Lembar 007
Rombongan kelompok pedagang kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju Hanyang, dan sedikit mempercepat langkah mereka untuk menghindari para bandit yang biasanya beroperasi ketika menjelang malam tiba.
"Yo... Lihatlah siapa yang ada di sini?" teguran seseorang membuat mereka menghentikan langkah mereka dan melihat ke segerombolan orang yang telah menghadang mereka. Bisa di pastikan mereka adalah para bandit yang selalu membuat rusuh setiap kali bertemu dengan pengembara seperti mereka.
"Kalian sepertinya sedang terburu-buru, oh! Ada Agassi cantiknya juga rupanya, menarik."
"Ketua, bagaimana ini?" tanya salah seorang dari kelompok pedangang yang mendekati Ketua Park dengan raut wajah yang takut, tidak berbeda dengan lainnya.
"Semuanya berkumpul!" ujar Ketua Park dan semuanya serempak berkumpul di satu titik tepat di belakang Ketua Park dan Hwagoon.
Pimpinan bandit itu memberi isyarat agar anak buahnya bergerak, dan mereka mengepung anggota kelompok pedagang yang ketakuatan. Berbeda dengan Ketua Park yang tampak tenang, hwagoon sudah bersiap-siap menarik pedangnya.
"Apa yang kau inginkan? Jika hanya uang, maaf aku tidak bisa memberikan semuanya kepada kalian karna kami sama-sama memiliki keluarga yang menunggu kami di rumah." ujar Ketua Park dengan nada bicara yang berwibawa.
"Begitu ya... Bagaimana kalau yang ku minta adalah Agassi di sampingmu itu?" raut wajah Hwagoon semakin mengeras bahkan dia sudah menarik pedangnya dan bersiap untuk menyerang.
"Kalau begitu sekali lagi aku minta maaf, karna kalian akan mati di tanganku hari ini."
Tanpa di sangka, Ketua Park langsung menarik pedangnya dan menyerang para bandit yang mengelilingi mereka, membuat mereka mundur dan sedikit menjauh.
"Hwagoon, berhati-hatilah."
Hwagoon sekilas melihat ke arah ayahnya dan menggangguk dengan yakin. "Semuanya, jangan ada yang bergerak!" seru Hwagoon yang di tujukan pada anggota Kelompok Pedagang di belakang.
"B-baik Agassi."
"Apa yang kalian lakukan? Cepat serang! Habisi mereka semua!"
Mereka semua menyerang Ketua Park dan Hwagoon secara bersamaan, Hwagoon dan Ketua Park terlihat kuwalahan karna dari awal mereka telah kalah jumlah. Tapi keduanya tetap tidak mau mundur.
Melihat pimpinan mereka yang mulai kuwalahan membuat para anggota Kelompok Pedagang semakin panik dan ketakutan, takut jika nanti pimpinan mereka kalah dan mereka semua akan di bunuh.
"Aku tidak bisa di sini, mereka akan membunuh kita. Kita semua akan mati!" gumam salah seorang membuat yang lainnya menjadi bertambah panik dan beberapa orang meninggalkan kerumunan lalu berlari berlawanan arah.
"Apa yang kalian lakukan? Kembali!" pekik Hwagoon yang membuatnya sempat lengah dan menjadi kesempatan bagus bagi para bandit tersebut melukainya. saat ia kembali melihat kearah lawannya, tiba-tiba sebuah pedang hampir menebasnya jika tidak ada seseorang yang menghalanginya.
Semua orang tiba-tiba berhenti bergerak dan melihat ke arah yang sama, ke arah orang yang tengah menangkis pedang tepat di hadapan hwagoon.
"Tidak baik menyerang seorang wanita, terlebih dari belakang." ujar Hwaseung sembari menyingkirkan pedang bandit yang hampir melukai Hwagoon.
"Siapa kau? Apa kau salah satu dari mereka? Jika bukan, lekas enyahlah dari sini!"ujar pimpinan bandit tersebut dengan sombongnya
"Aku? Apa kau bertanya padaku? Apa itu berarti kau juga bertanya pada Agassi dan Tuan-tuan yang ada di sana siapa mereka dan dari mana mereka?"
"Cih, pandai bicara juga rupanya."
"Kembalilah ke dalam kelompokmu dan jangan bergerak!" Hwajung datang menghampiri anggota Kelompok Pedagang yang sempat melarikan diri dan menyuruhnya kembali.
"Yeowol, kau juga."
"Baik, Agassi."
"Aigoo... Rupanya kau juga membawa wanita cantik, hehh... Sepertinya semakin menarik. Bagaimana jika ku bawa keduanya?"
"Lakukan saja, itupun jika kau tidak mati di tangannya." ujar Hwaseung santai sembari tersenyum melihat ke arah Hwajung yang kemudian menarik pedangnya sebagai tanda."Ayo mulai!"
Mereka kembali meneruskan pertarungan yang sempat tertunda, Ketua Park sempat melihat ke arah Hwaseung dan mengamati cara Hwaseung bertarung. Caranya bertarung tanpa menarik pedangnya, caranya mengayunkan pedang, caranya memukul lawan bahkan setiap langkahnya membuat Ketua Park menatapnya tidak percaya. Semua yang ada pada diri Hwaseung mengingatkannya pada seseorang.
"Tidak mungkin." batin Ketua Park.
