Chapter 4 : Jatuh
Perjalanan mereka habiskan dengan hanyut dalam pemikiran sendiri, terutama pada Neko. Bahkan ia tak ingin tertawa sedikitpun ataupun mengucapkan sepatah kata saat Tomoe berusaha mengajak Jun berbicara dengan nadanya yang cukup polos.
Dan kini disinilah mereka berada, stasiun kereta yang berada sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Gadis itu hanya diam, memperhatikan sekitar sembari memegang kopernya.
"Ternyata kita terlalu awal kemari," ucap Jun yang telah berdiri selangkah lebih jauh dari gadis itu.
"Baiklah, kalau begitu mari berkeliling terlebih dahulu!!! Ayo, Neko-chan!!!" sambung Tomoe yang kemudian menarik tangan sang gadis yang membuatnya melepas koper dari genggamannya.
Bahkan, Jun yang melihatnya pun belum sempat mengeluarkan suara untuk mencegah mereka. Jun hanya bisa menghela nafas sembari meminta seseorang yang telah disuruh olehnya untuk menjaga koper-koper ini hingga mereka kembali. Tentu saja, Jun pun ikut pergi walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja.
"Hmmm... kue-kue ini terlihat sangat mewah semuanya ya. Ku jadi bingung harus memilih yang mana," gumam Tomoe yang asik memperhatikan kue manis yang berbaris rapih pada etalase toko hingga melupakan eksistensi gadis yang dia tarik sebelumnya.
"Ah, sudah ku putuskan!!!" ucap Tomoe dengan riang yang kemudian melangkahkan kaki dengan riang memasuki toko hanya untuk membeli kue yang menarik perhatiannya.
Sementara sang gadis, ia hanya menunggu Tomoe dibalik kaca sembari memperhatikan kondisi sekitarnya. Dan hal yang pertama kali ia rasakan adalah ia sangat tak asing dengan kondisi bahkan suasana ini, seakan-akan ia pernah mengunjungi atau bahkan tinggal disini. Namun ia tak ingat jika hal itu benar atau tidak.
Puk...
Sesuatu yang dingin menyapa pipinya dan membuatnya tertarik pada kenyataan dimana ia seharusnya menaruh konsentrasi.
"Hmmm... kau terlihat murung, jadi ku berikan ini agar kau tidak terlihat murung dan juga ini," ucap Tomoe sembari memberikan minuman dingin serta sebuah kotak yang telah terbalut plastik yang memiliki cap toko tersebut.
Gadis itu menerima dengan tatapan bingung, "Bukankah ini terlalu berlebihan untukku?"
Tomoe hanya melanjutkan langkah kakinya tanpa ingin menjawab pertanyaan sang gadis yang kini berjalan seirama dengannya. Namun baru beberapa langkah saja, Tomoe dapat mendengar bisikan dari sang gadis yang mengatakan bahwa ia berterima kasih atas pemberiannya. Tomoe hanya mengukir senyuman yang cukup ringkas dibandingkan sebelumnya.
Tanpa terasa, waktu yang telah mereka habiskan untuk sekedar mencari udara segar pun cukup lama hingga membuat Jun harus menunggu bersama tiga orang yang berasal dari sekolah tujuannya.
"Wah, maaf membuat kalian menunggu lama" ucap Tomoe dengan nada riang.
Namun, ditengah-tengah para pria mengobrol ringan, sang gadis hanya sedikit terkejut dengan seseorang yang tak asing di maniknya. Surai coklat sebahu dengan manik biru laut tengah berdiri disebelah pria dengan blazer berbeda dari sekolahnya.
"Ah, Kurosaki-san! Lama tidak berjumpa!" ucap gadis bersurai coklat itu dengan lembutnya.
Tentu saja hal itu menarik perhatian para pria yang sedari tadi sibuk dengan argumen mereka. Sang gadis tak tahu harus menjawab apa, pasalnya ia pun tak tahu siapa sebenarnya lawan bicaranya. Ia tidak paham mengapa lawan bicaranya berbicara seolah-olah ia mengerti dirinya.
