Chapter 61
Chapter 61
Kepedulian Minjae
Pupil mata Minjae membulat sempurna. Mulutnya sedikit menganga lebar.
" Yu-- Yui...??" ucapnya lirih.
" Jangan bercanda..!!"
Yui hanya tersenyum tipis menanggapi komentar Minjae.
" Tidak, aku serius..."
" Itulah yang terjadi. Shue sudah tahu tentang hal ini." Jelas Yui.
" Shue juga tahu...??" seru Minjae kaget.
" Ya.."
" Minjae... Bagaimana keadaan Shue. Apa dia baik-baik saja...??"
" Aku sangat mengkhawatirkannya."
Minjae jadi merasa iba melihat Yui yanh masih tetap saja mengkhawatirkan keadaan Shue.
" Dia baik-baik saja." seru Minjae.
" Benarkah...??"
" Syukurlah kalau begitu..." ungkap Yui dengan wajah puas.
Minjae pun langsung meraih jari-jemari tangan Yui. Di genggamnya tangan Yui dengan kedua tangannya.
" Yui..."
" Kau harus ikut aku...!!"
" Aku akan membawamu lari dari sini." seru Minjae dengan penuh harap.
" Melarikan diri...??"
" Tidak Minjae. Aku harus di sini..."
" Aku harus menyelesaikan semua yang terjadi di Akai."
" Itu permintaan Yui..." jelas Yui.
Gadis itu tahu. Mungkin nasibnya akan dalam bahaya. Tapi Yui tak ingin lari dari permasalahan yang ada. Ia ingin tetap berada di Akai. Apapun yang terjadi.
" Minjae..."
" Terima kasih. Terima kasih karena kau masih peduli denganku."
" Tapi... Jangan paksa aku untuk pergi dari sini."
" Aku tidak mau pergi, Minjae..." mohon Yui dengan penuh harap. Ia yakin masih ada harapan untuk menyelesaikan semua masalah yang sedang terjadi.
" Ta- Tapi Yui..."
" Tiga hari lagi..." ucap Minjae dengan nada bergetar.
Yui menangkap rasa kekhawatiran dalam diri Minjae. Sesuatu yang sangat buruk misalnya.
" Minjae..."
" Apa sesuatu akan terjadi dalam tiga hari ke depan...??" tanya Yui dengan penuh selidik.
Minjae bimbang. Ia tak tega mengatakan pada Yui bahwa Shue akan di ekesekusi mati di depan semua orang. Apalagi sekarang Yui tengah mengandung buah cinta mereka berdua.
" Yui..."
" Jika kau adalah reinkarnasi Yui yang sebenarnya."
" Aku harap kau bisa segera kembali ke duniamu."
" Jika kau berada di sini. Kau dan calon buah hatimu akan dalam bahaya."
" Dan meninggalkan Shue seorang diri di sini...??" sela Yui dengan datar.
" Tidak...!! Sudah ku bilang. Aku tidak akan pergi dari sini."
Yui mulai tampak kesal. Karena Minjae terus-terusan menyuruhnya melarikan diri. Minjae juga merana jika melihat Yui yang di tahan seperti ini.
Minjae pun akhirnya menarik napas panjang lalu di hembuskannya perlahan.
" Baiklah..."
" Kalau kau tidak mau kabur."
" Aku sudah berbaik hati untuk menolongmu."
" Tapi... Jangan salahkan aku jika kau akan menerima kenyataan pahit nantinya."
Yui mengganguk yakin akan pilihannya. Ia tak kan mundur. Apapun yang terjadi. Setelah itu. Minjae pun berpamitan pada Yui dan ia pun kembali mengendap- endap ke kamarnya kembali.
.
.
.
.
.
3 hari kemudian.
Mungkin waktu berjalan sangat cepat lebih dari yang di dug oleh Yui. Sejak pagi, ia sudah di bawah pergi oleh beberapa pengawal yang telah menutupi matanya. Yui tak mengerti mengapa mereka sampai repot-repot harus menutupi matanya.