Hwajung dan Hwagoon bertemu di satu titik dan saling memunggungi satu sama lain.
"Permainan pedang Agassi lumayan bagus." ujar Hwagoon tanpa menurunkan sedikitpun konsentrasinya.
"Hanya lumayan? Akan ku tunjukkan padamu bahwa ini bukan hanya permainan. Inilah cara mengayunkan pedang untuk membunuh seseorang."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Hwajung tiba-tiba menyerang dengan acak dan membuat Hwagoon sedikit terkejut melihat caranya bertarung. Jika di bandingkan dengannya, dia tidak ada apa-apanya.
Beberapa menit berlalu.
"Lari... Cepat, cepat!"
"Lari...."
Teriak para bandit itu bersahutan sembari melarikan diri, tapi beberapa orang yang tidak selamat terkapar di sana dan sudah tak bernyawa. Hwaseung menghampiri Hwajung, memastikan apakah dia terluka atau tidak.
"Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?"
"Aku baik-baik saja."
"Terima kasih atas bantuan Tuan Muda dan juga Agassi."
Perhatian keduanya teralihkan oleh suara Ketua Park yang tiba-tiba berdiri di hadapan mereka dan sedikit menundukkan kepalanya sekilas. Hwajung dan Hwaseung pun membalas salam Ketua Park dengan sopan, sedangkan Hwagoon berjalan mendekat dan berdiri di belakang ayahnya.
"Jika tidak ada kalian, mungkin kami akan mengalami hal buruk."
"Tuan tidak perlu berterima kasih, kami hanya kebetulan lewat." ujar Hwaseung merendahkan diri seperti biasa.
"Kalau boleh tahu, siapa nama Tuan Muda ini."
"Hwaseung, namaku Kim Hwaseung dan ini Shin Hwajung dan Agassi kecil yang di sana, namanya Yeowol."
"Ye?" Yeowol sedikit terkejut ketika mendengar Hwaseung memanggilnya 'Agassi', bahkan dia sendiri hanya anak gadis dari kalangan rendah.
Ketua Park tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya pada Hwaseung, seperti tengah mencari sesuatu dari wajah Hwaseung.
"Caranya berbicara, caranya memandang seseorang, caranya memperlakukan seseorang. Teknik pedangnya bahkan matanya, tidak salah lagi." batin Ketua Park yang kemudian menarik sudut bibirnya.
"Kalau begitu, kami para Kelompok Pedagang berhutang budi pada Tuan Muda Kim."
"Kelompok Pedagang katamu?" tanya Hwaseung dengan mata yang tiba-tiba melebar.
"Apa kau Ketua Kelompok Pedagang yang sudah terkenal itu? Woah.... Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Ketua Park dengan cara seperti ini."
"Kau terlalu berlebihan."
Keduanya tertawa ringan sedangkan Hwajung hanya tersenyum tipis, dia kemudian bertemu pandang dengan Hwagoon yang hanya diam saja di belakang ayahnya.
"Maaf, jika boleh tahu kenapa Agassi ini bisa bersama ketua?" tanya Hwajung dengan nada bicara yang berwibawa dan membuat Hwagoon terkesiap. Bukan hanya cantik dan pandai bermain pedang, tutur katanya pun sangat berwibaw. Benar-benar jauh jika di bandingkan dengannya.
"Oh, ini?" Ketua Park menarik Hwagoon agar berdiri di sampingnya, "dia putriku satu satunya, Park Hwagoon. Sejak kecil dia memang selalu ikut mengembara bersama kami."
"Benarkah? Itu benar-benar mengejutkan."
Hwagoon tersenyum tipis dan merendahkan pandangannya ketika melihat senyum Hwajung yang terlihat sangat mendamaikan, benar-benar wanita yang sempurna.
"Jika boleh tahu, kemana tujuan Tuan Muda Kim."
"Kami sedang dalam perjalanan menuju Hanyang."
"Hanyang? Eoh, kebetulan sekali kami juga sedang dalam perjalanan menuju Hanyang."
"Benarkah?" seru Hwaseung tak percaya,"woah... Benar-benar sebuah kebetulan. Kalau begitu bagaimana jika kita pergi bersama sama, hari sudah semakin sore. Aku dengar di dekat sini ada sebuah desa. Kita bisa beristirahat di sana dan mungkin berbincang-bincang sejenak jika Ketua berkenan."
"Tentu saja, sebuah keberuntungan bisa bertemu dengan Tuan Muda Kim di sini."
"Kalau begitu, mari." Hwaseung mempersilahkan Ketua Park untuk berjalan dahulu.
"Semuanya, kita berangkat sekarang!" seru Ketua Park yang di sahuti oleh semuanya.
Ketua Park dan Hwaseung berjalan berdampingan dan terlihat berbincang-bincang dengan seru, sedangkan Hwagoon hanya terdiam ketika berjalan di samping Hwajung yang kerap tersenyum ketika mendengar tawa dari Hwaseung dan Ketua Park.
"Hwagoon Agassi, bukankah itu namamu?"
Hwagoon laugsung melihat kearah Hwajung ketika Hwajung tiba-tiba menegurnya.
"Iya, benar."
"Nama yang cantik."
"Agassi juga sangat cantik."
Hwajung tersenyum sedikit lebar ketika Hwagoon mengatakan hal tersebut, dan Yeowol yang berjalan di belakang mereka hanya bisa menatap mereka dengan raut wajah bingung karna tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top