"Maaf, untuk kejadian dua tahun sebelumnya. Aku berhutang nyawa padamu, Senpai," sambungnya yang membuat sang gadis semakin bingung.
Menyadari sesuatu, sang gadis bersurai coklat itupun langsung membungkukkan badan dan mengucap permintaan maaf berulang kali.
"Namaku Anzu, Senpai. Senpai biasa memanggilku dengan Anzusa," ucap Anzu sembari mengulurkan tangannya pada sang gadis. Dan sang gadis itupun menyambutnya dengan penuh keraguan yang tersirat jelas pada maniknya.
"Neko-chan, apa kau baik-baik saja?" Tanya Tomoe yang membuat gadis itu sedikit terkejut dan berbalik menatapnya. "Tentu," jawabnya singkat.
Seutas seringaian yang tertutup rapat dengan senyuman pun Tomoe luncurkan pada gadis disebelahnya. Bak menemukan hal langka, ia pun semakin tertarik untuk mengetahui beberapa hal yang ada pada gadis itu.
"Ah, aku lupa. Mari ku antar kalian ke asrama kami. Dan Anzu-san akan satu kamar dengan Kurosaki-san," ucap Aoba yang memahami situasi saat ini.
Dengan segera, ia pun melangkahkan kaki yang kemudian diekor oleh temannya yang berasal dari sekolah yang berbeda hingga tiba di tempat tujuan.
"Kita sudah sam ...."
Bruk!
"Neko-chan!!!" ucap Tomoe dengan paniknya saat melihat gadis yang ia bawa tiba-tiba pingsan. Dengan sigap, mereka pun langsung membawa gadis itu ke ruang UKS.
Sementara koper mereka, Aoba telah meminta bantuan temannya untuk meletakkan koper-koper itu di ruang pada asrama yang disediakan khusus untuk tamu. Kecuali, koper gadis itu, Anzu meminta bantuan pada rekannya.
"Dia baik-baik saja, hanya saja tenaganya terkuras begitu besar untuk melakukan sesuatu. Biasanya terjadi pada orang-orang yang mengalami amnesia, apakah dia juga amnesia?" tanya dokter yang berjaga di UKS itu dengan tatapan serius.
"Tentu saja tidak. Yah, kemungkinan terbesar adalah ia hanya kelelahan. Biarkan dia istirahat disini untuk sementara waktu, kalian juga," sambung dokter itu sembari mengemasi beberapa barang yang telah ia keluarkan.
"Baiklah, kami akan kemari lagi nanti. Tolong jaga dia baik-baik ya, Dokter," ucap Tomoe yang kemudian menarik teman-temannya keluar dan membiarkan gadis itu dalam pengawasan dokter itu.
*****
Sinar amat terang telah menusuk mata bahkan memaksa mata itu untuk menyesuaikan dengan pancaran sinar. Sang gadis yang tengah terbangun dari tidurnya, sayup-sayup menutup matanya untuk menghadang cahaya berlebih menusuk maniknya hingga ia benar-benar siap menerima semuanya.
"Sudah sadar?"
Suara lembut namun terkesan licik membuat sang gadis segera bangun dari tidurnya sembari menatap kondisi sekitar. Namun selang beberapa saat, sang gadis mengingat sesuatu walaupun hanya sedikit.
"Eichi ...," gumam sang gadis yang kini telah menundukkan wajahnya.
"Ah, lama tidak berjumpa, Kurosaki Neko," ucapnya dengan ramah.
"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi kurasa satu hal cukup untuk hari ini sebagai salam perjumpaan kita," sambungnya sembari mendekati ranjang dimana gadis itu tertunduk.
Saat sudah sangat dekat, ia pun menyesuaikan kepala dengan sang gadis.
Gadis itu hanya diam, ia tak bisa berekspresi apapun. Walaupun Eichi telah menjaga jarak darinya atau lebih tepatnya berada dalam posisi normal.
Brak !!!
Tap tap tap
Set !!!
"Apa yang kau lakukan padanya, Eichi-kun!?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top