Chapter 3 : Ulang Tahun Kaisar

Paviliun pelatihan calon dayang istana, adalah tempat calon dayang belajar tata krama, sastra, tentang kekaisaran, tidak lupa juga ilmu dalam hal memasak. Di sini calon dayang akan belajar selama kurang lebih 5 tahun masa belajar. Tetapi perlu diingat, ujian menjadi dayang sesungguhnya memiliki kesulitan yang cukup tinggi, bahkan terkadang hanya meluluskan kurang dari 10 orang.

Hari ini semua calon dayang sedang belajar di ruang kelas. Terlihat seorang wanita berambut panjang dan bermata ruby sedang mengajar mereka mengenai sejarah Kekaisaran Konoha. Dialah guru sekaligus kepala paviliun calon dayang, Yuuhi Kurenai.

"Summimasen...," Datanglah seorang dayang lain menghampiri Kurenai.

"Ada apa? Kamu lihat kami masih dalam jam pelajaran."

"Maaf Kurenai-sama tetapi...," Dayang itu berbisik ditelinga Kurenai, agar murid-murid tidak mendengar pembicaraan mereka.

Mata Kurenai melebar mendengar informasi yang didapatnya. "Tolong katakan padanya untuk menungguku, sebentar lagi aku akan menemuinya."

"Haik, saya permisi."

Kurenai menatap pintu keluarnya dayang tadi dengan tanda tanya, 'Kenapa dia datang dan meminta hal aneh itu...?'

Semua murid menatap heran pada Kurenai dan mulai bercakap-cakap mengenai informasi yang diberikan sang dayang tadi.

Plakplakplak...

Tangan Kurenai bertepuk tiga kali, agar para murid kembali konsentrasi kepada materi yang diberikan. "Kalian semua tolong jangan berisik dan kerjakan tugas kalian. Paham?"

"Haik."

***

"Maaf mengganggu di waktu pelajaran anda Kurenai-sensei," tunduk seorang dayang kepada Kurenai.

Kurenai tersenyum menanggapi ucapan dayang itu. "Kau tidak perlu minta maaf dan menunduk seperti itu. Lagipula jabatan mu lebih tinggi dariku, karena kau sekarang adalah kepala dayang di istana Naruto-ouji."

Gadis itu menatap senang pada gurunya yang dulu mengajarinya menjadi seorang dayang yang hebat, "Sensei..."

Kurenai memberikan dokumen yang sudah dia siapkan, "Ini dokumen yang kau minta, isinya adalah tentang calon dayang bernama Hinata."

"Arigatao Sensei," Ayame langsung menerima.

"Tetapi, kenapa kau meminta informasi tentang Hinata, Ayame?"

Ayame tersenyum menanggapi Kurenai yang memperlihatkan wajah penuh tanya. "Ouji-sama yang memintanya."

"Huh? Maksudmu Naruto-oujisama?!"

"Iya. Ouji-sama memintaku untuk mendapatkan informasi tentang calon dayang Hyuuga Hinata," Ayame mulai membuka gulungan dokumen yang berisi informasi tentang Hinata. "Jadi dia adalah anak asuh dari Hiruzen-san..."

Kurenai tersenyum menanggapi, "Yah dia adalah salah satu anak didik Hiruzen-san dan dia juga adalah anak kandung dari Hyuuga Hiashi."

"Hyuuga Hiashi..., Aku pernah mendengar bahwa dia adalah salah satu jendral yang sangat dipercaya Tenno-sama. Sayangnya dia meninggal 5 tahun yang lalu saat perang dengan Rai no Kuni....."

Ayame melanjutkan dengan membaca gulungan selanjutnya yang berisi nilai akademis dari Hinata. "Ini?!"

Kurenai tersenyum simpul menanggapi sikap Ayame yang terkejut dengan hasil akademis Hinata. "Bagaimana menurutmu?"

Ayame menatap tajam gulungan yang sedang ia baca, "Kurenai-sensei apakah ini benar hasil dari gadis itu?"

"Kau tahu siapa aku kan Ayame? Aku tidak akan pernah membuat hasil palsu dari akademis muridku."

"Tak kusangka...., Nilainya hampir sempurna semua."

"Yah, dia mempunyai bakat yang sama dengan mu Ayame. Mungkin suatu saat dia bisa saja menjadi kepala dayang istana kaisar, menggantikan Chiyo-sama," Kurenai menjelaskan ini dengan senyuman yang tak hilang dari wajahnya. Tentu saja tidak ada guru yang tidak gembira melihat anak didiknya memiliki kemampuan jenius.

