Lembar 006

    Hwaseung dan Hwajung berpamitan pada Bibi untuk pergi.

    "Terima kasih sudah mengizinkanku untuk menginap di sini." ujar Hwajung sembari menundukkan kepalanya.

    "Ahh... Agassi tidak perlu bersikap begitu... Justru aku yang berterima kasih padamu karna sudah mau membawa Yeowol."

    Hwajung hanya tersenyum menanggapinya. Setelah insiden pagi tadi, Hwaseung tidak ingin menunda-nunda kepulangan mereka ke Hanyang dan Hwajung sendiri sudah memutuskan bahwa akan membawa Yeowol dan membiarkan dia bekerja di kediaman ayahnya mengingat keadaan di desa itu sangat berbahaya bagi seorang gadis muda seperti Yeowol.

    "Baiklah, kalau begitu kami pergi sekarang." ujar Hwaseung berpamitan.

"Imo..." Yeowol memeluk Bibi sebelum pergi, seakan berat untuk meninggalkan Bibinya sendiri.

    "Sudah, sudah. Sana, pergi sana! Bukankah kau sangat ingin pergi ke Hanyang? Nanti akan ku bilang pada kakakku bahwa anaknya sudah bahagia sekarang, jadi dia tidak perlu khawatir lagi." ujar Bibi sembari menepuk punggung Yeowol, Bibi kemudian melepas pelukannya.

    "Imo jaga diri baik-baik dan jangan sampai sakit, ya..."

    "Aku tahu,baku tahu. Pergi sana, sudah jangan menangis!"

    "Agassi, tolong jaga anak ini baik-baik. Dia sebenarnya anak yang baik."

    "Kau tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja jika tinggal di rumah Bangsawan Shin." ujar Hwaseung seakan ingin menenangkan Bibi.

    "Kami pergi dulu, jaga dirimu baik baik."

    Hwaseung dan hewajung menundukkan kepala sekilas sebelum pergi, Yeowol sesekali menoleh kebelakang dan melambaikan tangannya pada Bibi dan mengikuti di belakang Hwaseung dan Hwajung menyusuri jalan setapak yang membimbing mereka menyusuri kaki Gunung Jiri.

🌾어린 왕자🌿

    Changkyun berjalan ke arah tembok di iringi dengan senyum kemenangan dari Taehyung, dia sendiri tidak yakin dengan apa yang di pikirkan Taehyung saat ini. Apa ini caranya untuk bersenang-senang? Tapi jika di pikirkan lagi, memang hanya dialah yang selalu membuat Taehyung tertawa setiap hari meski dia sendiri sangat jarang atau bahkan tidak pernah tertawa.

    Changkyun tanpa ragu melompati tembok setinggi dua meter tersebut dan dengan sempurna berdiri di atas tembok, para Kasim dan Dayang bertepuk tangan entah untuk apa bahkan Changkyun tidak merasa sedang melakukan pertunjukkan.

    "Changkyun-a... Bisakah kau melompat keluar?"

    Changkyun berbalik tanpa merubah ekspresi wajahnya dan langsung melompat ke luar tembok. Melihat hal itu, senyum Taehyung semakin melebar.

    "Changkyun-a... Kau bisa mendengarku?"

    "Ye." jawab Changkyun datar, berbeda dengan suara Taehyung yang lantang.

    "Changkyun-a... Jawab aku!"

    Changkyun merutuki dirinya yang bodoh, bagaimana mungkin Taehyung bisa mendengar suaranya yang hanya seperti gumaman tadi. Tapi sekalipun dia tidak pernah berbicara keras pada Taehyung, haruskah dia melakukannya sekarang?

    "Putra Mahkota, sepertinya terjadi sesuatu pada Tuan Muda." ucapan Kasim Seo membuat Taehyung menatap ke arahnya seakan tidak percaya.

    "Changkyun-a... Kau masih di sana?"

    "Ye..."

    Terdengar suara dari balik tembok dan membuat Taehyung bernafas lega.

    "Kau baik-baik saja?"

    "Ye........" Changkyun berdehem setelah menyahuti Taehyung. Sungguh, dia merasa tidak nyaman harus berteriak pada Taehyung karna jika di dalam Istana, bukankah itu berarti sebuah pemberontakan. Tapi jika dia tidak menjawab, apa Taehyung akan berhenti berteriak? Sepertinya tidak.

    "Kalau begitu, bisakah kau kembali ke sini?"

    Changkyun mengambil ancang-ancang dan kemudian melompat ke atas, terbang seperti burung sehingga semua orang yang melihatnya membuka mulut mereka lebar-lebar, terlebih lagi dia tidak berhenti di atas tembok melainkan menjadikannya sebagai pijakan sementara dan langsung mendarat tepat di hadapan Taehyung.

    Changkyun tidak mengerti kenapa semua orang terlihat terkagum-kagum padanya, apa itu pertama kalinya mereka melihat atraksi seperti itu? Padahal itu hal yang wajar di Joseon jika seseorang mempelajari ilmu bela diri.

    Taehyung tersenyum lebar ke arah Changkyun, dia masih tidak mengerti kenapa Jungkook dan Changkyun bisa melakukannya dan terlihat seperti terbang, apa itu benar benar mudah?

    "Aku ingin mencobanya."

    "Eh....." semua orang terkejut dengan ucapan Taehyung yang tiba-tiba.

