Lembar 008
"Changkyun -a, Changkyun-a..." panggil Taehyung yang terbaring di Paviliun Tidurnya pada Changkyun yang duduk tidak jauh darinya. Changkyun yang mendengar panggilan Taehyung pun mendekat dan duduk tepat di samping kaki Taehyung.
"Ye, Putra Mahkota."
Changkyun melihat ke arah Taehyung dengan sedikit iba meski dengan raut wajah tanpa ekspresi nya, pasalnya sejak insiden jatuh tadi siang Taehyung tidak bisa bergerak dengan bebas karna punggungnya mengalami cidera.
"Sebenarnya kau tadi dari mana?" tanya Taehyung yang menatap lurus ke langit-langit Paviliunnya.
"Hamba dari Paviliun Istana Baginda Raja."
"Benarkah? Lalu, apa yang kau dengar dari sana?"
"Dari apa yang hamba dengar, sepertinya Baginda Raja tengah mempersiapkan pernikahan keluarga Kerajaan."
"Ye!? Benarkah?" Taehyung langsung menolehkan kepalanya ke arah Changkyun, jika memang benar Baginda Raja merencanakan pernikahan keluarga Kerajaan. Bukankah berarti itu adalah pernikahannya, tidak mungkin Jungkook akan menikah lebih dulu darinya.
"Apa... Yang kau maksud itu adalah pernikahanku?"
"Benar, Putra Mahkota."
Taehyung tiba-tiba bangkit dengan memegangi bagian belakang tubuhnya dan sedikit mengernyit, membuat Changkyun melebarkan matanya dan keduanya bertemu pandang.
"Lalu, apa kau tahu dari keluarga mana calon istriku itu?"
Changkyun memalingkan wajahnya dan menjatuhkan pandangannya. "Untuk itu hamba tidak tau."
"Benarkah? Aku pikir kau sudah tahu, ya sudah kalau begitu."
Changkyun melihat Taehyung dengan ekor matanya, raut wajah Taehyung yang kecewa juga helaan napas Taehyung yang terdengar pasrah selalu membuat Changkyun tidak tega melihatnya. Changkyun kemudian berdehem pelan, menarik perhatian Taehyung.
"Yang hamba dengar bahwa saat ini Kelompok Pedagang yang di Ketua oleh Bangsawan Park, sedang dalam perjalanan menuju Hanyang."
Mata Taehyung langsung bereaksi setelah mendengar perkataan Changkyun, dia kemudian mendekat kearah Changkyun yang sudah berada di hadapannya. Membuat Changkyun menatapnya dengan tatapan bertanya dan juga heran.
"Apa dia memiliki seorang anak gadis?"
"Itulah yang hamba dengar."
"Kalau begitu, katakan pada ku siapa namanya dan bagaimana dia!?" Taehyung menatap penuh harap pada Changkyun yang pada akhirnya mematahkan harapannya tersebut.
"Untuk hal itu hamba tidak tahu." ujar Changkyun sembari memalingkan wajahnya.
Taehyung menurunkan bahunya dan tampak kecewa, padahal dia sudah sangat bersemangat dan lagi-lagi Changkyun melakukan hal yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
Changkyun diam-diam melirik apa yang tengah di lakukan Taehyung. Tidak, dia tidak melakukan apapun kecuali mempoutkan bibirnya sembari meniup udara.
"Hwagoon Agassi."
Perkataan Changkyun menarik kembali perhatian Taehyung dan membuatnya merapat kembali pada Changkyun.
"Hwagoon? Park Hwagoon?"
"Benar, Putra Mahkota."
"Lalu, lalu bagaimana dengannya?" tanya Taehyung antusias.
"Yang hamba dengar dia ikut mengembara bersama Kelompok Pedagang sejak kecil dan membantu Ketua Park untuk memimpin Organisasi, selain itu dari apa yang hamba dengar dia menguasai ilmu bela diri dan selalu membawa pedang. Dia juga merupakan seorang putri bangsawan yang baik hati dan juga pemberani, hanya itu yang hamba dengar."
"Benar, hanya itu."
"Sungguh...?"
Untuk pertama kalinya di hari ini, Changkyun mengehela nafas beratnya di hadapan Taehyung. Membuat senyum Taehyung semakin melebar.
"Ketua Park dan Organisasi Pedagang akan sampai di Hanyang kurang lebih dua hari lagi."
"Benarkah?"
Changkyun tidak menjawab dan berarti hanya sebatas itulah yang di ketahui oleh Changkyun yang saat ini tertunduk tak berdaya di depan Taehyung yang tersenyum tidak jelas seperti tengah kehilangan kewarasannya. Dia kemudian berbaring tapi mungkin karna terlalu senang dia lupa bahwa punggungnya sedang sakit.
"Arghhhh....."
Changkyun terkejut ketika Taehyung tiba-tiba berteriak saat punggungnya menyentuh tempat tidurnya, bahkan suara Taehyung sampai terdengar keluar dan membuat Kasim Seo berlari ke kamarnya dengan khawatir.
