Lembar 057
Putar lagu di atas!!!.
Setelah sekian lama. Untuk pertama kalinya Young In kembali ke kampung halamannya. Tandu yang membawa nya keluar dari Istana Gyeongbok telah sampai di depan kediaman Menteri Park.
"Hentikan tandunya!."
Seorang dayang kemudian mendekat ke jendela yang berada di sisi samping tandu dan Young In yang berada di dalam nya, sedikit membuka kain yang menutupi jendela tandu tersebut.
"Aku akan turun di sini."
"Ye, Mama."
Perlahan tandu yang melindunginya dari luar di turun kan tepat setelah sang dayang menyingkir dari tempat sebelum nya. Young In keluar dari tandu dan menapakkan kakinya di tanah Bukchon, dia mengarahkan pandangannya ke sekeliling pintu gerbang kediaman di mana ia tumbuh dewasa.
"Kalian tunggulah di dalam, aku mungkin akan sedikit lama berada di sini!"
Semua orang menunduk patuh akan perintah Young In yang kemudian melangkahkan kakinya terlebih dulu. Dia membuka pintu gerbang kediaman Menteri Park dan melangkahkan kakinya menuju halaman rumah yang tampak begitu sepi. Menteri Park yang saat itu hendak masuk ke dalam rumahnya berhenti sejenak setelah menyadari ada sesuatu yang sangat mencolok di halaman rumahnya, dia menolehkan kepalanya dan menemukan Young In yang berdiri di tengah halaman sembari mengulas senyum.
"Kau-"
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Changkyun mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan hanya mendapati padang bunga dan juga lembah yang membentang luas di sana, dia kemudian menjatuhkan pandangannya pada Taehyung yang terduduk di rumput hijau dan tengah bermain main dengan seekor kelinci yang sebelumnya di tangkap oleh Changkyun dan kini tengah berada dalam pangkuan nya.
Tidak ada hal yang istimewa. Kali ini Tuan nya telah kembali seperti dirinya yang sesungguhnya, tampak begitu tenang dengan senyuman yang hangat, tanpa Ayam terbang di sekitarnya.
Changkyun kemudina menempatkan diri duduk di samping Taehyung, membiarkan keheningan di sekitar mereka terbawa oleh semilir angin.
"Naeuri sudah terlalu lama berada di luar."
Suara berat Changkyun bersahutan dengan suara gemerisik daun daun yang saling bergesekan. Taehyung mengulas senyum tipis nya tanpa melepas pandangannya pada kelinci berwarna hitam yang kini berada dalam pangkuan nya.
"Menurut mu, kenapa kelinci ini berwarna hitam?"
Bukan jawaban, melainkan sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Taehyung dan membuat Changkyun terdiam sejenak. Mencoba mencari arti yang lebih luas dari apa yang baru saja di ucapkan oleh Taehyung.
"Hamba tidak tahu. Jika Naeuri tahu jawaban nya, mohon beritahu hamba."
"Karna dia yang menginginkannya"
Meski sudah banyak buku yang telah Changkyun pelajari. Namun tetap saja, dia tidak pernah bisa mengerti makna sebenarnya dari ucapan Taehyung. Mungkinkah ia masih harus banyak belajar untuk bisa mengerti apa yang Taehyung maksud sebenarnya.
"Sebelum terlahir ke dunia, dia sudah memilih jalan apa yang akan ia lewati. Seperti itulah"
"Hamba masih harus lebih banyak membaca buku, untuk bisa memahami apa yang Naeuri maksud."
Taehyung mengulas senyumnya dengan pandangannya yang telah terarah ke depan, "Kau akan mendapatkan semuanya jika kau mau bersabar sedikit lebih lama dari yang kau mampu."
Changkyun perlahan mengarahkan pandangannya pada Taehyung. Senyuman hangat itu, Changkyun ingin melihatnya lebih lama lagi. Dia kemudian menjatuhkan pandangannya dan tampak tengah mempertimbangkan sesuatu.
"Hamba terlalu bodoh untuk melakukan hal itu."
"Tapi kau selalu melakukannya,"
Changkyun mengangkat wajahnya dan mengarahkan pandangannya pada Taehyung, begitu pun sebaliknya. "Saat aku tidur," Taehyung kembali menatap ke depan.
"Aku tahu kau sudah menyerah waktu itu, aku tahu kau marah, aku tahu. Dan kau tetap menunggu, aku tahu itu."
Changkyun kembali kehilangan kata kata untuk menyanggah ucapan Taehyung dan hanya mampu berdiam diri, dia mengarahkan pandangannya ke tempat lain dan tanpa sengaja melihat siluet yang sangat familiar berjalan ke tempat mereka.