"Padahal dia masih baru masuk di sini. Tetapi melihat dari hasilnya, dia bisa mengikuti ujian menjadi seorang dayang dengan cepat."

"Fakta dia sebagai anak Hyuuga Hiashi dan juga anak dari dayang istana Hyuuga Hikari, tidak bisa dibantahkan. Kau kenal dengan ibu Hinata kan?"

Ayame menerawang jauh, "Yah, karena beliau aku bisa berada di posisi sekarang. Dialah mentorku saat aku masih baru masuk sebagai dayang istana. Beliau sangat beruntung karena hubungannya dengan Hyuuga-san direstui oleh Tenno-sama. Walau itu berarti beliau harus meninggalkan statusnya sebagai dayang istana kaisar."

"Tenno-sama memang memiliki hati yang sangat baik pada semua rakyat, termasuk pekerjanya pun tidak luput dari kebaikan hatinya. Jika saat ini yang berkuasa adalah ayah Tenno-sama. Kupikir Hikari tidak akan bisa menikah dengan Hiashi."

Tetapi, tiba-tiba wajah Kurenai menjadi muram. Ayame yang menyadari hal itu langsung bertanya, "Sensei kenapa? Apa ada hal lain yang ingin kau bicarakan?"

Kurenai menghela nafas lelah, "Tetapi karena dia adalah anak berbakat, banyak anak-anak yang tidak menyukainya."

Ayame menatap simpati pada Kurenai, "Aku mengerti apa yang kau sampaikan Kurenai-sensei. Setiap ada anak yang lebih hebat. Terkadang teman sekelilingnya akan membencinya."

"Yah, kemarin aku terpaksa menghukumnya untuk tidak ikut belajar selama sehari dan harus membersihkan ruangan kelas dan halaman paviliun. Karena salah satu anak mengatakan Hinata mencuri tusuk rambutnya dan tusuk rambut itu memang ditemukan di kamarnya..."

Ayame menatap dalam mata Kurenai, "Tapi, apa kau yakin bahwa dia yang berbuat itu?"

Kurenai menggeleng pelan, "Tentu saja tidak. Karena aku merasakan jika ada beberapa anak yang memang membuat kasus ini supaya mengarah kepada Hinata. Aku juga tidak bisa menuduh sembarang orang jika tidak ada buktinya. Aku terpaksa menghukumnya agar mereka tidak berbuat demikian lagi. Aku akan memastikan ini, sampai kutemukan bukti yang konkrit bahwa bukan Hinata pelakunya"

"Aku tahu niatmu baik Kurenai-sensei."

'Pantas Ouji-sama terlihat mengkhawatirkan gadis itu...'

Ayame bangun dari duduknya dan memberi hormat kepada Kurenai, "Terima kasih Sensei. Aku akan kembali ke kediaman Ouji-sama untuk melaporkan hasil akademis Hinata."

"Sama-sama. Sepertinya aku merasa Ouji-sama akan melakukan hal yang sangat besar setelah ini."

"Sepertinya..."

***

"Terima kasih Ayame-nee." Naruto tersenyum gembira membaca gulungan yang diberikan Ayame.

"Sama-sama ouji-sama," hormat Ayame pada Naruto.

Ayame menatap pada Naruto yang serius membaca gulungan itu. "Apa yang Naruto-oujisama rencanakan untuk gadis itu?"

Naruto menerawang keluar jendela kamarnya. "Menurut Ayame-nee?"

"Sepertinya jika Ouji-sama meminta data gadis itu. Apa Ouji-sama berniat merekrut dia untuk menjadi dayang istana Ouji-sama?"

Naruto tersenyum lebar menanggapi pernyataan Ayame, "Hahaha..., Ayame-nee memang sangat pintar."

"Saya sudah merawat Ouji-sama saat anda masih balita. Tentu saja saya tahu bagaimana sikap dan tindakan Ouji-sama."

"Yah, aku berencana demikian. Tetapi akan sulit memasukan calon dayang baru seperti Hinata untuk masuk menjadi dayang istanaku," Naruto menjeda sejenak perkataannya.