"Putra Mahkota, anda tidak apa-apa?" Changkyun yang tidak pernah khawatir pun sekarang menunjukkan wajah khawatirnya.
"Putra Mahkota...." Keduanya melihat ke arah pintu keluar dimana samar samar terdengar suara Kasim Seo yang khawatir.
Taehyung dengan posisi yang sedikit miring sembari mengernyit kesakitan dan memegangi bagian belakang tubuhnya melihat ke arah Changkyun yang juga tengah melihatnya dengan khawatir.
"Changkyun-a."
"Ye, Putra Mahkota."
"Sebenarnya punggungku sakit, Changkyun-a."
"untuk hal itu, hamba sudah tahu."
🌾어린 왕 🌿
Kelompok Pedagang dan juga rombongan Hwaseung telah sampai di sebuah desa dan memutuskan untuk bersinggah di sana sebelum melakukan perjalanan kembali pada esok pagi. Setelah semua orang beristirahat, Hwaseung dan Ketua Park masih berbincang-bincang santai di luar. Sedangkan Hwajung yang berada di dalam kamar yang sama dengan Hwagoon terlihat sedang membersihkan pedangnya.
Hwagoon yang sedari tadi duduk di sudut ruangan dan memperhatikan Hwajung dari belakang sekilas melihat ke arah Yeowol yang sudah tidur, dia pun perlahan bangkit dan berjalan menghampiri Hwajung lalu kemudian duduk di sampingnya.
"Agassi, boleh aku bertanya sesuatu?"
Hwajung sekilas mendongak dan melihat Hwagoon yang berdiri di sampingnya dan kemudian duduk berdampingan dengannya.
"Jika itu membuat Agassi penasaran, silahkan tanyakan." jawab Hwajung yang melanjutkan pekerjaannya sebelumnya.
"Dari mana Agassi belajar menggunakan pedang?" tatapan Hwagoon tidak bisa lepas dari pedang yang saat ini di pegang oleh Hwajung.
"Hwaseung Orabeoni yang mengajariku."
"Tuan Bangsawan itu?" Hwagoon melebarkan matanya yang berarti dia terkejut. Hwajung tersenyum sebagai tanggapan awal.
"Jika boleh tahu, apa hubungan Agassi dengan Tuan Bangsawan?"
"Dia adalah tunanganku."
"Ye???" pekik Hwagoon, tapi tidak terlalu keras karna menyadari bahwa Yeowol sedang tidur.
Hwajung memasukkan kembali pedangnya dan menaruhnya di sampingnya lalu kemudian menghadap ke arah Hwagoon.
"Agassi benar-benar beruntung bisa mendapatkan pria seperti Tuan Bangsawan" ujar Hwagoon yang terdapat sedikit rasa iri di matanya.
"Tidak juga, siapa bilang aku beruntung?"
"Apa maksud Agassi? Bukankah Tuan Bangsawan orang yang baik? Dia juga terlihat bertanggung jawab."
"Itulah yang terlihat di luar." Hwajung tiba-tiba mendekatkan kepalanya ke arah Hwagoon dan menaruh tangannya di samping mulut seakan ingin menutupi pembicaraan mereka.
"Sebenarnya dia orang yang sangat menyebalkan dan juga cerewet." bisik Hwajung membuat Hwagoon membulatkan matanya.
"Benarkah?"
Hwajung mengangguk dan secara kebetulan saat itu Hwaseung yang tengah bercengkrama dengan Ketua Park tiba-tiba saja bersin.
"Kau tidak apa-apa?" tanya ketua Park memastikan.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Sepertinya ada yang sedang membicarakanku."
Ketua Park tertawa karna ucapan Hwaseung yang mengada-ngada.
"Aku tidak bercanda, aku serius. Pasti dua wanita di ruangan itu sedang membicarakanku." ujar Hwaseung seolah-olah tengah menerawang ke ruangan yang ia tunjuk.
"Tapi kalian terlihat sangat cocok, aku sedikit iri melihatnya." Hwagoon menundukkan kepalanya ketika mengatakannya.
"Suatu hari nanti kau juga akan mendapatkan pria yang cocok denganmu."
Hwagoon mengangkat kepalanya dan menatapnya tidak percaya, "benarkah? Tapi sepertinya tidak akan mudah menemukannya."
"Dia sendiri yang akan datang padamu."
"Bagaimana Agassi bisa seyakin itu?"
"Karna Agassi memiliki sesuatu yang bisa menarik nya datang ke tempat Agassi."
Keduanya tertawa pelan setelah saling bertukar pandangan.
"Aku lihat Agassi lebih tua dari ku, bolehkah jika mulai sekarang aku memanggil Agassi dengan sebutan Eonni agar lebih dekat?"
"Kalau begitu, bagaimana aku harus memanggil agassi?"
"Hwagoon, cukup dengan Hwagoon. Itu akan terdengar lebih nyaman."
"Jadi apa mulai sekarang kita berteman?"
"Teman?"
"Ye."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top