"Harusnya aku bisa bangun lebih awal."
"Naeuri."
Taehyung menolehkan kepalanya dan menatap Changkyun yang melihat ke arah lain dengan tatapan bertanya. "Ada apa?"
"Ada yang datang."
"Siapa?"
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Changkyun masih berdiri di tempat sebelumnya dengan kelinci hitam yang sebelumnya di titipkan Taehyung padanya sebelum pergi bersama Young In, Changkyun memperhatikan keduanya dari tempatnya dan akan sangat mustahil untuk nya bisa mendengar apa yang telah mereka bicarakan dengan jarak seperti itu.
Angin semilir berhembus. Menuntun langkah ringan Taehyung untuk mengikuti Young In berjalan di antara bunga bunga dengan kelopak yang mulai rapuh. Setelah berjalan tidak jauh dari tempat sebelum, Young In menghentikan langkahnya begitupun dengan Taehyung.
Young In berbalik dan kemudian mengulas senyum hangat, setelah melihat wajah Taehyung yang terlihat lebih baik jika di bandingkan dengan pertemuan terakhir mereka.
"Bagaimana ibu harus memulainya?, kau terlihat baik baik saja."
Taehyung membalas senyuman hangat yang di lontarkan oleh Young In sebelumnya. "Cukup dengan mengatakan tujuan yang sebenarnya, apa yang membuat Eommoni pergi sampai sejauh ini?."
Young In kembali menarik senyum nya, "Perlukah sebuah alasan?. jika seorang ibu, hanya ingin melihat wajah putranya."
"Aku merasa lebih baik setelah meninggalkan semua beban ku di sana."
"Kenapa?, kenapa kau menganggap hal itu sebagai beban. Tidak bisakah kau menyebutnya sebagai tanggung jawab?."
Taehyung menjatuhkan pandangannya dengan senyum yang tersungging seakan ia tengah menertawai tanggung jawab yang baru saja di sebutkan oleh ibunya.
"Kerendahan hati, kebijaksanaan-," Taehyung kembali mengangkat wajahnya dan menahan senyumnya. "Bukanlah sesuatu yang bisa ku rengkuh selamanya."
Jawaban yang membuat Young In tidak memberi respon untuk beberapa saat, bahkan tak ada seulas senyum yang menghiasi bibir merahnya. Dia masih mencoba untuk memahami apa yang di inginkan oleh Taehyung.
"Jika Eommoni merasa khawatir karna harus kembali seorang diri. Aku akan membawakan Changkyun pada Eommoni."
Sebuah penawaran sekaligus penolakan akan kemungkinan bahwa Young In ingin membawanya kembali. Dan mendengar hal itu, Young In mengulas senyumnya kembali.
"Ibu sudah mengetahuinya dari Kasim Seo."
Taehyung tidak mengerti apa yang sedang di bicarakan oleh Young In, kenapa tiba tiba membawa Kasim Seo. Apa yang telah di ucapkan Kasim Seo pada ibunya, mungkinkah Kasim Seo sudah mengetahui kondisi terakhirnya sebelumn meninggalkan istana. Memikirkan hal itu membuat rahang Taehyung tiba tiba mengeras, dia kemudian memutar kakinya dan menghadap ke arah lain, guna menghindari tatapan Young In.
"Putra Mahkota. sangat terluka karna mu."
Mata Taehyung bereaksi setelah mendengar bahwa Young In menyebut nama Putra Mahkota. Namun, dia masih enggan untuk kembali menghadap ibunya.
"Kasim Seo mengatakan, bahwa Putra Mahkota sangat marah dan menangis semalaman setelah tahu bahwa kakaknya telah menipunya."
Taehyung tersenyum tak percaya, bahkan dia sempat merasa khawatir bahwa dia akan ketahuan. Tapi, berita yang di bawa Young In juga sedikit membuatnya terkejut. Terlintas dalam benaknya, apakah Jungkook benar benar melakukan nya, jika itu benar apa itu berarti Jungkook sudah mengetahui semuanya dan sebegitu kecewanya kah dia kepada nya.
"Bagaimana mungkin seorang Putra Mahkota menangis di hari kenaikan tahta nya." Dia tetap mempertahankan senyumnya meski ia tak bermaksud untuk melakukan nya.
"Dia menolak untuk menjadi Putra Mahkota."
"Seorang pewaris tahta seharusnya tidak pernah memandang rendah singgah sana nya. Dengan segera, dia akan melupakan semuanya."
"Dia sangat ingin menemui mu."
"Dan merengek padaku," Sanggah Taehyung, dia kemudian kembali menghadap Young In dan mengulas senyuman yang terlihat begitu hangat, meski Young In sendiri tahu betapa sakit nya ketika Taehyung harus tersenyum di saat seperti ini.