🌾어린 왕자 🌿

    Rombongan Kelompok Pedagang yang di ketuai oleh Ketua Park tengah dalam perjalanan menuju Hanyang. Kebanyakan dari mereka membawa keranjang ataupun sesuatu seperti gulungan besar yang di bungkus kain dan di taruh di punggung masing-masing, dan dari keseluruhan anggota semuanya adalah laki laki kecuali Hwagoon. Putri satu-satunya ketua Park yang juga ikut menjelajahi Negeri bersama Kelompok Pedagang lainnya, sehingga penampilannya pun sedikit berbeda dengan para gadis seusianya karna setiap hari dia selalu membawa pedang dan rambut yang di ikat layaknya seorang prajurit wanita.

    Mereka tidak menggunakan kuda ataupun tandu untuk Hwagoon, tidak ada layanan istimewa karna mereka sama-sama mengembara. Dan kali ini, mereka kembali ke Hanyang untuk menemui keluarga mereka yang sudah lama di tinggalkan.

    Hwagoon yang berjalan di belakang ayahnya sejenak melihat ke arah belakang, sepertinya para rombongan sudah mulai kelelahan. Lagi pula medan yang mereka lewati terbilang cukup susah, Hwagoon kemudian mempercepat langkahnya menyusul ketua Park.

    "Abeoji...."

    Ketua Park berhenti dan melihat kearah anak perempuannya tersebut.

    "Ada apa?"

    "Sepertinya kita harus beristirahat di sini." ujar Hwagoon sembari melihat ke arah rombongan yang tampak kelelahan.

    "Di sini?"

    Hwagoon mengangguk, Ketua Park kemudian mengarahkan pandangannya ke sekitar dan melihat pohon-pohon yang berjajar rapi seakan berbaris menuju gunung. Tidak salah lagi bahwa mereka sudah berada di kaki Gunung Jiri.

    "Baiklah kalau begitu. Semuanya, kita beristirahat sebentar di sini."

    Semua menjawab serempak dan mulai menurunkan barang bawaan mereka masing-masing.
Hwagoon duduk di bawah pohon bersebelahan dengan ayahnya.

    "Apa Hanyang masih jauh dari sini?" tanya Hwagoon.

    "Mungkin masih harus melalui beberapa desa dan hutan baru bisa sampai di Hanyang, daerah ini sangat berbahaya saat malam. Lebih baik kita segera pergi dari sini setelah istirahat sebentar."

🌾어린 왕자 🌿

    Changkyun berdiri dengan tatapan yang tertuju ke arah tembok, bukan karna dia tertarik pada tembok di Paviliun Belajar Putra Mahkota, melainkan karna Putra Mahkota sendiri yang tengah berada di sana dan mencoba untuk memanjat tembok. Dia sudah gila!

    Berbeda dengan raut wajah Changkyun yang tenang, para Dayang dan Kasim yang berdiri di belakang Changkyun, terlihat sangat pucat dan mereka menunjukkan wajah penuh kekhawatiran ketika Taehyung terlihat bersusah payah untuk memanjat tembok setinggi dua meter tersebut.

    Changkyun menolehkan kepalanya ketika merasa seseorang menarik lengan bajunya, dia mendapati Kasim Seo lah yang menarik bajunya dengan tatapan memohon.

    "Tuan...." gumamnya dengan suara memohon. Changkyun kemudian mengarahkan kembali pandangannya pada Taehyung, dia berjalan menghampiri Taehyung dan berdiri tepat di sampingnya.

    "Putra Mahkota, apa perlu hamba bawakan tangga?"

    "Jangan membuatku tertawa, jika aku memakai tangga apa bedanya dengan tidak melakukannya?" jawab Taehyung sembari tersenyum ringan.

    Changkyun tiba-tiba menjatuhkan lututnya tepat di hadapan Taehyung dan membungkuk, membuat Taehyung terkejut.

    "A-apa yang sedang kau lakukan?"

    "Jika Yang Mulia Putra Mahkota tidak mau menggunakan tangga, gunakanlah punggung hamba."

    Taehyung menaikkan sebelah alisnya dan menatap heran ke arah Changkyun.

    "Apa boleh seperti itu?"

    "Boleh, Putra Mahkota."

    "Apa kau tidak apa-apa?"

    "Hamba baik-baik saja."

    "Benar?"

    "Putra Mahkota bisa mempercayai hamba."

    Perlahan Taehyung menaikkan satu kakinya ke atas punggung Changkyun dengan ragu-ragu, apa Changkyun tidak apa-apa? Setelah berhasil menaikkan satu kakinya, Taehyung menaikkan satu kaki lainnya dan tampak Changkyun seperti tengah menahan nafasnya.

    "Kau tidak apa-apa?"

    "Tidak" jawab Changkyun singkat, "baik." lanjutnya dalam hati.

    Taehyung kemudian mencoba kembali memanjat tembok dan setelah beberapa waktu karna bantuan dari Changkyun, dia akhirnya bisa naik ke atas. Para Dayang dan Kasim bertepuk tangan melihat senyum sumringah Taehyung, tapi mereka tidak peduli dengan Changkyun yang mengangkat kepalanya sembari memegangi pinggangnya.

    Taehyung berbalik dan melihat para Dayang serta Kasim, tapi karna kurang hati-hati dia kehilangan keseimbangannya dan langsung terjatuh di luar tembok Paviliun Belajarnya, membuat semua orang terkena serangan jantung dadakan.

    "Putra Mahkota..." pekik Kasim Seo.

    Changkyun yang belum tahu apa yang terjadi mendongak dan membulatkan matanya ketika tidak melihat Taehyung, tanpa pikir panjang dia langsung melompati tembok tersebut. Begitupun para Kasim dan dayang yang langsung berlari ke arah pintu keluar dengan panik.




"Putra Mahkota tidak bisa mengikuti pelajaran hari ini karna kesehatannya sedikit menurun."

"Sebenarnya punggungku sakit, Changkyun-a."



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top