Yui pun di bawa pergi ke dalam sebuah kereta khusus. Bahkan di dalam kereta. Tangan Yui pun juga di ikat ke arah belakang. Gadis itu jadi tak bisa berbuat apapun.
Walau kedua matanya di tutup. Yui masih bisa mendengar dengan jelas teriakkan-teriakkan kebencian yang terlontar dari mulut rakyat kerajaan Akai.
💮💮💮
Sementara itu, di sebuah lapangan terbuka. Shue sudah di giring ke depan sebuah tempat untuk menggantung siapapun yang bersalah. Sebuah tali tambang telah di pasang di leher Shue.
Pria itu menatap nanar. Wajah-wajah kebencian yang di tunjukkan padanya. Di depan sana. Ia juga kembali beradu pandang pada ayahnya. Ayah Shue juga tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa meratapi putra semata wayangnya.
Raja Hong memberi isyarat dengan tangannya. Pertanda semua hadirin yang berada di tempat eksekusi untuk diam. Seorang algojo telah siap di tempatnya untuk menarik tuas yang akan menjerat leher Shue.
Joon dan Jaeha hanya menatap datar. Melihat salah seorang temannya akan mati. Entah mereka turut berduka atau tidak. Tak ada yang tahu isi hati mereka berdua.
Sedangkan Minjae ia tidak menampakkan dirinya di dekat kedua rekannya. Ia memilih berdiri jauh dari mereka. Posisinya tepat di samping tempat Shue siap di gantung.
" Rakyatku yang tercinta."
" Inilah dia kriminal yang telah berani menipu kita dan seluruh kerajaan."
" Inilah orang yang telah membunuh putri semata wayangku...!!!"
" Dan merencanakan kebusukan untuk menguasai kerajaan."
" Dan hari ini... Kita akan menyaksikan bagaimana hukum akan di tegakkan...!!"
Sorak-sorak mereka yang mendukung keputusan Raja Hong bergema di mana-mana. Cacian dan makian kembali di perdengarkan.
Minjae yang berdiri di sudut alat pacung. Tampak tidak tenang. Di satu sisi ia ingin pergi menemui Yui dan membawanya ke hadapan Raja Hong. Di satu sisi ia tak bisa tinggal diam membiarkan Shue di eksekusi mati.
Raja Hong pun mulai memberikan aba-aba. Minjae hampir berlari untuk mencegah algojo untuk tidak menarik tuas. Namun tepat pada saat itu. Angin berhembus dengan kencang. Langit pun tiba-tiba menjadi gelap.
.
.
.
.
" Yui...??!!!"
Yui terperangah begitu mendengar seseorang memanggilnya sedetik kemudian. Ia merasakan kedua tangannya yang di ikat telah di lepaskan. Dan saat penutup mata yang menghalangi pandangan matanya terlepas.
Yui tercengat melihat sosok yang menyelamatkannya.
" So-- Sora...??!!" seru Yui.
" Kau baik-baik saja...??" tanya Sora.
" Ya.. Aku baik-baik saja..."
" Tapi..."
Sora tersenyum tipis bersamaan dengan angin yang menerjang kereta kuda yang di tumpangi Yui. Membuat mereka yang berada di dalamnya menjadi terguncang.
" Ap-- Apa yang terjadi...??" tanya Yui dengan kaget.
"Sepertinya hari akan hujan.." sahut Sora pendek.
" Ayo, Yui.."
" Kau harus keluar dari sini..." ajak nya.
Sora pun langsung bergegas turun dari dalam kereta kuda. Yui pun ikut di belakangnya. Saat Yui mendongak wajah ke arah langit. Ia terkejut melihat kumpulan awan colunimbus yang sedang bergemuruh.
Awan hitam itu benar-benar menghalangi cahaya matahari. Bahkan kilatan dan petir mulai nampak di atas kepala Yui.
