sanggup untuk berjalan, aku akan menundanya."

"Hamba akan memenuhi perintah Naeuri."

Lagi Taehyung tersenyum. "Setelah ini, aku tidak akan merepotkan mu lagi."

"Hamba tidak suka mendengar kata kata seperti itu."

"Tapi Kakak mu ini tidak pernah bisa menarik kembali perkataan."

"Hamba hanya perlu mengantar dan kembali ke sini."

Bukan sebuah perkataan yang menjadi jawaban untuk Changkyun, melainkan seulas senyum yang begitu hangat yang berbaur dengan sinar matahari yang menghangatkan kulit dingin nya.

Untuk beberapa waktu selanjutnya, Changkyun duduk di sudut ruangan dan memperhatikan Taehyung yang kini duduk di belakang meja kecil dan tengah menggoreskan kuas di tangan nya pada sebuah kertas putih di hadapan nya, menulis kalimat yang begitu panjang dan tersusun dengan rapi. Menuangkan perasaan seorang Kakak pada setiap huruf yang ia ciptakan, wajah yang begitu tenang dan mampu menyembunyikan maksud di balik nya.

Setelah beberapa saat, Taehyung melipat kertas yang sudah di penuhi oleh tulisan tangan nya dan memasukkan nya ke dalam sebuah amplop panjang berukuran sedang dengan gambar bunga yang terdapat di sudut amplop tersebut.

"Kemarilah!"

Atas keinginan Taehyung, Changkyun pun beranjak dari duduk nya dan menghampiri Taehyung. Dia duduk bersimpuh di depan meja Taehyung, yang kemudian menyodorkan sebuah amplop di hadapan nya.

"Pastikan hanya Jungkook yang bisa menerimanya."

"Hamba akan mengingat nya baik baik."

Changkyun mengambil surat tersebut, namun ketika ia ingin menarik kembali tangan nya, Taehyung tiba tiba menahan tangan nya dan membuat nya bertemu pandang dengan nya.
Taehyung menahan punggung tangan Changkyun untuk beberapa waktu dan tepat setelah ia berbicara, dia melepaskan nya kembali.

"Berhati hatilah, meski bukan jalan terjal yang hendak kau lewati."

"Hamba akan segera kembali."

Changkyun beranjak dan menundukkan kepalanya sekilas sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Taehyung seorang diri, dan tepat setelah Changkyun menutup pintu, seulas senyum yang menunjukkan kesedihan terlontar dari sudut bibir nya.
Dia kemudian beranjak, berganti pakaian seperti hendak bepergian dan bukannya membiarkan rambutnya tergerai seperti biasanya, dia justru memilih untuk memakai Topi Tradisional yang nyatanya sedikit berguna untuk menyembunyikan wajah nya.

Setelah selesai berpakaian dengan rapi, Taehyung kembali menghampiri meja dan meletakkan sebuah amplop yang sama dengan amplop yang sebelumnya ia serahkan kepada Changkyun sembari berkata, "Maafkan Kakak mu ini yang tidak bisa menjaga mu hingga akhir. Kim Changkyun, jaga dirimu baik baik."

Seulas senyum di akhir kalimatnya tepat setelah amplop tersebut lepas dari tangan nya, seulas senyum yang seperti tengah menaruh sebuah harapan pada surat yang ia tinggalkan di atas meja dalam ruang kosong yang kini ia tinggalkan.
Berjalan dengan langkah yang begitu mudah di saat tidak ada satupun teguran yang datang padanya, namun langkahnya terhenti ketika sang Kakek lah yang menegurnya.

"Kemanakah kau akan pergi dengan kondisi seperti ini?"

Taehyung mengulas senyum seakan tengah merebut kekhawatiran sang Kakek.

"Aku menyuruh Changkyun pergi, tapi sepertinya dia melupakan sesuatu, jadi aku akan menyusulnya."

"Tapi-"

"Aku baik baik saja, mulai sekarang berhentilah mengkhawatirkan ku, Harabeoji."

"Aku Kakek mu, bagaimana bisa kau menyuruh seorang Kakek untuk tidak khawatir terhadap cucunya."

"Semua akan baik baik saja, jadi berhenti mengkhawatirkan ku. Aku pergi sekarang."

"Berhati hatilah dan jangan jauh jauh, jika kau tidak menemukan Changkyun, segera kembali."

Sebuah himbauan yang hanya berbalas senyum dari sang cucu yang kemudian melanjutkan langkah nya dan menghilang setelah pintu gerbang yang sempat terbuka, kembali menutup dari luar.

Taehyung berjalan menuruni anak tangga dan berbalik setelah berhasil menapakkan kakinya di tanah, melihat ke arah pintu gerbang kediaman Kakek nya dengan seulas senyum tipis yang kemudian mengiringi langkah nya untuk berjalan menjauh, namun sayang nya arah yang tengah ia tuju justru berlawanan arah dengan jalan yang sebelumnya di tuju oleh Changkyun.

Kemanakan kiranya Si Tuan Rubah ini akan pergi? Ketika ia sendiri telah menyuruh Sang Rubah untuk pergi terlebih dulu. Kemanakah?.



THE DYNASTY : CHAPTER 1
THE LITTLE PRINCE
23.03.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top