"Tetapi Ayame-nee ingatkan? Minggu depan adalah ulang tahun Otou-sama. Jika aku berhasil membuat Otou-sama terkagum dengan pertunjukanku. Dia akan memberikan 3 permintaan. Apapun itu akan dia kabulkan," Naruto menatap penuh semangat.

Ayame mengangguk paham maksud dari Naruto. "Tetapi, saya yakin Kogo-sama akan bersikap keras pada situasi ini. Apalagi Hinata masih baru, saya khawatir hal ini akan memicu tindakan keras dari Kogo-sama."

"Tenang Ayame-nee. Semua sudah kuatur dengan baik. Hari ini aku akan memulai latihan pedangku. Kakashi-jiisan sudah berjanji agar pertunjukan pedangku dapat memukau Otou-sama," Naruto berdiri sambil menepuk dadanya sendiri dengan bangga.

"Aku memang kalah dalam hal musik dan ilmu pengetahuan dari Menma. Tetapi, ada satu hal yang Menma sendiri tidak bisa mengalahkanku. Ayame-nee tahukan?"

Ayame tersenyum pada Naruto, "Tentu saja. Ilmu pedang dan teknik bertarung Naruto-oujisama memang yang terbaik."

'Tetapi, Ouji-sama ada satu hal yang lebih dari ilmu pedang, ilmu pengetahuan, musik, dan lainnya. Yaitu.....

.

.

.

Kebaikan dan ketulusan."

***

Seminggu kemudian...

"Otanjoubi omedetou Tenno-sama," semua orang dari seluruh undangan dan para penghuni istana membungkuk hormat di hadapan Minato. Hari ini adalah tepat ulang tahun Minato, memang tidak dirayakan secara besar-besaran. Minato hanya mengundang beberapa tamu serta kerabat dan keluarga.

"Arigatao gozaimashu," senyum Minato kepada para hadirin yang datang.

"Tenno-sama, otanjoubi omedetou gozaimashu," dua orang kakak-adik kembar Naruto dan Menma membungkuk kepada ayahnya.

"Arigatao, Naruto-ouji, Menma-ouji."

"Sebagai hadiah ulang tahun kami akan memberikan hadiah spesial untuk Tenno-sama," ucap Menma.

"Tenno-sama tidak lupakan dengan janji anda pada kami?" Tanya Naruto.

Minato tersenyum menanggapi ucapan kedua anaknya, memang awalnya dari dialah yang membuat kompetisi di antara mereka berdua. Satu sisi hanya untuk bersenang-senang, sisi lain dia memiliki niat agar anak-anaknya bisa mengasah kemampuannya. "Tentu saja aku ingat. Ingat ini bukanlah menang atau kalah yang menjadi prioritas, tetapi yang ingin ku lihat adalah bakat kalian."

"Baik Tenno-sama. Kami akan memberikan pertunjukan terbaik untuk Tenno-sama."

***

Alunan seruling yang merdu memenuhi halaman utama istana Hi no Kuni. Seorang anak laki-laki yang dijuluki sebagai jenius dalam segala bidang. Tidak ada yang bisa membantah kemampuan dari sang bungsu Namikaze. Musik yang dibawakannya sangat merdu dan membuat hati para hadirin beserta keluarga Istana terpesona.

"Menma memang hebat...," Gumam Naruto. Dia akui bahwa kemampuan adiknya berada di atas dirinya hampir disegala bidang. 'Tapi kali ini, aku yang akan membuat Tou-sama memilihku.'

'Dan itu pasti.'

Alunan seruling yang indah pun berhenti. Menma yang menutup kedua kelopak matanya, perlahan membuka menatap Ayah dan Ibunya yang berada di depan. Dengan senyuman hangat Menma berkata, "Otanjoubi Omedetou Tenno-sama. Saya berharap melalui permainan seruling ini dapat menghibur Tenno-sama dan Kogo-sama."

Minato mengangguk kepala, tersenyum kepada Menma serta tidak lupa dia bertepuk tangan, "Kau sangat pandai Menma-ouji. Permainan musikmu sangat menghibur. Saya bangga padamu."

"Menma-ouji memang sangat pandai sehingga bisa membuat lantunan nada yang merdu. Kau memang anak yang pintar," puji Kushina.

"Arigatao Gozaimashu Tenno-sama, Kogo-sama."

"Menma-ouji memang sangat pandai," bisik seorang dayang.