💮💮💮
Sementara itu di tempat eksekusi. Sebagian orang mulai menyelamatkan diri di tempat berteduh. Entah mereka takut akan kebasahan oleh air hujan atau petir yang akan menyambar mereka.
Suara gemuruh dari langit dan angin yang terus bertiup kencang. Terus-menerus menebarkan partikel debu ke udara. Raja Hong dan yang lainnya tidak bisa tinggal diam di tempat. Mereka pun ikut berlarian menyelamatkan diri.
Tapi, dari semua orang yang pergi melarikan diri. Joon, Jaeha dan Minjae. Kaki mereka seakan terkunci untuk tidak bisa di gerakkan. Kaki mereka tidak bisa bergerak sama sekali. Sekuat apapun mereka mencoba
" Apa yang terjadi...??" seru Jaeha pada Joon.
" Aku tidak tahu...!!" balas Joon dengan datar.
Di tiang gantung. Hanya Shue saja yang masih tetap di posisinya. Kedua tangannya terikat ke belakang dan tali tambang masih terpasang di lehernya.
Shue pun mengeluarkan energi apinya untuk membakar tali tambang itu. Namun aneh, kekuatan apinya tak kunjung keluar dari telapak tangannya.
Sementara itu bukan hanya Shue saja yang terperangah melihat kekuatannya yang tak kunjung muncul.
Joon, Jaeha dan Minjae pun juga merasa heran. Saat ketiganya mencoba meloloskan diri dengan kekuatan mereka. Kekuatan mereka pun tak kunjung keluar. Seakan telah sirna begitu saja.
Dari pintu gerbang. Yui muncul bersama Sora. Dan mata semua orang pun tertuju pada Yui. Terlebih lagi, Raja Hong. Ia sangat marah melihat Yui telah bebas. Dan saat Raja Hong ingin melangkah pergi menghampiri Yui. Pria tua itu tidak bisa menggerakkan kedua kakinya. Sora yang melihat hal itu. Hanya tersenyum tipis.
" Yui...??" panggil Sora.
Yui menoleh pada Sora. Namun, ada yang berubah dari wajah Yui. Kedua matanya kini telah berubah menjadi cahaya biru. Tak nampak manik matanya yang coklat. Ekspresi wajah Yui pun turut berubah.
" Mungkin aku harus melakukannya sekarang...??"
" Semua hal malah bertambah runyam." seru Yui dengan tersenyum tipis.
" Kau benar..."
" Kau harusnya segera turun tangan. Gadis itu sudah cukup sulit berjuang untukmu..."
Yui tersenyum tipis dengan mata birunya. " Aku tahu..." sahutnya dengan lirih.
Guntur dan kilat menggelegar di angkasa. Semua orang berteriak ketakutan. Rintik hujan mulai turun dan akhirnya semakin deras. Di tengah- tengah lapangan yang basah. Masih berdiri 4 orang pria yang tubuhnya seakan masih terikat oleh tali tak kasat mata.
" Sora..."
" Menurutmu apa yang harus aku lakukan...??"
" Siapa yang harusnya aku pilih...??" seru Yui tanpa berbalik melihat ke arah Sora.
Sora melipat kedua tangannya di depan dadanya. " Itu bukan pilihanmu sekarang."
" Sekarang pilihan berada di tangan gadis itu..."
" Kau tak bisa ikut campur lagi. Kau yang sekarang hanya meluruskan jalan yang kini telah bengkok."
Yui tersenyum tipis. Ia pun melangkah ke arah lapangan menerjang air hujan yang menerjang membasahi tubuhnya. Dari samping kanan Yui.
Air hujan yang sedang turun kini. Mulai berubah bentuk menjadi lingkaran air yang terus berputar. Dan dari samping kiri Yui. Muncul hembusa angin yang berputar.
Dan dari belakang Yui. Muncul potongan-potongan tanah dan kerikil yang berputar- putar membentuk lingkaran dan dari depan Yui. Muncul lingkaran api yang membentuk cincin api yang menyala.