"Berhenti melakukannya di depan ibu mu, karna sejauh apapun kau pergi. Ibu mu ini akan selalu mencoba untuk merengkuh mu."
"Lebih dari apapun itu. Ada seseorang yang mungkin lebih terluka karna hal ini." Taehyung memberi jeda terhadap ucapannya dan membiarkan Young In mencari tahu jawaban itu sendiri melalui sorot matanya.
"Ayahanda mu, dia akan baik baik saja."
"Ayahanda akan tetap memaafkan ku, seribu kali pun aku mengecewakannya. Mohon Eommoni selalu berada di dekat beliau."
"Kau harus kembali."
Mulut Taehyung terkatup rapat, seakan tak mampu menjawab Young In.
"Katakan bahwa kau akan kembali."
Taehyung memalingkan pandangannya. Bahkan jawaban akan pertanyaan tersebut tidak di miliki nya saat ini. Haruskah dia mengatakan bahwa ia akan kembali jika pada akhirnya langkahnya tidak akan pernah sampai bahkan untuk sekedar menjangkau Gwanghwamun sekalipun, dan haruskah dia mengatakan dia tidak akan pernah kembali di saat ada sebuah tali yang mengikatnya dengan sangat kuat dan terus menariknya untuk kembali. Harga diri, tanggung jawab, takdir. Siapa dirinya yang sesungguhnya.
Young In kemudian mendekati Taehyung dan merengkuhnya ke dalam pelukannya, mengusap surai hitamnya dan berhenti pada punggungnya.
"Berhenti bertindak seakan ibu adalah orang asing bagimu, ibu datang hanya untuk melihat mu. Berhenti memberatkan diri mu sendiri. Biarkan Putra Mahkota menemui mu, dan kau tidak harus bersujud di hadapannya."
Air mata Taehyung terjatuh seiring dengan tangannya yang membalas pelukan dari sang ibu. Mencoba menekan luka hatinya dan mengumpulkan semua harga dirinya yang telah tercabik cabik. Dia menyadari sepenuhnya, akan lebih baik bahwa sejak awal dia hanya menjadi seorang pangeran di bandingkan dengan harus menjadi seorang Putra Mahkota yang kemudian turun tahta. Karna seorang Putra Mahkota yang telah di turunkan dari tahtanya tidak akan pernah mendapatkan sanjungan, justru sebaliknya. Mereka hanya akan menyebutkan setiap keburukan yang bahkan belum tentu ia lakukan sekalipun ketika mereka menyebut namanya. Sejak awal Taehyung melepas tahtanya, saat itu pula harga dirinya menjadi batu pijakan atas kenaikan Jungkook sebagai Putra Mahkota yang baru.
Tidak ada yang bisa menyembuhkan rasa sakit di hati seorang Lee Taehyung, selain pengasingan diri. Dia hanya ingin pergi, pergi sejauh dan selama mungkin sampai ia mampu untuk kembali menatap wajah Jungkook. Dia bukan membenci Jungkook, dia justru merasa bersalah karna harus memberi jarak antara dia dan Jungkook. Taehyung hanya perlu lebih banyak waktu untuk menentukan sikapnya. Mengembalikan harga dirinya sebelum bertemu dengan Putra Mahkota Jungkook.
Dalam rengkuhan hangat ibunya, dia menangis tanpa suara. Membiarkan hanya suara tumbuhan yang saling bergesekan menggantikan suara tangisnya. Dia akan kembali tapi tidak hari ini, juga besok, dan juga bukan besok lusa. Entah seberapa lama itu, dia pasti kembali.
"Sedikit lagi, dan akan ku putuskan semuanya."
"Tidak ada yang harus kau putuskan. Jangan sampai membuat Ayahanda mu sendiri yang mendatangi Bukchon."
"Aku akan memutuskannya. Sebelum itu terjadi, selama itu. Mohon jaga Putra Mahkota baik baik."
"Akan ada banyak orang yang menjaganya."
"Klan Heo. Aku akan memikirkan cara bagaimana untuk menghadapi mereka."
"Kenapa?. Kenapa kau menyebut nama Klan Heo?"
"Karna mereka orang yang paling bahagia karna hal ini. Aku pasti akan kembali untuk mereka."
"Suatu saat nanti."
THE DYNASTY : CHAPTER 1
THE LITTLE PRINCE
23.02.2019
05:22.
Perhatian!
Ini hanyalah cerita fiksi, mohon jangan terlalu berlebihan dalam menanggapi, atau sampai membenci para cast dalam cerita ini karna sekali lagi ini hanya cerita fiksi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top