Salah satu dayang yang mendengar juga menyetujuinya. "Kau tahu? Ada gosip dalam istana bahwa mungkin yang akan menjadi kaisar selanjutnya adalah Menma-Ouji. Karena Ouji adalah orang yang pandai dalam segala hal. Seorang jenius yang mungkin hanya akan ada sekali dalam sepuluh tahun."


'Mereka hanya bisa bergosip, melihat sesuatu yang terlihat di luar. Aku percaya Naruto-ouji yang akan menjadi Kaisar berikutnya...' Ayame yang hanya mendengar pembicaraan dayang lain, hanya bisa menanggapi mereka di dalam hati.

"Baiklah Menma-ouji, kau boleh mundur. Selanjutnya Naruto-ouji," dengan senang Minato memanggil sang anak sulung yang dia kasihi. Bukan berarti dia tidak menyayangi Menma, hanya saja ada hal yang spesial dan berbeda dari anak sulungnya. 'Sepertinya kali ini Naruto mempersiapkannya dengan serius.'

"Haik..."

Naruto sudah bersiap dengan pakaian khusus bertarungnya, tidak lupa dengan pedang kesayangannya yang merupakan hadiah langsung dari ayahnya. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, dia memasuki halaman istana. "Hormat saya kepada Tenno-sama dan Kogo-sama."

"Berdirilah Ouji," perintah Minato.

"Terima kasih Tenno-sama," Naruto mulai berdiri dan menatap sang ayah dan juga ibunya. "Saya akan memberikan pertunjukan terbaik pada anda Tenno-sama."

Minato tersenyum bangga kepada putranya, "Baik tunjukan padaku."

Naruto memulai aksinya, dia sudah bersiap dengan pedang yang ada di tangannya. Beberapa orang pengawal mulai masuk ke dalam halaman istana, mereka semua mengelilingi Naruto serta mengarahkan pedang ke hadapannya. Suara musik pun mulai mengalun untuk mendukung suasana tegang yang terjadi.

'Oh, Tarian Pedang Hi no Kuni yah. Sudah lama aku tidak melihat ini. Di antara para prajurit terbaik yang bisa melakukan tarian ini, hanya ada beberapa orang saja. Terlebih lagi di antara orang-orang itu, Kakashi yang terhebat,' pikir Minato.

Kakashi yang selama ini berada di samping Minato, menatap lurus kearah Naruto. 'Ouji-sama. Anda sudah berjuang keras dan berlatih selama satu tahun. Anda yang dianggap tidak bisa apa-apa, tetapi mempunyai semangat juang yang tinggi. Ouji-sama selama mempunyai semangat itu, anda akan lebih hebat dari Menma-ouji.'

'Aku harus bisa menghadapi ini, Tarian Pedang Hi no Kuni yang legendaris ini akan kuperlihatkan pada Otou-sama dan Okaa-sama,' Naruto mulai bersiap untuk memainkan peran utamanya dalam tarian ini.

'Karena kali ini aku tidak boleh kalah darimu Menma...'

Dentuman tempo musik mulai dipercepat, para pengawal yang tadinya berputar mengelilingi Naruto mulai menyerang satu-persatu. Naruto dengan sigap menghindar dengan indah mengikuti setiap dentuman musik. Setiap gerakan yang dia praktekan terlihat bagaikan sang ahli pedang terhebat di Hi no Kuni.

Tarian Pedang Hi no Kuni adalah tarian sakral yang dimainkan oleh parah prajurit hebat kekaisaran. Karena teknik yang harus diperlihatkan bukanlah hanya dari segi seni belah diri, tetapi juga dari segi keindahan dalam setiap gerakannya yang harus berimbang dengan musik yang di mainkan. Konon tarian ini digunakan untuk perayaan kemenangan kekaisaran Hi no Kuni pada masanya. Kesulitan dalam menarinya pun cukup tinggi. Maka dari itu ada kabar mengatakan, seorang kesatria yang dapat menari Tarian Pedang Hi no Kuni akan menjadi seorang Ksatria yang paling hebat di Kekaisaran.

***

Dari kejauhan Menma menatap kakaknya yang sedang melakukan tarian pedang itu, ini pertama kalinya Menma bisa merasakan keseriusan kakaknya untuk menang dalam acara ini. "Onii-san sangat serius kali ini..."

Anko yang berada di samping tuannya bertanya kepada Menma, "Maksud Ouji-sama?"