Semua orang yang melihat hal itu di buat takjub di tambah sorot mata Yui yang berubah menjadi cahaya kebiruan. Raja Hong yang melihatnya dibuat sangat terkejut.
" Mu-- Mustahil..." serunya.
" Gadis itu... Tidak mungkin Avatar..."
Beberapa kali Raja Hong mengedipkan matanya karena kurang percaya. Tapi, kini ia harus benar-benar mempercayai apa yang terjadi di depannya.
" Tidak ada yang bisa menjadi avatar. Selain putriku..."
" Dia Yui...!!!"
" Dia Putriku...!!!"
Tanpa di duga, Raja Hong pun segera berlari menghampiri Yui. Ia berlari begitu saja menerjang air hujan yang masih turun dengan derasnya.
Yui berbalik saat menyadari ayahnya yang tiba-tiba menghampirinya. Gadis itu tersenyum lembut.
" Ayah..."
" Maafkan aku..." ucap Yui dengan lirih.
" Tidak, Nak."
" Ayahlah yang harus meminta maaf."
"Harusnya ayah tahu. Itu kau, Nak.."
Yui masih tetap tersenyum pada Raja Hong. Namun senyum yang kedua ini terlihat sedikit menyedihkan.
" Aku benar-benar telah meninggal. Dan aku tidak mati karena Shue..."
" Aku mati karena kecerobohanku..." jelas Yui dengan mata kosong.
" Tidak...Tidak..."
" Kau masih hidup nak..." sangkal Raja Hong.
" Ayah..."
" Gadis itu adalah reinkarnasiku..."
" Perlakukan dia seperti Putrimu..."
" Gadis itu juga memiliki seorang ayah yang sangat mirip denganmu..."
" Suatu hari nanti. Kita akan bereingkarnasi bersama di masa depan."
" Ayah harus tetap menjadi ayah yang baik untukku dan dia."
Raja Hong sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia terjatuh dan terduduk lemas di atas tanah.
Yui pun kembali melanjutkan langkah kakinya. Ia menatap ke arah Joon seraya berjalan menghampirinya. Bola air yang berputar di samping kanannya kini telah membungkus tubuh keduanya. Jaeha jadi terhempas jauh karenanya.
" Joon..." seru Yui dengan lembut. Gadis itu berusaha menyentuh pipi Joon dan mengelusnya dengan lembut
" Maafkan aku..."
" Maafkan aku karena tidak bisa memenuhi janjiku padamu."
" Aku tahu. Kau pasti terluka bukan...??"
Pupil mata Joon membulat sempurna. Ia balas menyentuh kedua pipi Yui dengan kedua tangannya.
" Ap- Apa ini benaran dirimu, Yui..??"
" Yui yang mencintaiku...??" seru Joon dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Yui mengganguk. " Ini aku Joon."
" Yui-mu..."
Joon pun langsung menangis haru. Di peluknya tubuh Yui erat-erat. Segala perasaannya saat itu ia keluarkan dan salurkan pada pelukannya.
Yui mencoba melepas pelukan Joon. Ia menatap Joon sebentar lalu mengecup bibir Joon dengan lembut.
" Mungkin kita tidak berjodoh, Joon."
" Tapi sungguh..."
" Aku benar-benar mencintaimu..."
Setelah berkata seperti itu. Yui pun beralih meninggalkan Joon dan menghampiri Jaeha yang masih terduduk di atas tanah.
Kali ini lingkaran batu yang berada di belakang Yui berputar mengelilingi keduanya.
" Mau ku bantu...??" tawar Yui sambil mengulurkan tangannya.
Tanpa ragu Jaeha pun membalas uluran tangan Yui.
" Yui...??" serunya.
Yui tersenyum tipis pada Jaeha.
" Maafkan aku, Jaeha..."
" Maaf karena aku selalu mengabaikan mu..."
" Kau kah itu, Yui...??"
" Maksudku Yui yang asli..." seru Jaeha dengan takjub.
Yui tertawa kecil sambil mengiyakan pertanyaan Jaeha.
" Aku harap kau bisa menjadi teman yang baik untuk gadis itu."
Yui pun langsung mencium pipi Jaeha. Rona merona langsung terukir di wajah Jaeha.
Setelah menyapa Jaeha. Kali ini Yui pergi menyapa Minjae yang masih mematung di tempatnya. Kali ini lingkaran angin yang berputar di samping kiri Yui. Berputar mengelilingi mereka berdua.
" Minjae..." seru Yui.
" Terima kasih, karena sudah peduli dengan gadis itu..."
Minjae terperangah begitu mendengarnya. " Ka- Kau kah itu, Yui..??"
Yui mengganguk kecil. Lalu menerjang Minjae dengan sebuah pelukan.
" Minjae... Aku bangga padamu..."
Minjae tersenyum lembut begitu mendengar pengakuan Yui. Ia pun membalas pelukan Yui dengan erat.
" Terima kasih Yui..."
Kali ini, setelah menyapa ketiga sahabatnya. Yui pun berjalan menuju tiang gantung. Shue terbelak tak percaya melihat perubahan yang terjadi pada tubuh Yui.
Yui mendekat ke arah Shue. Lalu di lepaskan tali yang membelenggu pria itu.
" Ap- Apa kau Yui...??"
" Maksudku..." seru Shue dengan terbata-bata.
Yui tertawa kecil sambil mengiyakannya. " Maafkan aku Shue..."
" Aku membuatmu dalam bahaya..."
Mata Shue pun langsung berkaca-kaca. " Harusnya aku yang meminta maaf."
" Jika saat itu aku--"
" Ssttt...!!" Yui membekap bibir Shue dengan jari telunjuknya.
" Lupakan soal itu..."
" Kau tak salah..." balas Yui dengan lembut.
" Itu kesalahan dan takdir ku."
" Kau tak bersalah apapun tentangku..." jelas Yui.
" Ta-- Tapi..." sela Shue lagi
" Sssttt...."
" Sudah... Sudah cukup. Masalah ini sudah selesai."
" Soal kematianku..."
" Jangan lagi merasa bersalah. Kau sudah mendapatkan cintamu."
" Dan aku...?? Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku sudah bertanggung jawab tentang itu."
" Lalu..."
" Yui...??" tanya Shue. Ia jadi kepikiran tentang Yui yang dari masa depan.
" Ia baik-baik saja. Tapi... "
" Tapi...??". seru Shue dengan alis terangkat.
" Tidak apa-apa..."
Yui pun mengelus lembut pipi Shue lalu di kecupnya dengan lembut.
" Terima kasih Shue..."
" Kau telah menjadi teman terbaikku."
JDERRRR ⚡⚡⚡⚡⚡⚡
Kilat dan Guntur menggelegar dengan sangat besar. Hujan masih terus turun dan tiba-tiba saja Shue menangkap dengan cepat tubuh Yui yang nyaris jatuh di atas tanah.
Mata Yui terpenjam namun sedetik kemudian. Ia membuka kedua kelopak matanya secara perlahan-lahan.
" Shue...??" serunya dengan takjub.
" Apa yang terjadi...??"
Shue tidak menjawab. Ia malah membekap Yui dan memeluknya dengan erat.
____//___//___//_____
To Be Continue...
.
.
.
.
Mumpung Mood dan Feel bagus. Ya udah aku up lagi malam ini..
.
.
😆😆😆
.
.
.
Kritik dan Saran. Aku tunggu teman-teman...
.
.
Maaf typo yang bertebaran di mana-mana.
.
.
Jika mood bagus. Insya Allah besok akan ku usahakan untuk up lagi
.
.
乂❤‿❤乂
What do you think about this chapter...??
Happy ending kh atau sad ending...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top