"Anko-nee, Onii-san dari dulu bukanlah orang yang serius. Dia orang yang menyukai kebebasan, dia juga orang yang tidak suka belajar dan mendalami hal-hal yang menurutnya membosankan. Dan biasanya saat acara seperti ini, dia tidak akan serius untuk memberikan pertunjukan terbaik kepada orang tua kami..."

Menma terus menatap kakaknya, "Kali ini dia agak berbeda..."

'Karena tarian pedang ini bukanlah hal yang mudah, salah dalam satu gerakan saja Onii-san bisa terluka atau mati. Pemakaian pedang asli dan tenaga yang dikeluarkan dalam tarian ini bukanlah sembarangan.'

***

"Hosh...hosh...hosh..." Naruto menyelesaikan tariannya dengan sampai pada akhirnya.

Prok...prok...prok...

Tepuk tangan yang keras datang dari Sang Ayah tercinta Namikaze Minato, wajah yang sangat bangga dan tepuk tangan yang sangat keras. Minato menatap Naruto dengan penuh kegembiraan dan kebanggaan. "Bagus. Ini sangat indah dan sempurna Naruto-ouji."

Prok...prok...prok...

Semua hadirin dalam acara ulang tahun Minato, memberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Bahkan Kushina berdiri dan memberikan tepuk tangan, "Naruto-ouji pertunjukan yang sangat menarik."

Naruto menatap orang tuanya dan tersenyum. Tidak lupa dia mengarahkan pandangannya kepada Kakasih yang merupakan mentornya, 'Sensei aku berhasil.'

'Kerja bagus Ouji...' Kakashi sangat senang dengan hasil yang ditampilkan.

***

"Naruto-ouji dan Menma-ouji." Panggil Minato. Setelah acara pertunjukan selesai, Minato memanggil khusus anak-anaknya untuk makan bersama. "Kalian berdua memang hebat, aku merasa sangat beruntung mempunyai anak-anak berbakat seperti kalian. Benarkan Kogo-sama?"

"Benar Tenno-sama."

"Seperti janjiku, aku akan memberikan kalian 3 permintaan apa saja yang kalian inginkan. Tetapi kalian ingat, ini hanya kuberikan kepada satu orang saja."

"Kami mengerti Tenno-sama," jawab kakak-adik itu serempak.

Minato mulai berpikir sejenak untuk menentukan siapa pemenang dalam acara ini. 'Sepertinya sudah aku putuskan.'

"Menma-ouji."

"Baik Tenno-sama," jawab Menma.

Minato menatap Menma dengan lembut, "Menma-ouji memang orang yang berbakat sejak lahir dan tidak diragukan lagi permainan musik mu yang terbaik hari ini."

"Terima kasih atas pujiannya Tenno-sama."

Perlahan pandangan Minato berubah arah ke arah sebelah Menma. "Tetapi sepertinya kali ini kau harus belajar bersabar karena..."

Naruto menatap ayahnya, mata mereka berdua saling menatap. "Hari ini pemenangnya adalah Naruto-ouji."

Naruto menatap tak percaya kepada ayahnya yang tersenyum kepadanya. Dia merasa ini seperti mimpi bahwa ia benar-benar menang dari Menma.

"Bagaimana menurutmu Menma dan Kogo-sama?"

"Saya setuju dengan pendapat anda Tenno-sama. Kali ini Naruto-ouji memberikan pertunjukan terbaiknya," jawab Kushina. Jawaban yang memang berasal dari ketulusan hatinya yang melihat tekad anak sulungnya.

"Menma?"

'Aku sama sekali tidak tahu menjawab apa tetapi... Kenapa hatiku merasa tidak ingin.'

.

.

.

'Tidak apa-apa Menma ini hanya sekali, tahun depan pasti aku akan menang dari Onii-san'

"Saya setuju Tenno-sama. Onii-san sangat hebat, saya merasa tidak ada apa-apanya."

"Kau sudah dengar Naruto-ouji, pemenang kali ini adalah kau." Minato datang perlahan ke anaknya dan memeluknya sayang. "Selamat yah putraku."

Deg

Deg

Dua jantung yang berbeda saling berdetak kaget, satunya merasa senang dan ingin menangis haru karena berhasil membuat orang tuanya bangga. Yang lainnya merasa perasaan aneh, seperti sesuatu yang hilang dari dirinya.

"Otou-sama, Arigatao..."

'Otou-sama, kenapa...'

Bersambung....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top